Sunday, April 6, 2008

Let's talk about BRAIN

Istirahat makan siang setelah setengah hari berkutat dengan workshop keuangan jadi ajang diskusi seru ketika mommy menyapa salah seorang teman mommy yang terlambat datang.
“ nungguin anakku dulu, ngambek nggak mau sekolah ..”
“ lho kenapa ?”
“ ada masalah di sekolah, dengan temannya, sepertinya anakku malah nggak mau sekolah dan minta pindah..”
Wow.. sepertinya masalah berat nich..
“ aku pakai jasa konseling anak, kewalahan dan bingung gimana ngadepin anakku..” lanjut teman mommy.
“ terus…” mommy makin serius menyimak.
“ anakku kecewa dengan sikap sekolahnya, ada teman baiknya yang punya kasus disekolah karena mencuri, nggak jelas persoalannya kok anakku disuruh ikut tanda tangan di surat pernyataan..” sejenak teman mommy berhenti untuk meneguk air minum.
“ setelah itu kok pertanyaannya ke aku anah-aneh, ada nggak penyakit mencuri ? bisa nggak penyakit itu menular ? kalau dekat-dekat dengan penderita penyakit itu akibatnya gimana ? satu sekolah bisa ketularan nggak?... duch aku tiba-tiba jadi bingung harus ngasih jawaban apa..” teman mommy menghela nafas.
“ setelah itu hari berikutnya dia nggak mau lagi sekolah…”
“ konselingnya bilang apa?” tanya mommy
“ anakku tipe anak yang berfikir hanya dengan otak kiri..”
Mommy tersenyum.
“ ah.. ya nggak mungkinlah, anak secerdas anakmu dengan daya pikir seperti itu .. baru kelas 3 SD lagi .., mungkin dia lagi boring aja..”
“ ah entahlah katanya nggak seimbang cara berfikirnya. Begitu kena masalah dia ‘kekeh’ dengan keputusannya sendiri, bener-bener nggak mau dengar pendapat aku, bapaknya atau orang lain “.
“ Bahkan dia sudah milih sendiri kemana dia mau pindah sekolah.., tapi khan nanggung saat semester akhir gini, sekolah lain nggak bisa menerima..” teman mommy melanjutkan lagi.
“ kegiatannya diluar sekolah ngapain mbak ?” tanya mommy
“ segala macam… ya musik, ya renang ya ngaji..”
mommy manggut-manggut.
“ temannya banyak..?” tanya mommy lagi.
“ banyak banget .. dilingkungan rumah banyak, teman sekolahnya sering juga main kerumah..” jawab teman mommy.
So apanya yang salah, anak itu sudah bisa berfikir pakai logika, tau sebab dan akibat, secara akademis dia pintar, segala kebutuhannya sebagai anak tunggal pastilah sangat terpenuhi… trus apalagi… mosok karena otak sich…!! Mommy jadi berfikir keras… he..he.. ngomong-mgomong berfikir pakai otak sebelah mana mom… :-D

Sayang pembicaraan terputus karena sesi workshop harus dilanjutkan lagi…

Pikiran mommy jadi melayang dan nggak konsentrasi dengan uraian pemateri.
Otak kanan otak kiri … Otak kanan otak kiri … jadi terngiang-ngiang ditelinga.

Hmmm nggak ada salahnya surfing artikel diinternet .. cari tau tentang otak kanan otak kiri ….pasti banyak manfaatnya.



Latihan Menyeimbangkan Otak Kanan dan Kiri
Kreativitas dan imaginasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, maka kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.

Otak manusia terdiri dari belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Ouotient) seseorang.

Sayangnya system pembelajaran di negeri kita masih mengacu pada perkembangan otak kiri semata, meskipun akhir-akhir ini ada beberapa lembaga yang sudah mulai merintis pembelajaran untuk mengoptimalkan pula belahan otak kanan. Padahal di Eropa dan Amerika misalnya, pendidikan yang diterapkan berupa kegiatan menari, menyanyi, melukis dan sebagainya pada awal-awal pendidikan. Mereka yakin dengan merangsang seni, kreativitas dan imajinasi terlebih dahulu, ketika belajar yang matematika dan analogis nantinya bisa lebih baik. Kondisi ini terbalik di Indonesia yang nampak dari kurikulum nasionalnya tampak cenderung melalaikan pengembangan kreativitas dan imajinasi anak.

Padahal kreativitas dan imajinasi sangatlah penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak sudah dikembangkan, maka kelak dalam dirinya akan terbentuk sikap dan pribadi kreatif dan tidak tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian maka dia akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.

Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yang lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa latihan dan kebiasaan ini sebaiknya dilakukan tiap hari.

Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir
Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik. Maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang baru dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak 3 kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya. Jadi tidak bosan mengulang membaca pelajaran adalah hal yang harus dibiasakan pada anak. Karena belum paham hal tersebut maka kita sebagai orangtua harus memotivasi mereka. Dengan bermain tebak-tebakan misalnya maka anak akan terdorong untuk mengingat kembali apa yang barusan dibacanya. Atau sesekali orangtua yang membaca dan anak mendengarnya, kemudian tanya anak kembali beberapa hal yang diingatnya. Bahkan main tebak-tebakan ini bisa dilakukan tiap waktu, sambil makan malam, sambil menonton TV, dalam perjalanan mengantarnya sekolah misalnya.

Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera
Alat peraga merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk membuat ingatan anak makin kuat serta mudah mencerna sehingga daya analogi-logikanya berjalan. Misalnya menerangkan pembagian, pergunakan kerikil atau biji-bijian sehingga anak mudah memahami bahwa 20 biji kalau dibagi 2 maka sama rata tiap bagian akan berjumlah sepuluh. Dengan makin banyak alat bantu yang bisa disentuh, dilihat, dibaui dan didengarnya maka akan makin kuat memori anak. Jadi optimalkan kelima panca inderanya untuk membentuk kesan yang kuat pada memorinya.

Biasakan Rapi dan Disiplin
Sementara untuk membantu anak tidak melupakan barang-barangnya dan tidak teledor, maka biasanya anak bertindak rapi dan disiplin untuk meletakkan barang-barang sesuai dengan tempatnya. Misalnya bedakan di mana tempat menaruh peralatan sekolahnya, buku-buku pelajaran, alat-alat bermain, peralatan keterampilan, buku-buku sekolah maupun buku-buku komiknya. Kebiasaan kecil ini kalau diremehkan akan membentuk sikap teledor dan pelupa sampai dewasa.

Musik, Seni dan Olah Raga
Di pagi hari, hidupkan musik yang dinamis, siang hari musik yang lebih menenangkan agar anak bisa beristirahat. Musik apapun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat kita tenang atau memberikan dorongan semangat. Dorong anak mengembangkan bakat seni atau olah raga yang nampak disukainya. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol seperti berenang, lari pagi tiap minggu, karate dll.

Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar
Membaca merupakan media untuk membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca buku-buku yang baik yang memiliki kosa kata dan dialog yang baik merupakan contoh yang sering menjadi bahan imitasi berbahasa anak sehari-hari. Maka berikan buku-buku bacaan yang berkualitas. Demikian pula cara kita berbicara akan sering didengar anak dan menjadi contoh pula caranya berkomunikasi dengan orang lain, jadi pergunakan cara berbahasa yang baik dan benar. Membacakan cerita sebelum tidur, selain akan menambah kosa kata anak juga akan melatihnya berbahasa sesuai dengan dialog yang didengarnya.

Melatih Daya Tahan terhadap Rasa Kecewa
Banyak orangtua yang merasa bersalah karena masa kecilnya yang serba kekurangan atau merasa kurang waktu untuk anak, kemudian menggantikannya dengan memenuhi segala permintaan anak. Pada akhirnya anak sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak keinginannya, bagaimana menahan keinginan, ataupun rasa kecewa ketika gagal mencapai suatu hal. Padahal hal-hal ini sangat berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri dan melatih stabilitas emosinya, kemampuan pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan emosinya kelak. Jadi sesekali boleh kita melakukannya, tetapi tentu saja jangan biarkan anak frustrasi berkepanjangan, komunikasi dan berikan pengertian sehingga anak bisa belajar mentoleransi dan beradaptasi dengan rasa kecewanya. Selamat berlatih dan membiasakannya menjadi kebiasaan rutin dan baik.

Note :
* Otak manusia terdiri atas belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri atas kemampuan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dll. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian.

* Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik, maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang barus dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu , tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak tiga kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya.
(www.balipost.co.id)