Wednesday, October 12, 2016

Blue Steps Bantul

Ngumpulin emak emak buat sekedar makan siang bareng ternyata gak gampang… terlebih kalau one of my besty masih punya anak umur 5 tahun.. dan kembar lagi. Tapi itulah salah satu keseruan had lunch dengan mereka. Dolan, makan, momomg, happy happy…. :D

Maka siang itu meluncurlah kami ber 7, saya, Utiek, Arum, Lina , Ariek dan si kembar Alena & Tara menuju  Kasongan Bantul , tepatnya ke Blue Steps Villa & Resto di Jl Bulevar RT 07, Karangjati, Bangunjiwo, Kasihan Bantul sekitar 2 km ke arah barat setelah Desa Wisata Kasongan.

Sempat kesasar kebablasan karena semua mata fokus mencari petunjuk berupa patung kuda, dan melewatkan little sign berwarna biru di pinggir jalan yang bertulis blue steps dengan anak panah ke arah kiri. Dan kami semua hanya bisa tertawa ngakak karena tak pernah menemukan patung kuda.. usut punya usut bukan patung kuda yang disampaikan pemberi info.. tetapi patung garuda…huahahahaha… jauh ya mak bedanya..

Tempo hari seorang teman cerita kalau ada sebuah tempat makan yang lagi happening di Bantul. Dari ceritanyanya tempat dan makanannya cukup rekomended.

Baeklah…

Dan here we are … just landed


Sepi… hanya ada sebuah mobil camry hitam yang terparkir sebelum kami datang. Masuk melalui pintu depan , langsung disambut tangga warna biru yang menjadi icon dan nama resto, tempat makan dengan meja dan kursi yang cozy berikut pemandangan sawah terbentang  menawan.

Tara langsung antusias ketika melihat kolam renang disamping resto, dengan kecepatan tingkat tinggi tangannya menarik rok saya minta ditemani ke kolam. Dan saya tergopoh gopoh mengikuti langkah kakinya yg gesit meloncati batuan dan tangga.

Tak ketinggalan emak emaknya segera mengeluarkan senjata ampuh. Tongsis… :D







Sambil menunggu pesanan makanan diantar ke meja.. sebaik baiknya dimanfaatkan untuk berfoto bersama mengitari area restaurant yang ditata apik.

Sambil menikmati Pizza garing yang lezat, club sandwitch, Bitterballen dan seteguk ice lemon tea , siang ini terasa begitu istimewa. Bercanda, bercerita bersama sahabat sahabat dekat dan menikmatinya pemandangan indah.


Just good friends, good food, and good laughs. Our friendships are meaningful.


Untuk info lengkap kunjungi web BlueSteps Villa & Resto

Monday, October 10, 2016

Catatan ke Taiwan ~Part 2~

Jalan jalan masih berlanjut …

Tujuan kami berikutnya adalah mejeng cantik di Presidential Office Building atau Istana negara presiden Taiwan. Gedung yang terletak di Zhongzheng disctrict Taipei city ini punya best spot yang biasa dipergunakan turis untuk foto diseberangnya. Jadi kepikiran kalau iconnya kota jogja yaitu Tugu Jogja juga punya spot foto…hehehe. Secara struktur bangunan, hampir mirip istana negara pada umumnya berupa blok-blok yang memisahkan antara suatu bangunan dengan bangunan lainnya. Warna yang dilihat dari kejauhan adalah merah tua bercampur dengan putih. Tower utama yang menjulang tinggi menjadi ciri khas bangunan ini.





Sambil lalu Mr. Yellow bercerita dengan bahasa inggris campur bahasa tubuh tentang sejarah istana negara tersebut, diceritakan kalau Arsitektur Presidential Office Building sangat kental dengan nuansa Eropa. Istana kepresidenan ini didesain oleh arsitek Jepang pada masa Perang Dunia ke II ketika Jepang menjajah Taiwan. Bangunan Istana juga menghadap ke timur untuk menyongsong datangnya matahari, sesuai dengan nilai-nilai budaya Jepang. Pada tahun 1998, Presidential Office Building dinyatakan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Taiwan. Semenjak itu juga, Istana mulai dibuka untuk umum. Pembukaan Istana untuk umum mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk mendekatkan Presiden dan rakyatnya.

Presidential Office Building terdiri dari empat lantai dan satu lantai basement. Gedung ini mempunyai kapasitas untuk menampung 2000 orang. Terdapat lebih dari 300 ruang yang sebagian besar berfungsi sebagai kantor. Selain itu, di Istana ini juga terdapat aula-aula dan taman-taman. Presidential Office Building mempunyai sepuluh pintu masuk. Akan tetapi, hanya gerbang depan dan barat yang digunakan sebagai pintu masuk untuk acara resmi. Di bagian depan terdapat menara setinggi 60 meter yang hancur ketika Perang Dunia II berlangsung. Pada masa itu, menara tersebut merupakan bangunan tertinggi di Taipei.

Tidak terlalu lama kita berada di Istana Negara karena tidak masuk area  juga dan hanya foto di seberang istana.


Perjalanan dilanjutkan ke Longshan Temple. Ke Taiwan kalau gak nengok kuil gak afdol ya… Longshan Temple atau Kuil Longshan merupakan kuil tertua di Taiwan, sebagai tempat berdoa umat Buddha. Meski pernah terkena topan, gempa bumi, hingga pengeboman pada Perang Dunia II, kuil ini masih kokoh berdiri.

Kuil Mengjia Longshan terletak di Wanhua, distrik paling tua di Taipei. Kuil ini dibangun sekitar tahun 1738 oleh kaum Fujian yang membuatya menjadi salah satu bangunan tertua di Taipei. Dibangun sebagai dedikasi terhadap dewi Guanyin (dewi welas asih). Nama Longshan mempunyai arti Gunung Naga dan merupakan kuil tertua yang ada di Taipei.







Kuil ini ramai dikunjungi pada hari pertama dan hari ke limabelas kalender Cina. Umat Buddha, Tao dan pemuja Matsu berkumpul di kuil ini untuk berdoa. Kuil ini menjadi pusat spiritual bagi orang-orang di sekitar propinsi Fujian. Bangunannya indah dengan ornamen-ornamen dan patung yang menghiasi seluruh . Patung Dewi Cinta Kasih Guanyin, hiasan sepasang naga di ruang depan, dan empat naga di ruang tengah. Semua patung tersebut dipahat dengan halus dan sempurna.

Setelah kenyang menghirup bau dupa, mr Yellow mengajak kami mengunjungi sebuah tempat bangunan bersejarah Lin An Tai Ancestral House.

Menurut cerita yang dituturkan Lin An Tai Ancestral House adalah rumah tradisional yang dibangun pada abad ke-18 oleh seseorang bermarga Lin, yang awalnya penduduk negeri China. Ia dan keluarganya menyeberang menuju Pulau Formosa dengan harapan membangun kehidupan yang lebih baik. Sesampainya di Taiwan, ia dan keluarganya berhasil membangun bisnis yang memungkinkan mereka membangun rumah tradisional yang mewah. Rumah tersebut yang kemudian kita kenal dengan nama Lin An Tai; gabungan antara nama keluarga dan nama perusahaan yang mereka dirikan. Awalnya Lin An Tai terletak di Daan District. Di sana, konon rumah tradisional ini sempat mengalami pemugaran akibat proyek perluasan jalan dan dipindahkan ke lokasinya sekarang, di Zhongzheng District, tidak jauh dari Keelung River.





Memasuki pintu depan seakan membawa kami seperti ke adegan-adegan di film . Halaman luas yang asri... rumput hijau dan tanaman rindang.. dengan bata merah yang indah. Memasuki bangunan utama bisa dijumpai kamar-kamar tidur (lengkap dengan perabotannya), tempat sembahyang, dapur, ruang makan, dan beberapa ruang lain yang notabene kosong namun sebagai gantinya dipasang foto-foto rekam kegiatan yang diadakan di Lin An Tai beberapa waktu yang lalu. Memasuki ruang demi ruang menggambarkan rutinitas kehidupan penghuninya di masa lampau.




Lin An Tai terdiri dari beberapa blok yang terpisah, namun masih dalam satu area. Ada ruangan dengan banyak meja kursi yang ditata menyerupai ruang kelas. Ruang makan lengkap dengan aneka makanan yang tersaji dimeja. Juga ada taman yang asri, dilengkapi kolam yang terdapat gazebo di tengahnya.

Rasanya betah berlama lama duduk menikmati keindahan Lin An Tai house terasa tentram dan damai.

Thursday, October 6, 2016

Rafting Progo Atas

Saya agak shock ketika tahu puncak acara self management training yang diadakan oleh kantor adalah RAFTING..!!! Hiksss…. Shoooock.… alay bin lebay yaa… :D

Tapi whatever lah … sah sah saja ya respon  tiap orang khan beda beda yaa… dan saya memilih kaget..hehehehe tepatnya takut... Sebenarnya bisa pilih paintball kalau takut tapi saya pengen juga merasakan gimana serunya olah raga air yang sangat memacu adrenalin ini. Paintball menarik juga siih… tembak tembakan berasa ala ala tentara memburu teroris..wekekekkkkk

So… bismillah… saya ikutan Rafting. Dan buru buru nemplok ke beberapa teman yang senior rafting..qiqiqi…. maksudnya mereka sudah pernah rafting dan merasakan terjatuh dari boat saat mengikuti rafting di sungai yang gradenya lebih tinggi dari grade yang akan saya ikuti sekarang.
Gabung di Team Satu,  Saya, Munawar, Wafa, Sigit dan Lusi dan di pandu oleh Fuad sebagai skipper.

Setelah pengarahan dari Progo Rafting kami lantas menuju boat . Strating point dimulai dari bantaran kali progo yang terletak di halaman belakang Hotel Puri Asri – Basecamp PROGO RAFTING, berbatasan langsung dengan sungai Progo. Kami bakal menyusuri sungai Progo Atas sepanjang 9 km dengan jarak tempuh  sekitar 2 jam.

Progo Atas rafting yang saya ikuti ini masuk Grade III, kriteria jeram dibagi menjadi VI… artinya sungai Progo Atas berada ditengah tengah tingkat kesulitannya.


Siang itu.. Magelang turun hujan sejak pagi… tidak terlalu deras tapi tentu menambah debit air sungai.. Fuad menyampaikan kalau air sungai yang banyak cukup membantu karena tidak banyak membutuhkan tenaga untuk mendayung tetapi jeram yang akan dilalui juga bergolak cukup besar.

“ Tapi tidak perlu khawatir karena ciri utama sungai dengan klasifikasi jeram grade III ini adalah, pada setiap jeramnya selalu di akhiri dengan arus tenang atau flat yang cukup panjang… “ imbuh Fuad.

“ Jadi maksudnya kita punya tempat buat tarik nafas dan tenang setelah terombang ambing jeram gituuhh..” sahut saya.

“ wwaaaaaa…. Jeramnya ngeriii  gaaakkk….??!! “ Lusi mulai khawatir.

“ tenang….tenang…. ibu…ibu … tidak perlu takut… ada bapak bapak yang siap menolong kalau tercebur…!!” timpal bapak bapak diiringi tawa keras.

Ya ampun…..saya nyengir nyeri… membayangkan saya tercebur dan terbawa arus.. jantung saya mulai berpacu kencang.

Dan 5 menit kemudian setelah jeram pertama terlewati .. mulailah kami sedikit  bisa mempelajari medan. Beberapa teman dari boat lain ada yang tercebur dan skipper dengan cekatan menolong.












Dan jangan tanya keseruan menit menit berikutnya… :D …. Super katrok… pada gak ingat kalau sudah tua.. dah punya anak gedhe… bahkan sudah punya cucu…
Semua serempak kompak saling ciprat cipratan air.. tabrak menabrak perahu… entah berapa gelas air sungai terminum bila ketawa terbahak bahak dan kena guyuran air di jeram atau cipratan air dari perahu tetangga. Yang ada hanya tawa, jeritan dan keseruan yang menyenangkan.

Rafting atau Arung jeram adalah olah raga kelompok, sangat mengandalkan kekompakan. Kerja sama dan pengertian antar awak perahu adalah faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai.
Tak ada batasan tua muda, atasan bawahan… semua kompak saling bekerja sama mengarahkan perahu untuk melaju dan mengatasi kendala bila sedang memasuki jeram dengan air yang bergolak golak .

Salah satu yang membuat saya di dera takut diawal karena tak dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport). Rafting memiliki potensi kecelakaan paling tinggi dalam dunia olahraga, walaupun kita dapat mengantisipasi dengan melakukan prosedur-prosedur yang benar, pengetahuan, serta keahlian yang memadai, seperti yang dijelaskan oleh pemandu saat sebelum turun ke sungai, satu hal lagi kita harus dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, sehat fisik dan mental.

“ mbaaakk Thaa… Sudah minum milo berapa gelas…??? “ teriakan seorang teman ketika saya muncul dari jalan setapak seusai rafting.
Saya tergelak… minum milooooo…. Tentulah maksudnya air sangai yang coklat pekat .

Dan saya mengacungkan 2 jari kanan disambut acungan jempol dan tawa beberapa teman.

Alhamdullilah… menyusuri sungai progo selesai ketika waktu menunjukan pukul 17. Saatnya balik lagi ke hotel, mandi dan menghangatkan badan dengan segelas milo asli…hehehehe..