Tuesday, April 12, 2011

Let's boarding, Gal... *-*


Embun masih menggayut dipucuk daun ketika Gallo perlahan menguakkan pintu kamar tidurku.
“.. jadi antar Gallo latihan Vboard ke boulevar khan mom…?” anak sulungku bertanya sambil menghempaskan badannya ringan disamping tidurku.
“ mom masih ngantuk juee…. masih capek…. “ godaku sambil memencet ujung hidung Gallo.
Gallo menggembungkan pipinya lucu. “ udah janjian ma temen2 e mom…, jam 06.00 berangkat ya..”
“.. mandi dulu sana..” kutarik tangannya sambil bangkit dari tidur. Senyumnya mengembang dan badannya yang tinggi menjulang segera melesat hilang dari balik pintu kamarku.

Huuuffhh… kuputar badanku kiri kanan… masih terasa pegal.  Perjalanan Jogja – Jakarta sehari pp cukup melelahkan juga.
Minggu pagi yg cerah… pinginnya masih malas-malasan diatas tempat tidur sambil nonton tv tapi apa daya tugas sebagai tukang ojek Gallo sudah memanggil, mengantarnya latihan vboard di sepanjang boulevard kampus UGM.

Akhir-akhir ini, Gallo sering membicarakan papan meluncur serupa skateboard yang katanya lagi trend disekolahnya. Gallo cerita kalau pinjam vboard temennya dan sudah bisa menggunakan papan beroda dua dan terdiri dari dua bagian yang masing-masing dapat berputar bebas hingga 360 derajat ini.
Wuiihhh… hebat juga keberanian Gallo. Yess… itulah Gallo.. dia sangat menyukai hal baru dan berani mencoba. Lutut dan sikunya sering memar akibat terjatuh, tapi dia tak bosan mencoba untuk belajar.
which one, Gal..?

Alhasil… ketika kemarin aku ke Jakarta, pintanya hanya satu untuk oleh-oleh yang kutawarkan.. vboard, papan hasil evolusi skateboard.
Semalam, tak sabar beberapa kali Gallo sms atau telpon menanyakan jam berapa pesawatku mendarat.
Ketika aku sampai di rumah , setelah mencium tangan dan pipiku, tangannya segera bergerak membuka dos oleh-olehnya. Dan ola la…dengan mata setengah mengantuk karena waktu tidurnya sudah datang dia menjejakkan kaki diatas papan dan meluncur mengitari sofa ruang keluarga.

in action Gal... *-*

Hikss…. Mataku mengerjap tak percaya, dengan lincah badannya meluncur diatas papan beroda dua tersebut, meliuk-liuk mengitari sofa, meja makan bahkan masuk kedalam kamarnya kemudian meluncur ke arahku yg berdiri bengong disudut meja komputer.
Gallo tertawa geli… “ takut ketabrak ya mom..”


Vboard ternyata sangat mengasyikkan dan mendebarkan.  Menjejakkan satu kaki di satu sisi papan dan menaikan satu kaki lainnya, menjaga keseimbangan badan, dan wuussss….meluncur… meliuk-liukan badan seperti huruf S agar papan terus bergerak.

Rendra - Dony - Deo - Fira - Gallo
“… mom…  ayuukkk dah siang nich…” Gallo membuyarkan lamunanku.
Aku tersenyum dan segera bergegas ke kamar mandi. “ tunggu sebentar ya…”
“ cepet ya mom.. temen-temenku sudah menunggu..” ucap Gallo sambil menenteng perlengkapan meluncurnya.

- end -

Thursday, April 7, 2011

Tak henti berpijar


…. Mommy.. doain Nadjwa ya…bilangin eyang manto  jemput sekolahnya jangan telat ya.. bener ya mommy.. jangan telat lho…

Kalimat diatas bukan pesan singkat sekali kirim, tapi kalimat indah tersebut selalu terucap dari bibir mungil Nadjwa setiap pagi.. setiap hari.. sesaat diucapkan sebelum langkah-langkah kecilnya menyusuri koridor sekolah menuju hall sekolahnya.
Mom sering trenyuh mendengar ucapan Nadjwa, dengan senyum dan tatapan sayang mom menunggu Nadjwa hingga tubuh mungilnya menghilang dibalik pintu hall TK dan SD Model Sleman. Memandang dari kejauhan dengan lincah Nadjwa menyalami satu per satu guru sekolah yang berdiri berjajar menyambut kedatangan anak didiknya.

Nadjwaku yang mungil dan manis, adalah anak baru di klas 2C SD Model. Alhamdullilah Nadjwa cepat beradaptasi dengan guru, teman-teman dan lingkungannya.
Hingga tengah semester genap ini, nilai pelajaran Nadjwa juga bagus. Mom tak henti mengucap syukur pada Allah, karena sangat menyayangi Nadjwa.

Teman-teman Nadjwa semuanya baik dan santun. Mom seringkali mendengar sapaan panggilan nama ketika Nadjwa baru turun dari motor.
“ tante , mamanya Nadjwa ya…? Sapa seorang gadis berseragam seperti Nadjwa.
“ iya sayang… namamu siapa sayang..? “ mom tersenyum sambil mengulurkan tangan.
Gadis mungil sebaya Nadjwa menyebut kata Nanda setelah menyalami mommy.
“ Nadjwa masih sholat dhuhur tante.. “ ucap Nanda sebelum bergegas menghampiri mamanya yg sudah menunggu.

Sesaat dari kejauhan Nadjwa tersenyum manis dan melambaikan tangan.
Wajahnya terlihat lelah tapi bahagia.
“ kok yang jemput mommy..? Mommy nggak kerja…? “ matanya berbinar cerah.
Mom mencium pipi Nadjwa dengan gemas.
“ adik suka po dijemput mommy..? “ Nadjwa mengangguk cepat. Tangannya menggenggam erat lengan mom, senyumnya mengembang.
“ mampir ke indomart beli ice cream ya mommy…” pinta Nadjwa.
Mom mengangguk sambil membantu Nadjwa mengenakan jaket dan helmnya.

- end -

Tha & Friends


@ Taman Bunga Nusantara - Cipanas

Sahabat ..
adalah ketika kau sapa matahari,
yang menghangatkan bila dingin menyapamu ..
yang menantangmu dengan teriknya, disaat kau berlari dengan impianmu
yang membuka hari harimu dari gelapnya malam tertidur
dan menutup kisah perjalanan panjangmu dengan indahnya lembayung di ufuk barat

Sahabat ..
adalah ketika kesetiaan bukanlah rutinitas ..
adalah ketika amarah bukanlah akhir dari tangan tangan yang menggenggam
adalah ketika senyuman, aura sebuah kejujuran ..
adalah ketika kesendirian, hanyalah satu renungan ..

Sahabat ..
Bukanlah teman yang lama kau jumpai ..
Bukan pula keakraban yang menjadikan mu apa adanya ..
Sahabat .. adalah hatimu sendiri,
Dimana ia sanggup berkata tidak untuk keburukan ..
Dan ia menuntun langkahmu, ketika kerikil kerikil tajam menghujani dirimu ..
Sahabat adalah pelukan kehangatan, disaat mereka menghujam mu keras ..
Sahabat adalah peluk dan cium, disaat mereka enggan menyapa ..
Taken from : kuyus-puisiadalahhatimu.blogspot.com

Sahabat…
Ketika kita menangis dan tertawa bersama.

 Sahabat ...
12 bulan lalu….
Tak ada yang tak menyenangkan sepanjang perjalanan Jogja – Cipanas – BogorBandung bagi kita ber-12… fully division PPS FE UII.

- end -

Wednesday, April 6, 2011

Sejuta Sayangnya


…. Dua buah novel yang barusan kelar aku baca adalah dwilogi Padang Bulannya Andrea Hirata dan trilogi Negeri 5 Menara milik Ahmad Fuadi. Dua tokoh .. dua buku.. dua perjuangan hidup yang fenomenal. Dua laki-laki bujang yang sangat sayang pada keluarga, dengan memory indah yang lengkap tentang ayah-ayah mereka.
Bagiku.. laki-laki yang sangat sayang kepada ayahnya..hormat dan patuh adalah laki-laki yang memikat.

Bagaimana dengan bapakku?
Aku dan bapakku. Bapak dan anak… bak siang dan malam… bak kompor dan api… bak terong di sayur lodeh… hiks.. perumpamaan yang aneh..
Bapakku, laki-laki baik, yang aku yakin sangat menyayangi anak-anaknya. Laki-laki pekerja keras dan pendiam.
Sejak kecil bapak mendidik anak-anaknya tanpa kekerasan, tanpa banyak kalimat yang terucap. Tapi bila sudah mulai pening dengan kelakuan anak-anak gadisnya cukup dengan sebuah pelototan mata maka kami akan beringsut sembunyi dibelakang pinggul ibu.
Bapak selalu pingin anak-anak gadisnya sehat dan berisi, tiap seminggu sekali acara rutin yang harus kami hadiri adalah kunjungan ke warung tenda jalan demangan dengan berbonceng2an naik motor buat duduk manis dibangku-bangku kayu didalam tenda utk digelontori susu sapi murni dan makan roti bakar.
Kami anak-anak gadis yg manis wajib datang , gak boleh absen apalagi diwakilkan, hehehehehe…
Selain wajib minum susu sapi murni, kewajiban kami yang lain adalah makan durian. Harap maklum keluarga kami adalah penggemar berat buah harum berduri tajam tersebut.
Hampir tiap hari, sepulang dari kerja menjelang dini hari bila dapat jadwal shiff malam, bapak pasti pulang bawa buah durian.
Kami yang sudah tertidur lelap bakal dibangunkan ibu dengan membuka buah berdaging lembut dan harum itu, maka menyembullah kepala kami bertiga dari kamar masing-masing. Jadilah kami berlima pesta makan durian dini hari.

Dibalik rasa sayang bapak, terselip pesan ‘pemaksa’ yang kadang bikin kami anak-anaknya dongkol juga.
Aku ingat ketika hamil Gallo dan ngidam makan bubur kacang ijo mang Ujang diperempatan perumahan dekat rumah. Bubur kacang Ijo langgananku sejak sekolah SMP saat pertama kali menginjakan tanah dirumah ibuku setelah sebelumnya tinggal di rumah simbah di dusun.
Entah kenapa siang itu aku sangat ingin makan bubur kacang ijo, “ mungkin ini yang disebut ngidam “ batinku.
Jarak rumah dan rumah ibu cukup jauh hingga aku meminta pembantuku untuk ambil ke rumah ibu. Sebelumnya aku sudah telpon ke rumah ibu untuk minta dibelikan terlebih dahulu.
Tak kurang dari satu jam aku menunggu pembantuku pulang, dia segera bergegas membuka rantang berisi bubur kacang ijo ketan hitam dan mengguyurnya dengan santan kental.
“ sudah siap bu…” ucap pembantuku sambil tersenyum melihatku yang tak sabar menunggu.
Aku segera meraih sendok dan buru-buru menyuapkan bubur manis itu ke mulut.
Tapi…. aku mengernyitkan kening.
Mulutku yang penuh bubur mendadak terkatup rapat. Susah payah kutelan bubur itu dengan desahan jengkel. Aku hafal betul rasa burjo mang Ujang, dan yang barusan masuk mulutku ini bukan bubur keinginanku.
“ kenapa bu… ? nggak enak…? Mau muntah…?? “ pertanyaan pembantuku bak rentetan peluru ditembakan.
“ gak…!” jawabku ketus.
Kulirik pembantuku , wajahnya pucat pias.
“ tadi kamu beli dimana..?” semprotku
“ saya nggak beli bu. Tinggal ambil dirumah ibu sepuh..” jawabnya takut.
Aku segera beranjak ke meja telpon, memutar nomer telpon rumah ibu.
“ bu… ibu beli dimana bubur kacang ijonya..?” tanyaku sekuat tenaga menahan kekecewaan.
“ tuch bapakmu yang beliin .. katanya burjo perempatan itu nggak enak, sama bapakmu dibelikan di jalan kaliurang..” ibu memberi jawaban yang membuatku mulai kesal dengan bapak.
“ ibu dah bilang kalau kamu bisa marah tapi bapakmu maksa.. “ lanjut ibu.
Aku diam, jengkel, sedih, marah, kecewa campur aduk.
“ sudah nggak usah marah, nanti ibu belikan , ibu antar ke rumahmu nanti sore ya..” aku mengiyakan kalimat ibu, tetap dengan sekuat tenaga menahan marah yang sudah melonjak ke ubun-ubun.
Itulah bapakku dengan sifat pemaksanya.

Memaksa manjat pohon mangga

Kini setelah anak-anak makin berumur, cucu-cucu makin banyak, sifat pemaksaan bapak beralih ke cucu-cucu beliau.
Bahkan nekat manjat pohon mangga ketika cucunya sedang kumpul dirumah.. " eyang petikin mangga ya.. harus dimakan ya...biar sehat...!! " tanpa menunggu jawaban, sang kakek sudah nangkring diatas pohon diiringi wajah kebingungan cucu-cucunya.
Aku mulai sering mendengar keluhan Gallo dan Nadjwa, satu saat meluncur kalimat “ eyang panto tu lho.. aku khan nggak mau makan nasi goreng… malah dipaksa… “ aku hanya tersenyum simpul, bibir Gallo manyun sepuluh centi, hehehehe.

- end -