Friday, July 13, 2018

Semangka di Omah Cempaka

Kesukaan saya bercocok tanam kembali muncul. Tepatnya pertengahan tahun 2017, ketika itu saya beli semangka kuning di supermarket. Ternyata rasanya sangat manis . Iseng saya tanam biji semangka tersebut disamping kamar anak-anak. Ada sedikit teras dibawah tandon air. Dulu rencananya space ini untuk duduk-duduk menikmati sore ditemani secangkir kopi, tapi ternyata tidak sesuai dengan angan-angan. Jadilah area itu kosong .



3-5 hari kemudian benih yang saya tanam dalam pot kecil mulai berkecambah dan akhirnya muncul daun . Setelah saya repoting hiduplah si semangka dengan subur. Saya tertawa geli acap menengok ke nibun (singkatan dari mini kebun yaacch…. Hahaha) yang hanya terisi beberapa pot tanaman bunga dan satu pot tanaman semangka, geli bercampur sedih.. teringat rumah dan kebun OmahIjo. Terbayang saya bisa bertanam aneka sayur dan buah dihalaman omah yang luas itu.. hehehe. Tapi yang sudah berlalu sudahlah biar berlalu… sekarang di Omah Cempaka saya juga tetap bisa bertanam. Walaupun hanya 1-2 pot tanaman, karena terbatasnya lahan.



Setiap pagi saya ke nibun, membersihkan daun yang kering, menyiram tanaman dan memberi pupuk setiap seminggu sekali. Ketika sore pulang dari kantor saya mulai merasakan kembali bahagianya memandang tanaman yang tumbuh subur.. hijau.. mencium aroma tanah basah usai tersiram air hujan… hhhmmm.. I feel very alive. Recharge.. letih lelah dari bekerja kembali menumbuhkan semangat , merasa lebih fresh dan happy. Ditambah di area tempat saya bertanam selalu riuh oleh kicau burung emprit yang bertengger di tiang beton tandon air.
Someday sepulang dari kantor, anak-anak berteriak teriak menghampiri.. “ moma moma itu apa yang di pot ..?” Tanya Nadjwa sambil menarik tangan saya kearah nibun.



Saya tertawa.. selama ini saya memang tidak cerita ke anak-anak, lebih tepatnya saya sembunyikan hasil bertanam saya.
“ ini apaaa….” Nadjwa terkikik sambil menarik narik buah semangka yang baru tumbuh sebesar kepalan orang dewasa.
“Aduh jangan ditarik tarik deekkk…” sahut saya sambil mencubit pinggang Nadjwa.



“ Petik Nadj….” Galo menimpali
“…aaaa jangan…. Belum matang….” Teriak saya sambil berusaha menarik lengan kedua anak saya menjauh dari sulur sulur pohon semangka. Dan mereka tertawa tawa sambil menjulurkan lidah menghindari jangkauan saya.

Panen Pertama


Ketika akhirnya musim panen tiba.. walau hanya sebutir semangka kuning, rasanya bahagia tak terkira. Tanaman yang membuat saya semangat lagi untuk bercocok tanam ini rasanya sangat manis dan segar. Bahkan ibu juga terheran-heran ketika ikut mencicipi … “ kok iso urip yoo…legi meneh…” (artinya : kok bisa hidup dan manis )hehehehe…

Panen Kedua

Anak anak juga memuji keberhasilan momanya menumbuhkan sebutir semangka..hahaha.. dan meminta untuk menanam buah lainnya. HHmmmm… okay kids.. let’s see what moma can make a magic :D