Pohon talok depan rumah dibabat habis seminggu lalu, mommy capek nyapu daun yang berguguran tiap hari.
“ prunning aja..ntar musim panas dah siap berbuah lagi..” perintah mommy ke mas Sugeng sang eksekutor tanaman.
“ gundulin semua nich mbak..? sayang e buahnya buanyak banget..” Mas Sugeng meringis dari sela-sela daun talok yang over rimbun sambil tangannya nggak brenti-brenti memetik buah merah sebesar kelerang itu dan memasukannya ke mulut.
“ nyam…nyam.. manis e… gedhe..gedhe.. lagi, pupuk tanaman adenium itu ya mbak yang bikin buahnya gedhe..?”
Mommy nggak komentar, sebel ngeliatnya. Disuruh kerja malah makan melulu.
“ mas cepet to.. ntar keburu hujan aku nggak mau bantuin bersihin daunnya lho..” sentak mommy cemberut.
“ weeh.. jangan mbak …nggak usah dibantu… juragan e mbantu .. mengko bayaranku mbok potong mbaakkk…” ucap mas Sugeng cepet-cepet beranjak sambil menggergaji beberapa dahan talok.
Mommy senyum simpul.. asyik nggak mau dibantu.. khan bisa nerusin baca novel ajah..batin mommy senang.
Pohon talok pemberian mas Tomo itu makin besar saja. Sudah beberapa kali mengalami prunning.
Popi yang kepingin nanam pohon talok itu didepan rumah karena kebiasaan Gallo yang sering memanjat pohon talok di halaman rumah tetangga..!!
Pakde Dar, pemilik pohon sampai teriak-teriak menyuruhnya turun. Bukan karena tidak boleh buah kersen atau talok itu diambili Gallo tapi karena khawatir melihat anak perempuan gelantungan di pohon..
“ Dah Lo.. Pakde yang ambil saja ya…Pakde takut kamu jatuh..”
Gallo meringis senang. Tanpa susah payah sekantong talok yang sangat manis sudah tergenggam ditangannya.
Pohon rindang dengan nama latin muntingia calabura ini di
Musin panas yang sangat menyengat menjadikan pohon talok sebagai tempat favorite untuk para orang tua duduk-duduk berteduh dibawahnya dan arena memanjat bagi anak-anak kecil.
Luar biasa memang, buah talok di halaman pakde Dar memang sedang berbuah sangat lebat. Tiap sore Gallo dan teman-temannya rajin datang untuk memanennya.
Selain manfaatnya sebagai pohon pelindung, buahnya yang matang berwarna merah enak dimakan. Anak-anak sangat menyukainya. Tanaman ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga disukai serangga pencari mandu dan nektar, serta buahnya menjadi makanan burung. Di kalangan pelestari burung, tanaman kersen dianjurkan untuk mendatangkan burung-burung.
Perkara manjat memanjat pohon talok ternyata bukan Gallo saja yang suka.
Sebut saja Pakde Narno, pensiunan pejabat BI tersebut suka berbuat aneh dengan memanjat pohon talok raksasa di dekat rumah beliau. Katanya untuk mengingat masa kecil. Jadi ketika dengan cerita Gallo suka keluyuran nyari buah talok spontan dengan suka cita beliau mengajak Gallo untuk lomba manjat pohon talok.
“ ah pakde alasan aja … pasti maksudnya biar nggak malu dilihat orang kalau manjat-manjat pohon … “ batinku.
“ biar pakde punya alasan untuk ngambil talok buat cucu…” ucapnya diiringi tawa ngakak.
Kersen atau talok ternyata memiliki kandungan vitamin cukup lumayan , setiap 100 g bagian buah yang dimakan mengandung 76 g air, 2,1 g protein, 2,3 lemak, 17,9 karbohidrat, 6 g serat, 125 kalsium, 94 mg fosfor, dan 90 mg vitamin C.
Melihat kesibukan anak perempuannya yang tiap hari keluyuran ke rumah tetangga, papanya Gallo punya keinginan untuk menanam pohon tersebut di halaman rumah.
Dengan sosok yang rindang namun tidak begitu lebat dan tinggi sekitar 3 meter cukup bagus juga untuk ditanam didepan rumah. Rantingnya menyebar mirip kipas. Daunnya tunggal berbentuk bulat telor berbulu halus. Bunganya bersifat hermafrodit, mahkotanya berwarna putih. Buahnya hijau dan menjadi merah setelah matang.
Kersen umumnya tidak dibudidayakan, tetapi tumbuh secara liar dan spontan. Perbanyakan dengan biji dan berbunga setelah usia dua tahun. Perbanyakan dengan cara cangkokan akan menghasilkan bunga dan buah yang lebih cepat.
Dikarenakan ketidaktersediaan pohon talok di pedagang tanaman buah, mommy pun hunting ke beberapa teman yang mungkin punya pohon tersebut untuk dicangkokkan. Nggak enak minta tolong pakde Dar .. sudah sering dirampok buah taloknya masih minta tolong dicangkokan.
Alhasil, satu pagi , Edy teman sekantorku tergopoh-gopoh masuk ruang kerjaku.
“ … Mbakyu … berhubung belum ada pohon talok yang bisa dicangkok .. nich aku bawakan yang kecil dulu …”
“ ????!!@@^^&!!! ….” Kutatap dengan heran sebatang tanaman baby talok yang ditanam didalam gelas aqua.
“ Kapan bisa dipanjat anakku Ed ?”
“ Ntar kalau Gallo sudah umur 25 tahunnnn…” Jawabnya ngakak dan secepat kilat lari dari hadapanku.
“ Edy yang aneh….!”
Sekarang, pohon talok dewasa sudah tumbuh didepan rumah, Gallo sendiri hampir bosan memanjatnya.
Sesekali beberapa anak tetangga terlihat bergelantungan memetiki talok tapi segera kabur begitu melihat mommy.
Seperti pakde Dar, mommy nggak mau ada anak tetangga jatuh dari pohon taloknya.
“ bikin masalah saja…” gerutu mommy. “ ambil aja pakai bilah bambu itu..” pesen mommy tiap ada anak yang mau memanjat.
“ ye…. mommy, mana asyiknya... ambil talok tapi nggak manjat..” keluh Gallo.
“ Lho kamu khan boleh manjat kalau ada popi..” sergah mommy.
“ iya sich tapi temenku juga pingin manjat..”
Mommy angkat bahu, tidak ingin memperpanjang diskusi.
Mommy memang hanya memperbolehkan Gallo manjat kalau didampingi popi. Struktur kayu pohon talok yang getas sebenarnya sangat berbahaya untuk dipanjat. Temen mommy pernah cerita anaknya jatuh dan patah tulang kaki karenanya. Bahkan tante Iin temen mommy waktu kecil kepalanya bocor dan mendapat 10 jahitan karena hobbinya gelantungan di pohon talok.
“Mbak… masih kurang gundul nggak nich..” teriakan mas Sugeng membuyarkan lamunan mommy.
Mommy terperangah.. Talok rindang dan berbuah lebat itu tinggal kenangan, hanya terlihat batang utama dan 3 buah ranting sebesar lidi sapu dengan beberapa daun yang menempel.
Mas Sugeng cengengesan sambil membersihkan ranting-ranting pohon dan menaikannya ke gerobak sampah.
“ kepalamu itu yang mestinya gundul…” teriak mommy sewot.
Popi yang melihat adegan itu cuma bisa tertawa ngakak, popi sudah bisa membayangkan ‘kemarahan’ Gallo karena pohon kesayangannya ‘lenyap’.