Tak biasanya hari sabtu kemarin Nadjwa (13 th )
langsung telpun ke HP minta dijemput dari sekolah, biasanya cukup sms , “
guruku bu Mursini meninggal…” ucapnya dengan nada sedih.
“Innalillahi
wainna ilaihi roji'un ( إِنَّا للهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ).. sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya
akan kembali..”
Saya kaget…
benar umur manusia hanya Allah yang tahu.
Ibu Mursini adalah guru math sekolah menengah
pertama saya dan saat ini juga menjadi guru Nadjwa.
Saya lantas bergegas menjemput Nadjwa, mengganti
baju dan asal raih kerudung, sedari tadi saya sibuk memandikan 5 anak kucing
dan tidak menyadari kalau ternyata Nadjwa sudah missed call 8 kali.
Di dalam mobil saya baru sempat buka HP dan
ternyata sudah puluhan chat masuk ke group WA orang tua murid dan juga dari
beberapa teman almamater SMP 4 Depok, memberi khabar dan mengucapkan bela
sungkawa.
“ teman-temanku pada nangis …” ucap Nadjwa
begitu duduk disebelah saya.
Saya tersenyum dan menepuk pelan pundaknya.
“ gak nyangka… hari kamis kemarin masih ngajar
di kelasku dan berkata ‘ sampai ketemu hari senin ya anak-anak…” lanjut Nadjwa
lirih.
Saya terharu… mata saya berkaca-kaca.
“ anaknya masih SD klas 6 , kemarin itu pas
datang ke sekolahan pinjam Hpku…, guruku meninggal karena sakit, cuci darah
tiap minggu ” ucap Nadjwa lagi.
“ Nadjwa mau melayat ? “ tanya Saya
“ mau..mau..!!.. Mommy tahu rumahnya…? Sahut Nadjwa
dengan tatapan senang.
“ Kita tanya ke group ya.. sekalian kalau ada
barengan ntar mommy ajak…” jawab saya.
Nadjwa mengangguk .
Saya lantas mempercepat laju mobil, biasanya
Jenazah diberangkatkan pukul 14.00, dan sekarang sudah lepas azan dhuhur, saya
belum mandi jeeee…. Hikss…
Takziyah atau melayat adalah salah satu bentuk
empati bermasyarakat yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak. Empati wajib
ditanamkan kepada anak namun perlu dikondisikan sesuai usia anak.
Hari ini saya mengajari Nadjwa untuk datang
melayat ke keluarga gurunya… sebuah wujud empati yang bisa dianggap sebagai
salah satu cara untuk merekatkan hubungan persaudaraan.
Ketika kita Takziyah, hal itu ditujukan untuk
menghibur dan meringankan beban kesedihan atas meninggalnya orang-orang yang
dicintai. Dengan kata lain, takziyah adalah obat mujarab untuk menghibur
keluarga yang sedang dilanda kedukaan dan kesedihan
Takziyah bisa menumbuhkan sifat-sifat peduli
terhadap penderitaan orang lain, serta keinginan untuk selalu meringankan beban
penderitaan dan kesusahan orang lain.
Satu jam kemudian , ber 4, saya, Nadjwa, Nabila
teman sekelas Nadjwa dan mamanya on the way menuju Kadisoka untuk melayat.
Alhamdullilah kita bisa bertemu suami dan anak almarhumah. Berjabat tangan ,
menyampaikan bela sungkawa dan mendoakan. Saya juga mengajarkan kepada Nadjwa
untuk memberikan tali asih berupa sejumlah uang yang dimasukan ke dalam kotak.
Prosesi pemakaman yang sedianya dijadwalkan
pukul 14.00 wib akhirnya dimajukan karena mendung mulai menggayut.
Diiringi doa dari sanak saudara, teman ,
tetangga dan anak cucu muridnya jenazah Ibu Mursini diberangkatkan ke pemakaman
yang terletak diluar desa.
Saya juga mengajak Nadjwa untuk ikut hingga ke
pemakaman. Dengan berjalan kaki rombongan mengiringi keberangkatan jenazah.
Isak tangis dari Rama putra almarhumah membuat para pelayat larut dalam haru.
Hujan rintik mengiringi ketika jenazah mulai
diturunkan ke liang lahat. Tangis Rama terdengar makin mengiris hati. Saya
memilih agak menjauh karena tak akan kuasa menahan air mata. Sebagai seorang
ibu saya merasakan kepedihan Rama.
Setelah tabur bunga dan berdoa, satu persatu
pelayat meninggalkan pemakaman. Nadjwa dan teman-temannya terlihat lega bisa
mengantar gurunya hingga ke peristirahat terakhir. Selamat jalan guru Hj. Mursini
semoga Allah menerima amal ibadah, mengampuni dosa dosa dan membukakan pintu
surga untuk ibu. Aamiin.