Thursday, February 27, 2014

Sebelas di Tanggal Sebelas

Nadjwa umur  11 tahun 2014 ini, tepatnya  11 Februari 2014. Tiada kata lain selain bersyukur pada Allah SWT yang telah memberinya tambahan umur, tambahan ilmu, tambahan kesehatan dan segalanya yang makin bertambah baik diusia Nadjwa .
Tak ada acara special buat Nadjwa, keinginannya hanya memberikan minuman chacha buble tea untuk teman-temannya sekelas. Maka siang itu saya membelikan 28 cup minuman teh susu dengan toping aneka rasa untuk diantar di sekolah Nadjwa di SD Percontohan Sleman.
Malam harinya Nadjwa pingin merayakannya dengan keluarga di Kalimilk, minum susu lagi… J bahagia melihatnya tersenyum , bahagia bisa memberinya apa yang dia minta..
Terima kasih ya Allah…


... Ya Allah..Tuhanku, ijinkan aku memohon…
Lindungi anakku dalam teduh karunia-Mu
Bimbing anakku di setiap persimpangan yang membuatnya bimbang
Beri kemuliaan budi agar membuatnya berarti
Teteskan kebesaran jiwa agar membuatnya bermakna
Sentuh hatinya dengan semangat tulus untuk berbagi
Tanamkan keyakinan terhadap kebaikan
Penuhi tekadnya dengan kerja keras dan pantang menyerah
Teguhkan pribadinya agar tidak mudah goyah



Gusti Allah…..
Terima kasih untuk karunia terindah ini
Terima kasih untuk anugerah tidak ternilai ini


Happy Birthday, Nadjwa Attidhi.

Wednesday, February 19, 2014

Hujan Abu Jogja

Saya baru saja keluar dari toilet setelah cuci muka karena banjir air mata, tiap kali nonton film The Holiday pasti saya nangis, pdhal sudah 3 kali saya tonton, ketika suara gedoran pintu kamar hotel yang bertubi-tubi membuat saya mengerutkan dahi.. sangat kencang dan berulang-ulang.
Ketika pintu saya buka, Hun menghambur dan memeluk saya erat.

“ ya Allah Tha… semalaman aku telpun HPmu gak aktif, dari tadi pagi subuh sampai sekarang juga gak bisa ditelpun, kamu kenapaaaaa…??!!!” Nada suara Hun terdengar begitu cemas.

Sejenak saya linglung, saya mengusap wajah saya yang masih basah. “ eeemmmm gak kenapa-kenapa.., emang kenapa…?” balik Tanya saya makin keheranan. 

Hun melirik televisi, masih memutar film The Holiday channel HBO. Sejurus kemudian senyum kecilnya tersungging. Hun menatap wajah saya lekat dan meraih kepala saya, tangannya erat menangkup kedua sisi wajah, perlahan diletakkannya kepala saya didadanya. Hiksss… saya mendengar degup jantungnya cukup kencang.

“ aku mengkhawatirkan kamu Tha, HPmu off ya.. , aku telpun hotel entah kenapa juga  gak diangkat-angkat… “ Ucap Hun pelan. Menghembuskan nafas berat yang membuat rambut-rambut di dahi saya berkibar.
“ Jogja hujan abu Tha, parah, gunung Kelud meletus…” Lanjut Hun.

“ Haaahh…. !!!”

Detik berikutnya saya melepaskan rengkuhan Hun dan meloncat ke atas tempat tidur, meraih remote dan mengganti dgn channel nasional, sementara tangan kanan saya meraih HP yg tergeletak di meja samping, nyala terisi baterai tapi koneksinya off, ooohhh my God…!! Saya buru-buru  mengaktifkan koneksi.

Begitu sinyal didapat, suara BBM dan SMS silih berganti berbunyi.. Saya melongo , Pandangan saya jatuh ke wajah tampan Hun yg menggambarkan aneka macam emosi, antara khawatir, sedih, geli, jengkel dan bingung yang pada saat yang sama sedang mengamati saya.

Hun tersenyum tipis. Duduk disisi tempat tidur sambil terus mengamati saya yang sedang sibuk membaca sms dan BBM. Saya hanya bisa mengucap Istiqhfar  berulang-ulang. Kekhawatiran saya makin memuncak melihat hampir semua isi recent updates BBM berisi tentang status hujan abu, meletusnya gunung Kelud dan foto-foto rumah dan kota Jogja yang berwarna putih merata karena tertutup abu vulkanik.

hujan abu di Jogja

“ Hun…. “ ucap saya lirih. Ya Allah… tak lebih dari 10 jam saya meninggalkan Jogja kemarin malam menuju Jakarta, berita tentang kondisi Jogja yang lumpuh membuat saya sangat khawatir.

Kebingungan saya buyar oleh suara dering telpun.

Asisten kantor saya menelepon, buru-buru saya angkat. Dan benar saja Astrid mengabarkan kondisi gawat di Jogja, dan mengatakan kalau sekolah, kantor dan bandara ditutup karena hujan abu yang sangat tebal.

Setelah Astrid mengakhiri telpun, saya langsung telpun Ibu. Tak jauh berbeda dengan yang dikhabarkan asisten saya, ibu juga cerita kalau rumah tertutup abu. Ibu meminta saya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan rumah dan anak-anak, semua aman dan terkendali.

Saya kemudian bicara dengan Gallo dan Nadjwa meminta mereka untuk tetap dirumah dan menggunakan masker bila terpaksa keluar rumah.

“ mami gimana pulangnya, bandara Adisucipto ditutup lho…” suara Nadjwa terdengar agak khawatir. Saya melirik Haq “ hhmmm mami segera usaha cari tiket kereta atau bus ya.., adik doain mami biar segera bisa pulang ke Jogja ya..” ucap saya sebelum menutup telepon.

kondisi bandara Adisucipto

“ gak usah khawatir Tha, aku segera cari tiket balik ke Jogja, aku antar ke Jogja..” Hun kembali menenangkan. Saya mengangguk cepat.

Fenomena hujan abu yang disebabkan oleh letusan gunung memang  bukanlah pertama kali terjadi di kota Yogya, tahun 2010 silam, pasca letusan Merapi, kota Yogyakarta juga sempat diselimuti material pasir hasil abu vulkanik, tapi dari info yang saya terima, hujan abu diawal tahun 2014 akibat letusan Gunung Kelud ini ternyata berdampak lebih parah bagi kota Jogja dibanding letusan merapi. Abu kiriman dari Kediri menyelimuti seluruh kota Jogja dan sekitarnya.

Tugu Jogjakarta

Gunung Kelud yang terletak di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, Jawa Timur meletus pada Kamis 13 Februari 2014 malam, sekitar pukul 22.55 WIB. Letusan berikutnya terjadi pada pukul 23.00 WIB dan 23.23 WIB. Letusan besar terjadi pada pukul 23.29 WIB. Kemudian disusul hujan batu dan abu vulkanik ke sejumlah kota-kota di sekitarnya.

Abu vulkanik yang menyebar membuat jarak pandang di sejumlah wilayah Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat (14/2/2014) pagi menjadi terbatas. Penerbangan dari dan menuju kawasan Jatim dan Jateng dibatalkan. Candi Borobudur dan Prambanan pun ditutup.

Akhirnya saya kembali ke Jogja sore hari. 
Tiket kereta sudah langsung habis terjual, sehingga Hun memutuskan untuk naik bus saja daripada menggunakan mobil pribadi.  
Alhamdullilah perjalanan lancar, saat pagi mulai merekah keesokan harinya abu vulkanik mulai terlihat disepanjang perjalanan menutupi seluruh bangunan dan jalan. Dari dalam bus saya melihat kota-kota seperti Temanggung, Magelang, Muntilan, yang berjarak ratusan kilo dari pusat letusan tertutup tebal abu vulkanik.
Titik Nol Jogja

Penumpang bus mulai ramai membicarakan dampak hujan abu, terutama perjalanan kembali ke Jogja yang harus ditempuh berpuluh jam karena bandara Adisucipto ditutup. Suara dering telpon tak henti berbunyi menanyakan kondisi masing-masing. Pertanyaan sudah sampai mana terus terdengar dari jawaban yang terlontar. Saya tersenyum, Haq merengkuh bahu saya dalam pelukannya.

“ gak jadi liburan akhir minggu di Jakarta ya Tha… “ bisik Hun ditelinga saya.
Saya tertawa. “ Tapi khan berkahnya kamu malah bisa ke Jogja antar aku..”
Hun tertawa kecil. “ aku gak mungkin tega membiarkan kamu 12 jam lebih sendirian naik bus ke Jogja. Saya tersenyum tipis.

Sebenarnya kedatangan saya ke Jakarta memang untuk liburan akhir minggu. Saya berangkat ke Jakarta kamis malam. Hun menjemput saya di Bandara Soetta, setelah makan malam saya diantar menginap di hotel yang agak dekat dengan rumah Hun.

Tapi pagi harinya semua rencana sudah berubah karena Jogja terkena dampak letusan Gunung Kelud. Saya memutuskan untuk secepatnya bisa kembali ke Jogja.

Dan pemandangan menakjubkan menyambut saya ketika kaki menginjak tanah kota Jogja yang berubah putih. Sungguh luar biasa. Debu vulkanik yang dibawa angin yang mengarah ke barat ini membuat Jogja menjadi abu-abu. Jarak pandang menjadi sangat terbatas. Tiap kali ada kendaraan lewat, debu kembali beterbangan yang tentunya sangat membahayakan kesehatan.

Rupanya saat Kelud meletus  semburan debunya  mencapai ketinggian lebih dari 10.000 meter. Puncak Gunung Kelud dipenuhi dengan kilat-kilat dan bunyi gemuruh. Penduduk sekitar Gunung Kelud menyebut pemandangan kilat sebelum Gunung Kelud meletus sebagai Thad Thid.  Sungguh indah, tapi sangat menyeramkan.


thad thid

Saat letusan angin yang bertiup di ketinggian 10.000 meter adalah angin yang mengarah ke barat. Jenis angin yang bertiup sangat kencang, sehingga debu letusan Gunung Kelud terbang jauh sekali, ke arah barat, sampai ke daerah Solo, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Samudra Hindia. Sehingga dalam waktu 15 jam, debu letusan Gunung Kelud sudah sampai di kota Lembang, Jawa Barat.

ketebalan abu di halaman rumah

Sejarah kegunungapian di Indonesia mencatat letusan Gunung Kelud yang berada di persimpangan wilayah Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang ini tak pernah kecil. Bahkan sejak tahun 1000 hingga abad 20 gunung ini telah meletus sebanyak enam kali dengan jumlah korban jiwa yang cukup besar.

Berdasarkan Data pusat informasi di Pos Pemantauan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri menyebutkan letusan yang terjadi pada tahun 1586 telah menewaskan sedikitnya 10.000 jiwa. Jumlah tersebut adalah terbesar dalam sejarah letusan Gunung Kelud.

proyek rumah cempaka

Alhamdullilah ditengah suasana tanggap darurat Jogja saya selamat sampai dirumah. Saya hanya bisa kembali Istiqhfar melihat kondisi lingkungan sekitar rumah tinggal. Semuanya berwarna putih, berdebu, udara terasa kering dan panas.

Beberapa hari kemudian kerja bakti bersih-bersih rumah tiada henti, sehari bisa beberapa kali menyirami halaman dan mengepel lantai. Hujan yang dinanti banyak orang belum juga mengguyur kota Jogja hingga hari minggu.
Penyakit gangguan pernafasan mulai banyak muncul, selain itu iritasi mata dan juga gatal-gatal kulit.

Nadjwa yang sangat rentan terhadap debu, mulai terganggu kesehatannya. Badannya mulai demam dan akhirnya batuk pilek.

Demi mengantisipasi meluasnya dampak abu vulkanik, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui siaran RRI Yogyakarta Pro – 1 pukul 11:20 WIB menginstruksikan :
1. Siswa TK dan SD untuk hari Senin dan Selasa 17 dan 18 Februari 2014, belajar dirumah. Aktif kembali pada hari Rabu 19 Februari 2014.
2. Siswa SMP dan SMA sederajat untuk hari Senin dan Selasa 17 dan 18 Februari 2014, masuk sekolah untuk bersama-sama membersihkan ruang kelas sehingga belum ada aktifitas belajar mengajar.
3. Instansi serta SKPD menyesuaikan.
4. Warga DIY secara gotongroyong membersihkan lingkungan masing-masing dan abu yang dibersihkan dikumpulkan dalam kantong plastik/karung dan dibuang pada tempat yang ditentukan (hasil koordinasi antara RT/RW/Kelurahan/Kecamatan dengan BPBD) dan kantung yang berisi abu vulkanik dapat di taruh di lapangan parkir sebelah barat kantor BPBD DIY, Jl. Kenari 14 A Yogyakarta.
5. Sumur warga yang terbuka airnya dilarang digunakan untuk konsumsisebelum dilakukan sterilisasi.
6. Atap yang dibersihkan abu vulkaniknya cukup dengan disempret air dari bawah atau dengan tangga, atap jangan di injak.
Semoga segera diturunkan hujan oleh Alloh yang Maha Kasih.
Gubernur DIY – Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sultan Hamengku Buwono X  juga menetapkan status darurat gangguan abu vulkanik Gunung Kelud.
Instruksi tersebut dituangkan tertulis dalam Surat Keputusan Gubernur Nomor 27/kep/2014 tertanggal 14 Februari 2014. “Masa darurat ditetapkan selama satu pekan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana DIY Gatot Saptadi, Jumat, 14 Februari.

Bersih-bersih Abu Vulkanik di Sekolah Nadjwa


Semoga Jogja segera pulih seperti sedia kala… J

Tuesday, February 11, 2014

Kota 'Batas' Wates

Minggu pagi yang cerah, agendanya berangkat pagi buat nonton konser piano di Sagan , seorang teman nawari lanjut ke Wates buat panen buah Naga. Waaa.. asyik juga niiihhh.. scara saya suka wisata nature gituhh… J apalagi yg ada hubungannya dengan buah dan bunga …gak bakalan saya tolak kalau ditawari.
Anak-anak juga langsung setuju untuk ikut.

Maka siang itu kami melunjur ke arah barat luar kota Jogja menuju  Wates yang dalam bahasa jawa berarti “batas” , sebuah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, yang juga menjadi ibukota penghasil Geblek (sejenis makanan ringan dari tepung singkong) ini, tepatnya kebagian selatan kota yang merupakan  dataran rendah yang landai hingga ke pantai yaitu Pantai Glagah.
Kebun buah Naga yang kami kunjungi berada di lahan seluas 2,5 hektar, sejajar dengan pantai Glagah, sebuah lokasi wisata yang cukup ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya terutama week end.

Tak kamipun tak sia-siakan kesempatan untuk mampir dulu ke Pantai Glagah, saya ingin melihat hasil dari rencana pembangunan dermaga di Glagah.
Pantai glagah terkenal memiliki ombak yang sangat besar, maka saya wanti-wanti ke anak-anak untuk tidak terlalu dekat dengan bibir pantai.
Setelah parker kendaraan kami segera berjalan menuju sebuah jalan panjang menuju tengah laut dengan berhiaskan tumpukan beton di sepanjang jalan. Mungkin ini jalan satu-satunya yang berada di laut pantai selatan. Pemandangannya sungguh menakjubkan.. J


Ombak semakin ganas menerpa batu-batu beton, saya segera meminta untuk melanjutkan perjalanan menuju perkebunan buah Naga yang lokasinya tak jauh dari pantai glagah.

Dari dalam kendaraan terlihat pohon buah yang  dijuluki King of the Fruit bergelantungan dengan warna merah menyala diantara batang-batang tiang beton yang menyangga tanaman. Buah naga tergolong dalam tanaman kaktus , dikenal wonderfully nutrious karena kaya vitamin dan mineral dengan 48%-75% kandungan energi, termasuk kategori sebagai ”fancy fruit” atau ”exotic friut” sekelas kiwi, plum, peach.

Masa produktif Buah Naga adalah selama 15-20 tahun. Buah Naga ditanam dengan sistem tiang, setiap tiang ada 4 pohon, mulai bisa berbuah setelah usia 1 tahun, satu tahun hanya berbuah satu kali dan setiap tiang bisa menghasilkan Buah Naga sekitar 1-1.5 kuintal pada musim panen Bulan September sampai Bulan Juni.

Hhhmmm pas … saatnya panen dan makan si Naga.

Monday, February 3, 2014

Pesona Pacitan

Jalan-jalan lagi… :D , kali ini bersama rombongan teman-teman kantor Fakultas Ekonomi UII.
Cerita plesir yang ada hanya seru dan seru.

Berangkat hari sabtu, 1 Februari 2014 pukul 08.00 wib, tujuan jalan-jalan adalah Pacitan, Jawa Timur.

Pacitan adl sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di barat.
Sebagian besar wilayah Pacitan berupa pegunungan kapur  dengan gua-gua yang indah, diantaranya Gua Gong, Tabuhan, Kalak, dan Luweng Jaran juga pantai-pantainya nan menawan, diantaranya Teleng dan Klayar.

Dengan menggunakan 3 mobil , beriringan kami berangkat menuju kota kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan suka cita. Sepanjang perjalanan diisi dengan tawa canda dan makan-makan. Bekal makanan yang dibawain oleh mbak Alfiah selaku coordinator konsumsi sungguh banyak dan beraneka macam.

Perjalanan akan ditempuh sekitar 3 jam, kami memilih jalur selatan melewati Wonosari.  Rutenya lebih pendek namun harus melewati tanjakan yang cukup tajam. Tapi dengan kondisi  jalan yang cukup rata sepertinya itu adalah pilihan rute terbaik.

Tengah hari rombongan memasuki kota Pacitan dan langsung menuju ke Pantai Teleng.

Pantai Teleng Ria merupakan obyek wisata yang paling banyak di kunjungi saat berada di Pacitan.




Pantai ini berhadapan langsung dengan Pantai Selatan, dengan hamparan pasir putih sepanjang 3Km. Ombak di pantai inipun cocok bagi mereka yang ingin berenang atau hanya untuk bermain-main di kala liburan keluarga. Lautnya tenang,  pemandangan yang melatar belakangi  pantai juga cukup indah, karena disekitarnya dikelilingi oleh rangkaian gunung Limo.
Selain sebagai obyek wisata, Pantai Teleng Ria ini juga dijadikankan untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga pengunjung dapat membeli ikan segar yang baru di tangkap oleh para nelayan.

Setelah istirahat dan sholat, rombongan segera saja menyebar untuk menikmati pantai. Ada yang asyik foto-foto seperti saya dan ke 4 teman2 saya  atau duduk-duduk dibawah pohon cemara sambil lotisan atau belanja batu akik juga beli ikan matang untuk dibawa ke Jogja sebagai oleh-oleh.











Sekitar 2 jam lebih kami menjelajahi Teleng beach, masih ada satu tujuan tempat yang akan kami kunjungi lagi yaitu Goa Gong, tapi sebelumnya kami singgah makan siang dulu, menikmati menu khas Pacitan di RM bu Gandos… sego tiwul dan gulai ikan. Hhmmmm nyam..nyam.. sedappp.



Perjalanan setelah makan siang lanjut ke Goa Gong.
Terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Donorejo, arah Barat Daya Kota Pacitan.

Dinamakan Goa Gong karena didalamnya terdapat sebuah batu yang jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti Gong yang ditabuh.

Ke Goa Gong kali ke dua untuk saya, tapi tetap menarik karena pemandangan didalam goa yang sungguh spektakuler. Sebuah goa horizontal dengan panjang sekitar 256 meter, yang dipenuhi stalaktit, batuan kapur berbentuk kerucut di langit-langit gua, dan stalagmit, batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun.












Sore menjelang magrib, usai sudah perjalanan refreshing kami, setelah puas menikmati angin laut pantai Teleng dan mandi keringat di Goa Gong, saatnya kami pulang ke Jogja. 

Alhamdullilah satu hari yang cerah telah kami lewati, semoga kebersamaan ini semakin mengakrabkan pertemanan dan kekeluargaan.


Sampai ketemu di plesir selanjutnya…. :D