Monday, October 10, 2016

Catatan ke Taiwan ~Part 2~

Jalan jalan masih berlanjut …

Tujuan kami berikutnya adalah mejeng cantik di Presidential Office Building atau Istana negara presiden Taiwan. Gedung yang terletak di Zhongzheng disctrict Taipei city ini punya best spot yang biasa dipergunakan turis untuk foto diseberangnya. Jadi kepikiran kalau iconnya kota jogja yaitu Tugu Jogja juga punya spot foto…hehehe. Secara struktur bangunan, hampir mirip istana negara pada umumnya berupa blok-blok yang memisahkan antara suatu bangunan dengan bangunan lainnya. Warna yang dilihat dari kejauhan adalah merah tua bercampur dengan putih. Tower utama yang menjulang tinggi menjadi ciri khas bangunan ini.





Sambil lalu Mr. Yellow bercerita dengan bahasa inggris campur bahasa tubuh tentang sejarah istana negara tersebut, diceritakan kalau Arsitektur Presidential Office Building sangat kental dengan nuansa Eropa. Istana kepresidenan ini didesain oleh arsitek Jepang pada masa Perang Dunia ke II ketika Jepang menjajah Taiwan. Bangunan Istana juga menghadap ke timur untuk menyongsong datangnya matahari, sesuai dengan nilai-nilai budaya Jepang. Pada tahun 1998, Presidential Office Building dinyatakan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Taiwan. Semenjak itu juga, Istana mulai dibuka untuk umum. Pembukaan Istana untuk umum mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk mendekatkan Presiden dan rakyatnya.

Presidential Office Building terdiri dari empat lantai dan satu lantai basement. Gedung ini mempunyai kapasitas untuk menampung 2000 orang. Terdapat lebih dari 300 ruang yang sebagian besar berfungsi sebagai kantor. Selain itu, di Istana ini juga terdapat aula-aula dan taman-taman. Presidential Office Building mempunyai sepuluh pintu masuk. Akan tetapi, hanya gerbang depan dan barat yang digunakan sebagai pintu masuk untuk acara resmi. Di bagian depan terdapat menara setinggi 60 meter yang hancur ketika Perang Dunia II berlangsung. Pada masa itu, menara tersebut merupakan bangunan tertinggi di Taipei.

Tidak terlalu lama kita berada di Istana Negara karena tidak masuk area  juga dan hanya foto di seberang istana.


Perjalanan dilanjutkan ke Longshan Temple. Ke Taiwan kalau gak nengok kuil gak afdol ya… Longshan Temple atau Kuil Longshan merupakan kuil tertua di Taiwan, sebagai tempat berdoa umat Buddha. Meski pernah terkena topan, gempa bumi, hingga pengeboman pada Perang Dunia II, kuil ini masih kokoh berdiri.

Kuil Mengjia Longshan terletak di Wanhua, distrik paling tua di Taipei. Kuil ini dibangun sekitar tahun 1738 oleh kaum Fujian yang membuatya menjadi salah satu bangunan tertua di Taipei. Dibangun sebagai dedikasi terhadap dewi Guanyin (dewi welas asih). Nama Longshan mempunyai arti Gunung Naga dan merupakan kuil tertua yang ada di Taipei.







Kuil ini ramai dikunjungi pada hari pertama dan hari ke limabelas kalender Cina. Umat Buddha, Tao dan pemuja Matsu berkumpul di kuil ini untuk berdoa. Kuil ini menjadi pusat spiritual bagi orang-orang di sekitar propinsi Fujian. Bangunannya indah dengan ornamen-ornamen dan patung yang menghiasi seluruh . Patung Dewi Cinta Kasih Guanyin, hiasan sepasang naga di ruang depan, dan empat naga di ruang tengah. Semua patung tersebut dipahat dengan halus dan sempurna.

Setelah kenyang menghirup bau dupa, mr Yellow mengajak kami mengunjungi sebuah tempat bangunan bersejarah Lin An Tai Ancestral House.

Menurut cerita yang dituturkan Lin An Tai Ancestral House adalah rumah tradisional yang dibangun pada abad ke-18 oleh seseorang bermarga Lin, yang awalnya penduduk negeri China. Ia dan keluarganya menyeberang menuju Pulau Formosa dengan harapan membangun kehidupan yang lebih baik. Sesampainya di Taiwan, ia dan keluarganya berhasil membangun bisnis yang memungkinkan mereka membangun rumah tradisional yang mewah. Rumah tersebut yang kemudian kita kenal dengan nama Lin An Tai; gabungan antara nama keluarga dan nama perusahaan yang mereka dirikan. Awalnya Lin An Tai terletak di Daan District. Di sana, konon rumah tradisional ini sempat mengalami pemugaran akibat proyek perluasan jalan dan dipindahkan ke lokasinya sekarang, di Zhongzheng District, tidak jauh dari Keelung River.





Memasuki pintu depan seakan membawa kami seperti ke adegan-adegan di film . Halaman luas yang asri... rumput hijau dan tanaman rindang.. dengan bata merah yang indah. Memasuki bangunan utama bisa dijumpai kamar-kamar tidur (lengkap dengan perabotannya), tempat sembahyang, dapur, ruang makan, dan beberapa ruang lain yang notabene kosong namun sebagai gantinya dipasang foto-foto rekam kegiatan yang diadakan di Lin An Tai beberapa waktu yang lalu. Memasuki ruang demi ruang menggambarkan rutinitas kehidupan penghuninya di masa lampau.




Lin An Tai terdiri dari beberapa blok yang terpisah, namun masih dalam satu area. Ada ruangan dengan banyak meja kursi yang ditata menyerupai ruang kelas. Ruang makan lengkap dengan aneka makanan yang tersaji dimeja. Juga ada taman yang asri, dilengkapi kolam yang terdapat gazebo di tengahnya.

Rasanya betah berlama lama duduk menikmati keindahan Lin An Tai house terasa tentram dan damai.