Saturday, September 2, 2017

Parasailing di Tanjung Benoa


Gallo dan Nadjwa, adalah anak-anak yang pemberani menurut saya. Banyak hal baru yang mereka berani coba dan pelajari. Sejak kecil saya berusaha mengenalkan mereka akan banyak hobby dan kegiatan. Terutama kegiatan yang mengasah soft skill mereka, dari bermain music, olahraga, seni dan lainnya.

Rasa keingintahuan dan berani mencoba itu yang membuat mereka antusias mencoba hal baru di acara plesir ke Bali kali ini, mereka antusias memilih Parasailing di Watersport Tanjung Benoa. 

Parasailing merupakan salah satu olaraga air yang sangat menantang dan seruuu.. Permainan ini memakai payung parasut dan ditarik oleh speed boat mengelilingi pantai tanjung benoa, jadi persis seperti sedang terjun payung beneran dan kita dapat melihat keindahan pesisir pantai selatan pulau Bali dari ketinggian.

Setelah memesan paket untuk 3 orang, untuk anak-anak dan pak Munawar, yaitu teman kantor satu rombongan, kami lantas kembali menaiki perahu menuju tengah laut untuk pindah ke speed boat. Di atas kapal sudah ada beberapa orang yang akan ditarik naik ke angkasa, kami duduk dulu menunggu persiapan pasang parasut.




Sambil menunggu, saya pandangi kedua buah hati saya tersebut. Kedekatan mereka berdua satu sama lain sangat menentramkan hati saya. Setiap kali bisa mengajak anak-anak pergi piknik dan menikmati kebersamaan seperti ini dan melihat mereka bisa tersenyum ceria, sungguh bahagia hati saya sebagai seorang ibu.

Tahun ini Gallo lulus SMA dan akan melanjutkan kuliah. Tak terasa begitu cepatnya waktu berlari. Rasanya baru kemarin saya pangku dan gendong, sekarang telah tumbuh dewasa dan cantik. Sementara Nadjwa tahun depan gantian cari SMA, gadis kecil saya sebentar lagi sudah menjadi remaja. Nadjwa yang manis dengan lesung pipit di kedua pipinya.

“ moma…. Kok melamun…” Nadjwa tiba-tiba pindah duduk disebelah saya .
Saya tersenyum dan mengelus rambut hitam panjangnya. Si bungsu dengan manja memeluk saya.

“ Pada kedinginan ya..?” Galo tertawa kecil dan ikutan memeluk.

Dan kami bertiga berpelukan

“ eeehhh.. ada teletubbies…..berpelukaaannn !!! “ celetuk pak Munawar.

Hahahaha… jadi malu dengan Pak Munawar…




Tak berapa lama, anak anak dan pak Mun di minta persiapan untuk parasailing. Atribut seperti harnace dan tali pengamanan dipasang.

Dan meluncurlah mereka di angkasa.. ditarik boat dengan kecepatan tinggi mengitari Tanjung Benoa. Teriakan dan jeritan ketiganya sontak terdengar nyaring begitu badan mereka tertarik parasut. Saya ngilu melihatnya… luar biasa bener mereka bertiga itu.. Perasaaan ngeri menjalari tengkuk saya.. bagaimana dengan keamanan mereka apakah mungkin tali ini kuat.. aman..? … dan bagaimana dengan resiko jatuh ke laut ……… ya Allah.. diam-diam saya berdoa untuk keselamatan mereka bertiga . Ketakutan akan jatuh pasti ada, namun sensasi terbang tersebut membuat saya yang melihat di bawah iri dibuatnya..hehehe..

Diatas sana mereka pasti merasakan keseruan dan sangat menyenangkan. Menikmati pemandangan indahnya Pulau Bali dari ketinggian lebih dari 100m.


Entah berapa menit kemudian mereka terlihat ditarik kembali mendekati kapal dan akhirnya ketiganya menjejakan kaki di kapal. Ucapan pertama yang keluar dari bibir Nadjwa adalah…. “ mami mau lagiiiii…. Seruuu….”



Saya tertawa tergelak…




Ya Allah… terima kasih telah Engkau titipkan anak-anak pemberani ini ..