Wednesday, October 29, 2014

Grebekan Endog Abang

Jajanan unik yang selalu saya cari tiap kali kraton Jogjakarta menggelar upacara grebekan adalah Endog Abang.


Dulu 30 tahun lalu, ketika kanak-kanak, endog abang akan selalu dibelikan simbah tiap kali nonton grebek dan sekaten selain nasi gurih dan kapal otok2.. :D
Senang luar biasa ketika pulang dari sekaten menggenggam dua batang endong abang sembari duduk didalam becak bersama simbah disamping saya. Teman-teman sepermainan saya akan berlari-lari mengikuti becak yg saya tumpangi menyusuri jalanan kampung menuju rumah sambil teriak-teriak bertanya.. “seko sekaten yoo..??”.
Saya akan tersenyum senang sambil memamerkan kapal otok2 yang akan segera dihidupkan mbak kakung didalam baskom dan juga endog abang yang saya tenteng.




Endog Abang adalah salah satu jajanan yang banyak terdapat di Pasar Malam Sekaten dan selalu ada dari tahun ke tahun. Endog Abang (telur merah) adalah telur ayam biasa yang sudah direbus dan kulitnya dicat warna merah. Telur merah ini kemudian di tusuk dengan sehelai ruas bambu dan dihias agar terlihat cantik.


Penjual Endog Abang dengan mudah di jumpai di arena Pasar Malam Sekaten. Rata-rata  penjualnya perempuan yang sudah berusia setengah baya, bahkan berusia lanjut. Ya, Endog Abang memang hanya dijual di arena Sekaten, dan acara-acara Grebeg Keraton Yogyakarta.


Endog Abang melambangkan tiga hal. Pertama endog atau telur melambangkan kelahiran dan abang atau merah bermakna kesejahteraan. Sedangkan helai ruas bambu panjang  adalah hubungan vertikal dengan Sang Pencipta. Sehingga secara kesatuan Endog Abang dapat dimaknai sebagai simbol kelahiran kembali untuk masa depan yang lebih baik, lebih sejahtera dengan tetap berpedoman kepada garis yang ditentukan oleh Allah.
Makna filosofis inilah yang coba di tawarkan  oleh ibu-ibu penjualnya, dan bukan sekedar produk telur rebus secara fisik.



Beli Endog Abang kalo pas ke Sekaten selain sebagai spirit untuk masa depan yang lebih baik, membeli Endog Abang berarti  juga ikut memelihara tradisi khas kazanah Jawa yang unik dan luhur. 

Tuesday, October 21, 2014

Grebeg Besar Ngayogyokarto

Tanggal 5 October 2014, Kraton Jogjakarta kembali mengadakan grebegan yaitu upacara adat berupa sedekah yang dilakukan pihak kraton kepada masyarakat berupa gunungan. Grebekan bulan ini adalah Grebeg Besar yang diselenggarakan untuk merayakan Idul Adha.
Kraton Yogyakarta setiap tahun mengadakan upacara grebeg sebanyak 3 kali, yaitu Grebeg Syawal pada saat hari raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada saat hari raya Idul Adha, dan Grebeg Maulud atau sering disebut dengan Grebeg Sekaten pada peringatan Maulid Nabi Muhammad.

Depan Pagelaran Kraton Ngayogyokarto

Menilik sejarah, kata “grebeg” berasal dari kata “gumrebeg” yang berarti riuh, ribut, dan ramai. Tentu saja ini menggambarkan suasana grebeg yang memang ramai dan riuh.


Upacara Grebeg identik dengan adanya Gunungan, yaitu berbagai makanan dan hasil bumi yang disusun menyerupai gunung, sebagai simbol dari kemakmuran kraton Yogyakarta yang nantinya akan dibagikan kepada rakyat. Dalam perayaan Grebeg, terdapat enam jenis gunungan, masing-masing memiliki bentuk yang berbeda dan terdiri dari jenis makanan yang berbeda pula.




Gunungan Dharat adalah gunungan yang puncaknya berhamparkan kue besar dan di sekelilingnya ditancapi kue ketan yang berbentuk lidah. 

Gunungan Gepak merupakan gunungan yang terdiri dari empat puluh buah keranjang yang berisi aneka ragam kue-kue kecil dengan lima macam warna, yaitu merah, biru, kuning, hijau, dan hitam. 

Gunungan Bromo terdiri dari beraneka ragam kue-kue yang di bagian puncaknya diberi lubang, sehingga tampak sebuah anglo berisi bara yang membakar kemenyan. 



Gunungan Lanang terdiri dari rangkaian kacang panjang, cabe merah, telur itik, dan ketan. Di bagian puncaknya ditancapi kue dari tepung beras. 

Gunungan Wadon merupakan gunungan yang terdiri dari beraneka ragam kue-kue kecil dan juga kue ketan. 


Gunungan Pawuhan merupakan gunungan yang bentuknya mirip dengan gunungan wadon, namun pada bagian puncaknya ditancapi bendera kecil berwarna putih.


Satu bulan sebelum upacara Grebeg, di tempat yang bernama Magangan, abdi dalem kraton sudah mulai mengerjakan keenam gunungan tersebut. Bahan-bahan diolah dan dimasak, kemudian disusun membentuk miniatur gunung. Malam hari sebelum upacara Grebeg, Gunungan-gunungan tersebut dibawa masuk ke dalam Kraton.
Pagi harinya, upacara Grebeg dimulai dengan parade prajurit yang berangkat dari Pracimosono untuk menjemput Gunungan. Momen ini menarik untuk diikuti karena bisa melihat secara langsung prajurit kraton dengan atribut yang khas. Kraton Yogyakarta memiliki sepuluh bregada atau kesatuan prajurit, yaitu :


1.  Prajurit Wirobrojo,
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 72 prajurit dan 2 orang pembawa duaja. Komandan pasukan ini berpangkat bupati. Pakaian yang dikenakan: . Topi Centhung (berbentuk seperti kepompong), warna merah. Destar (ikat kepala) berwarna wulung (ungu). Baju dalam lengan panjang berwarna putih, Beskap baju luar, berwarna merah, Lonthong (ikat pinggang dalam) : kain bermotif cinde dominasi warna merah, kamus (ikat pinggang luar) berwarna hitam, Sayak (kain penutup dari pinggang sampai di atas lutut) berwarna putih, celana Panji (celana yang mempunyai panjang sebatas lutut) berwarna merah. Kaos kaki berwarna putih, sepatu fantopel warna hitam, Karena Prajurit ini berpakaian serba merah maka lebih dikenal dengan nama Prajurit lombok abang. Persenjataannya berupa bedil dan memakai keris dengan kerangka bermotif branggah.


2.  Prajurit Dhaheng,
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 72 prajurit dan 1 orang pembawa duaja. Berseragam topi hitam pakai cundhuk, destar wulung, jas putih setrip merah, Lonthong biru, kamus hitam, celana panjang setrip abang, kaos kaki hitam,Sepatu fantopel. Persenjataannya berupa bedil dan memakai keris dengan kerangka bermotif gayaman. Nama Bendera BAHMING SARI, Dasar putih, gambar plentong warna merah berada di tengah. Nama musik Mares KANOKO, untuk berjalan pelan dan digayakan. Sedangkan Mares UNDHAL-ANDHIL, untuk berjalan cepat.


3.  Prajurit Patangpuluh,
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 72 prajurit dan 1 orang pembawa bendera. Pakaian yang digunakan: topi pacul gowang, destar wulung, sikepan lurik kemiri, rompi merah, Lonthong merah, kamus hitam. Celana atas merah bawah putih, bengkap hitam kaos kaki hitam.. Sepatu fantopel hitam. Senjata digunakan adalah bedil dan memakai keris branggah. Nama bendera: COKROGORO, Dasar hitam, tengah bergambar bintang warna merah. Nama musik: Mares GENDERO, untuk berjalan pelan dan digayakan, Mares BULU-BULU, untuk berjalan cepat.


4.  Prajurit Jogokaryo,
Terdiri 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 72 prajurit dan 1 orang pembewa duaja. Topi hitam betuk tempelangan, seperti kapal terbalik. Destar wulung, Rompi berwarna crem, beskap lurik lupat lapis merah, sayak lurik, lonthong merah, Kamus hitam. Celana panji lurik, kaos kaki panjang, sepatu pantopel hitam. Persenjataanya berupa bedil dan memakai keris branggah. Nama bendera: PAPASAN. dasar hijau ditengah ada gambar plentong warna merah. Nama musik: Mares SLANGGUNDER, digunakan untuk jalan pelan dengan digayakan, sedangkan Mares TAMENGMADURO untuk berjalan cepat.


5.  Prajurit Prawirotomo,
Terdiri atas 4 perwira berpangkat panji, 4 bintara berpangkat sersan, 72 orang prajurit dan seorang pembawa duaja. Pakaian yang dikenakan adalah topi hitam berbentuk mete, destar wulung, beskap hitam, baju dalam merah. Sayak putih, lonthong merah, kamus hitam, celana atas merah bawah putih. Bengkap hitam, kaos kaki hitam. Sepatu fantopel hitam. Persenjataan yang dipakai berupa bedil dan keris branggah. Nama bendera GENIROGO dasar hitam di tengah ada gambar plentong warna merah. Nama musik Mares BALANG, berjalan pelan dengan digayakan, Mares PANDHEBRUG, berjalan dengan cepat.


6.  Prajurit Ketanggung,
Terdiri atas 4 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 72 prajurit dan 1 prajurit pembawa duaja. Berseragam jas terbuka, baju dalam putih, mengenakan ikat kepala hitam, topi segi tiga, bersepatu lars panjang. Senjata yang digunakan adalah bedil dengan bayonet terhunus dan keris dipinggang.
Nama bendera: COKRO SEWANDONO, Dasar hitam, tengah bergambar bintang warna putih. Nama musik: Mares BERGOLO MILIR untuk berjalan pelan dan digayakan, Mares LINTRIK EMAS untuk berjalan cepat.


7.  Prajurit Mantrijero,
Terdiri atas 8 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 64 prajurit dan seorang membawa duaja. Komandan pasukan ini berpangkat bupati. Seragamnya jas buka dengan kain lurik bergaris hitam putih, berbaju dalam putih, bercelana putih, kaos kaki panjang putih dan bersepatu. Mengenakan ikat kepala warna hitam dengan topi semacam songkok warna hitam. Persenjataannya berupa bedil. Nama bendera PURNOMOSIDI, Dasar hitam, tengah bergambar plentong warna putih. Nama musik Mares SLENGGANDIRI, untuk berjalan pelan dengan di gayakan dan Mares PLANGKENAN (RESTOG), untuk berjalan cepat.


8.  Prajurit Nyutro,
Terdiri atas 8 perwira berpangkat panji, 8 bintara berpangkat sersan, 46 prajurit dan 2 orang pembawa duaja. Seragam yang dipakai berupa baju lengan pendek, celana dan dodot atau kampuh kain dengan motif bango tulak, tutup kepala memakai udheng gilig. Persenjataan yang digunakan berupa bedil dan tombak. Pada mulanya kesatuan ini tidak memakai alas kaki dan mempunyai dua seragam yang berbeda yang satu berwarna hitam yang satunya berwarna merah. Ada dua macam bendera dalam parajurit Nyutra yaitu PODANG NGISEP SARI, dasar kuning, di tengah ada gambar plentong berwarna merah dan PADMO SRI KRESNO, dasar kuning, di tengah bergambar plentong warna merah.
Nama musik: Mares MBAT-EMBAT PENJALIN, dengan iringan gamelan untuk memperagakan tarian tayungan, Mares, TAMTOMO BALIK, berjalan pelan dengan digayakan dan Mares SORENGPRANG untuk berjalan cepat.


9.  Prajurit Bugis
Disebut prajurit Bugis karena semula seluruh anggota kesatuan ini berasal dari suku Bugis. Tugas kesatuan ini adalah mengawal seorang patih dan mengawal dalam upacara-upacara garebeg dan lainnya. Seragamnya berupa jas tutup berwarna hitam, celana panjang hitam, serta mengenakan ikat kepala kain hitam dan topi hitam. Persenjataannya berupa tombak. Nama bendera WULANDADARI, dasar hitam, di tengah bergambar plentong warna kuning. Nama musik Mares ENDROLOKO.


10.Prajurit Surokarso.
Terdiri atas seorang perwira berpangkat penewu, 64 prajurit dan seorang membawa duaja. Seragam berupa baju lengan panjang berwarna putih dengan celana panjang dan kain bermotif gebyar. Memakai ikat kepala teleng kewengen (kain berwarna hitam ditengah putih dan ditepinya bergaris-garis putih). Persenjataannya berupa tombak. Prajurit Surokarso bertugas mengawal putra mahkota, dewasa ini bertugas sebagai pengawal kehormatan sesajian gunungan pada upacara garebeg. Nama bendera PAREANOM, dasar hijau, tengah gambar plentong warna kuning. Nama musik Mares PLANGKENAN
Prajurit-prajurit ini dipimpin oleh seorang panglima yang disebut Manggala Yudha. Prajurit ini mengawal gunungan yang diusung dari kraton Yogyakarta menuju Masjid Besar, Kepatihan, dan Puro Pakualaman. Di sana, gunungan tersebut dibagikan kepada rakyat.


Antusiasme masyarakat terhadap upacara ini cukup besar. Terbukti, satu hari sebelum upacara, mereka sudah mulai berdatangan dalam kelompok kecil maupun besar. Tidak hanya warga Yogyakarta, namun banyak yang berasal dari luar kota seperti Magelang, Temanggung, Wonosobo dan sekitarnya. Sebagian mereka percaya bahwa pernik-pernik yang terdapat di gunungan akan memberikan berkah, sehingga mereka berharap bisa mendapatkan bagian kecil dari gunungan tersebut. Keyakinan seperti itu membuat masyarakat rela menunggu hingga dalam waktu lama untuk dapat ikut memperebutkan gunungan. Mereka rela berdesakan bahkan dengan resiko terinjak-injak atau jatuh asal berhasil memperoleh bagian dari gunungan tersebut.

Foto : pribadi
Berita : berbagai sumber