Friday, May 9, 2008

Kacamata GALLO



Sudah hampir 3 tahun ini Gallo harus memakai kacamata untuk membantu memperjelas jarak pandangnya. Terkadang kasihan juga melihat anak kecil sudah harus memakai kacamata. Tapi Gallo akhirnya terbiasa memakai kacamata juga walaupun awalnya Gallo sempat malu pakai lensa buatan itu, bahkan terkadang dengan tertawa tergelak dia bercerita " Mom, saat mandi tadi mukaku langsung tak guyur .. eh nggak tahu kalau masih pakai kacamata.."
Lain hari aku mendapati sang kacamata masih nangkring diwajahnya padahal Gallo sudah tertidur pulas.
Paginya aku goda " Lo, tadi malam mimpinya terlihat lebih ceto ( jelas ) ya.."
" aku masih pakai kacamata ya mom.." tebaknya sambil meringis.
" tiap hari aku tuch merasa nggak pakai kacamata mom, nggak terasa lagi.." lanjutnya.
" nggak pusing Lo kalau pakai kacamata lama ?" tanyaku.
Galo menggeleng.

Sejak kecil Gallo punya kebiasaan memicingkan/menyipitkan mata (kira-kira sejak umur 3 tahun) untuk melihat benda walaupun jarak dekat, awalnya sempat aku curigai kalau mata Gallo minus. Tapi Papanya membantah keras.. Kalau hal tersebut hanya karena kebiasaan Gallo.. ( maksudnya sama dengan kebiasaan papanya yang juga suka memicingkan mata )

Akhirnya dari pada berdebat tak berujung, aku memilih diam. Padahal dalam hati aku menggerutu tak henti-henti… “ .. apa juga susahnya membawa dan memastikannya ke dokter.. !”

Finally… setelah 4 tahun kemudiaan, kekhawatiranku menjadi kenyataan. Setelah direkomendasikan oleh dokter umum sekolahnya aku harus segera membawa Gallo ke dokter spesialis mata. Ya Allah, kedua mata Gallo minus 5 silinder 2.

Aku terhenyak, eyangnya Gallo menangis pilu, papanya shock berat. Berkali-kali dielusnya kepala Gallo dengan pandangan terharu.

Aku tahu, papanya sangat sedih dan menyesal dengan kenyataan ini, keputusannya dulu untuk menganggap ‘enteng’ kebiasaan Gallo memicingkan mata.

Ya sudah… akhirnya setelah cek ulang ke ahli optik, minus mata bisa dikurangi lebih dulu agar tidak pusing namun silinder tetap. Gallo harus memakai kacamata minus 3.

Awalnya agak sulit menanamkan kebiasaan memakai kacamata. Gallo tetap merasa pusing dan juga malu dengan teman-teman sekolahnya.

“ .. mah, aku malu pake kacamata di kelas..”

“ lho kenapa ? kacamatanya khan bagus, Gallo juga tambah cantik kalau pakai..” ucapku mencoba membesarkan hatinya.

“ aku khan sebelumnya nggak pakai, kalau dulu masuk sekolah Budi Mulia sudah pakai aku nggak apa-apa… nanti teman-temanku ngetawain aku..”

Aku tersenyum makhlum… papanya memandang haru..

Akhirnya aku menemui guru kelas Gallo, setelah aku ceritakan permasalahannya, mereka makhlum. Bahkan akan ikut membantu mengingatkan Gallo untuk rajin memakai kacamata jika sedang pelajaran di sekolah.

Hari-hari berikutnya aku sudah tidak lagi mendengar keluhan Gallo, bahkan dengan nada lucu dia pernah cerita kalau pelajaran akan dimulai teman-teman sekelasnya banyak yang berteriak “.. Gallo.. kacamatanya dipakai donk..”

Atas anjuran eyangnya sekarang Gallo minum jus wortel dicampur jeruk tiap hari, …” biar matanya sembuh…”

Benarkah demikian ?

Aku mulai surfing internet mencari artikel tentang khasiat wortel untuk mata minus.

Ternyata wortel tak bisa “menyembuhkan” mata minus, itu cuma mitos. Termasuk juga pendapat yang mengatakan kacamata harus selalu dipakai agar minus tidak bertambah banyak.

Berikut ini kutipan lengkap perihal organ mata dan permasalahannya.

Menurut penelitian ilmiah, wortel memang mengandung banyak vitamin A, tapi kesalahan sistem optik pada mata tidak bisa diperbaiki dengan vitamin A. Ibarat kamera yang lensanya sudah tidak fokus. Film dari merek berkualitas pun akan merekam gambar yang buram jika lensanya tidak sempurna. Dijelaskan dr. Hadi Prakoso W., Sp.M., "Orang menganggap vitamin A berperan dalam fungsi penglihatan manusia, tapi sebenarnya vitamin A lebih banyak berperan pada metabolisme sel-sel saraf yang ada di retina. Jadi, banyak makan wortel pun tak dapat mencegah jumlah minus, plus, atau silinder lensa kacamata anak," ujar optalmologis dari Jakarta Eye Centre ini.

Ada juga anggapan yang mengatakan kacamata jangan terus-terusan dipakai karena malah akan menambah minus. Menurut Hadi, pendapat itu juga tidak logis. Sama dengan anggapan kalau kacamata harus selalu dipakai agar minusnya tak bertambah parah.

Ia menjelaskan, perkembangan ukuran bola mata sama seperti perkembangan tubuh manusia. Lihat saja ukuran bola mata bayi yang lebih kecil ketimbang ukuran bola mata orang dewasa. Hal ini berarti dari masa bayi hingga masa dewasa sebetulnya terjadi perkembangan pada ukuran atau dimensi bola mata. Pada 2 tahun pertama yang sangat berkembang adalah sistem optik di bagian depan mata (segmen depan), yaitu sebesar 60%. Setelah usia 2 tahun segmen depan masih berkembang tapi sudah tidak begitu pesat.

Segmen belakang, lanjut Hadi, akan tumbuh pesat saat usia anak berkisar antara 4 sampai 15 tahun yang kemudian melambat dan berhenti di sekitar usia 18 tahun. Saat itu, bagian belakang bola mata dimana retina berada makin lama makin panjang sesuai dengan pertambahan usia. Jadi, kalau minus pada mata anak bertambah besar, itu karena jarak retina ke lensa makin panjang sehingga minusnya pun akan bertambah besar. Dengan begitu penambahan minus pada usia pertumbuhan terjadi secara alami. Nah, kondisi miopia rabun jauh yang parah dapat terlihat melalui USG yang memperlihatkan segmen belakang bola mata yang sangat memanjang. "Jelas, kan, pertambahan minus sebenarnya tidak bisa dicegah. Banyak orang tua yang datang meminta kiat mencegah bertambahnya minus pada anak. Ya... itu tidak mungkin kecuali kalau anaknya dibonsai," kelakar Hadi.

MENGENAL ORGAN MATA

ORGAN MATA bisa diibaratkan kamera. Bola mata yang terdiri atas kornea mata dan lensa mata merupakan bagian sistem optik yang cara kerjanya sama dengan sistem optik di kamera. Sementara retina yang berfungsi sebagai sensor pada mata bisa dianalogikan sebagai film yang dipasang dalam kamera. Imej semua benda yang dilihat mata, akan difokuskan di retina.

Nah, bila konstruksi bola matanya mengalami ketidaksempurnaan, seperti lensanya tidak sempurna atau tidak sesuai dengan keseluruhan konstruksi bola mata maka fokus bisa jatuh di depan retina atau di belakang retina. Akibatnya mata anak tidak bisa memfokuskan imej benda-benda yang dilihatnya atau disebut refraksi. Kelainan refraksi tak memandang usia, bisa terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa.

Deteksi kelainan refraksi pada anak-anak biasanya berlangsung dengan melihat perilakunya. "Biasanya orang tua mengeluh, 'Dok anak saya, kok, kalau nonton teve maunya ke depan terus. Kalau disuruh menjauh malah protes. Bisa juga terlihat anak selalu menyipitkan mata atau memiringkan kepalanya setiap nonton teve. Sedangkan pada anak usia sekolah, gejala kelainan refraksi dapat terlihat dari seringnya anak berjalan mendekati papan tulis atau sering kedapatan salah menyalin." Untuk mengatasinya anak harus mengenakan lensa buatan berupa kacamata. Dengan alat bantu ini barulah matanya bisa melihat dengan tajam dan bersih.

PENYEBAB REFRAKSI

ASAL TAHU saja, kuat-lemahnya sistem optik pada mata terjadi dengan sendirinya. "Memang dari sononya sudah begitu. Jadi bisa dikatakan sudah merupakan bawaan lahir."

Penyebabnya antara lain, faktor genetik. Sering, kan, pasangan atau salah satu orang tua yang berkacamata memiliki anak yang juga berkacamata. Memang fakta tersebut belum didukung kuat dengan suatu data penelitian, tapi Hadi banyak menemukan kasus seperti itu dalam praktek sehari-hari. "Gen pembawa bakat kelainan refraksi ini bisa dikatakan kuat," ujarnya.

Namun, tentunya kita tidak dapat menghilangkan fakta, orang tua yang tak berkacamata bisa saja memiliki anak berkacamata. Apa pemicunya jika bukan karena faktor keturunan, menurut Hadi, hingga kini belum diketahui. Apakah frekuensi nonton TV atau duduk di depan komputer yang terlalu sering? "Pernyataan tersebut belum dibuktikan secara empiris. Lagi pula tidak semua orang yang banyak nonton teve akan mengenakan kacamata bukan?" tukasnya.

Toh, asumsi tersebut tetap tak ditolaknya 100%. Bisa jadi pemicu makin banyaknya orang berkacamata dipengaruhi pola hidup masyarakat yang sudah berubah. "Dulu anak-anak memang sudah nonton teve tapi kalau sore masih bisa main layang-layang di luar rumah. Namun, sekarang lingkungan di luar rumah menjadi semakin tak bersahabat sehingga anak jadi lebih sering menghabiskan waktu di rumah, di depan monitor teve atau komputer. "Tapi sekali lagi hal ini belum pernah dikemukakan secara ilmiah. Jadi kita masih tidak tahu pasti," tekannya.

MACAM KELAINAN REFRAKSI

INILAH BEBERAPA kelainan refraksi yang kerap dijumpai:

Miopia

Kelainan sering diistilahkan rabun jauh. Terjadi karena sistem optik yang sangat kuat pembiasannya, sehingga fokus bayangan benda yang dilihat akan jatuh di depan retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa minus. Oleh sebab itu, mata miopia dikenal sebagai mata minus.

Hipermetropia

Kalau yang ini dikenal dengan istilah rabun dekat. Apa yang terjadi pada rabun dekat merupakan kebalikan dari miopia, yaitu sistem optik yang terlalu lemah sehingga fokus dari bayangan benda yang dilihat akan jatuh di belakang retina. Kelainan ini harus dikoreksi dengan lensa plus sehingga fokusnya maju ke posisi normal. "Pada bangsa-bangsa di Asia Timur, mata minus atau rabun jauh lebih dominan ketimbang rabun dekat. Namun, di kalangan bangsa Barat atau Arab penderita hipermetropia lebih banyak dibandingkan dengan mata minus," ujar Hadi.

Astigmatisme

Kelainan ini tidak hanya meliputi masalah bagaimana fokus bayangan dibentuk, karena fokus benda yang dilihat terpecah menjadi dua bayangan. Biasanya astimagtisme terjadi karena lengkung datar kornea dan lengkung tegak kornea tidak simetris. Keadaaan ini bisa dianalogikan dengan lengkungan pada sendok. Pada satu sisi ada yang landai sedangkan sisi lainnya terjal. Kalau sistem optik atau suatu lensa terlalu melengkung/terjal maka cahaya yang terbias melalu retina menjadi terlalu dekat. Sedangkan lengkung yang landai membuat fokusnya menjadi terlalu jauh. Akhirnya, imej atau citraan yang jatuh jadi terpecah dua.

Nah, kelainan ini yang oleh orang awam disebut sebagai mata silinder. Namun, terminologi mata silinder ternyata tak tepat karena sebenarnya bukan matanya yang silinder tetapi lensa yang fungsinya mengoreksi keadaan astigmatisme itulah yang bersifat silinder. Jadi, yang ada lensa silinder bukan mata silinder. Kasus astigmatisme banyak dijumpai pada orang Asia.

Kombinasi Kelainan

Kelainan lensa silinder bisa dibarengi dengan kelainan mata minus atau plus. Kalau kelainan astigmatisme berbarengan dengan kelainan rabun dekat, maka fokus benda yang terlihat terpecah menjadi dua dan jatuhnya di depan retina. Gangguan ini bisa diatasi dengan lensa silinder yang disatukan dengan lensa minus. Sedangkan bila dibarengi rabun jauh, fokus benda yang terpecah akan jatuh di belakang retina. Gangguan seperti ini dapat diatasi dengan lensa silinder yang disatukan dengan lensa plus. Intinya menurut Hadi, hampir semua kelainan refraksi dapat diatasi dengan kacamata.


KALAU KELAINAN TERUS BERTAMBAH

JIKA SETELAH lewat usia 18 tahun, minus tetap bertambah, maka penyebabnya tak lain adalah faktor penurunan fungsi sistem optik dan retina pada mata yang bersangkutan. Bisa juga penyebabnya adalah miopia patologis atau keadaan dimana bola mata terus memanjang. Seharusnya, menurut teori, di usia 18 tahun perkembangan bola mata sudah berhenti.

Ada dugaan, miopia patologis ini bisa diperparah dengan kebiasaan banyak membaca. Di saat membaca, otot-otot di sekitar bola mata dikondisikan untuk mengalami kontraksi atau penegangan. Kalau kontraksi otot mata berlangsung terus, maka bola mata bisa semakin memanjang. "Hanya saja penelitian ini dilakukan pada para penderita miopia, bukan pada orang dengan mata normal. Jadi tak bisa dikatakan banyak membaca akan membuat orang jadi berkacamata," ujar Hadi menegaskan.

Kesimpulannya, kacamata hanya berfungsi membantu agar mata dapat melihat lebih jernih dan jelas, bukan untuk mencegah atau justru menambah kelainan yang ada. Juga, apakah kacamata itu dipakai atau tidak, maka tidak akan memberi pengaruh. Hanya saja tentu, kalau kacamata dipakai, anak akan melihat dengan jelas, sedangkan kalau tidak, penglihatannya tetap buram.
Dan wortel menjadi minuman segar dan menyehatkan untuk diminum tapi tidak berfungsi sebagai penghilang minus pada mata.

Bagi Gallo , sekarang ini kacamata tak ubahnya seperti accesories yang wajib untuk dikenakan. Bahkan kalau dituruti tiap hari frame kacamatanya ganti warna mengikuti warna bajunya, he..he..he..