Saturday, December 31, 2011

Tanah Lot



Datang ke pantai idealnya ya klu gak sunrise ato sunset… tapi kalau tengah hari ngider di Tanah Lot pastilah ada penyebabnya … apalagi klu bukan karena terlambat kedatangan. Ke Bali pada saat musim liburan sekolah… mau gak mau kesulitan utk cepat akses ke lokasi menjadi kendala yg tak dapat ditawar. Obyek wisata tanah lot yang terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan ini menjadi obyek wisata pertama yang kami kunjungi di BALI PARADISE. Setelah makan siang di Bali Agung yg letaknya tidak terlalu jauh dari pantai maka… jalan-jalan segera dimulai….. :-D


Menyusuri jalan menuju gerbang Tanah Lot adalah kali ketiga buat mom, kedua buat Gallo dan pengalaman pertama buat dedeq Nadjwa. Tidak banyak perubahan kecuali toko2 souvenir dan tempat hang out disekitar pura terlihat makin rapi dan lebih nyaman untuk jalan, walaupun begitu jalan-jalan di pantai tengah hari tetaplah bukan saat yang menyenangkan. Panas, gerah dan melelahkan. Tapi keadaan itu tetap tak menyurutkan langkah-langkah kami tuk menyaksikan keindahan pura yang merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.


Pura tanah lot adalah tempat ibadah suci bagi umat hindu di Bali, jadi sebagai wujud penghormatan bagi wanita yg sedang datang bulan dilarang masuk ke pura. Pura Tanah Lot adl  sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung).


Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. 


Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.


Setelah ambil beberapa foto, buru-buru kami mencari tempat teduh. Tempat yang sama ketika sekitar tahun 2000-an kami kunjungi dulu. Ketika itu Tanah Lot sdg diipakai untuk upacara Galungan jd sungguh moment yang pas menyaksikan paduan keindahan antara ibadah dan pura di pantai yang mempesona.


Sayang kami harus segera beranjak dari Tanah Lot. Waktu yang sangat sedikit tersedia sungguh membatasi kami tuk berlama-lama menikmati laut dan pura yang terkenal keindahan sunsetnya .

Berlanjut ke Bali Waterboom……