Thursday, December 12, 2013

Venetië van Java.

Jalan-jalan lagi ke Semarang J …..  kembali mengunjungi tempat-tempat yang beberapa waktu lalu pernah saya kunjungi. Kebetulan weekend dan bertepatan dengan hari ulang tahun saya, maka saya ajak anak-anak  dan keluarga jalan-jalan lagi ke Semarang.
Semarang merupakan satu kota yang memiliki keunikan yang jarang ditemui di kota – kota lain, karena terdapat dataran rendah yg suhunya relatif panas yang biasa disebut Semarang Bawah, & daerah perbukitan dengan suhu relatif dingin yg biasa disebut Semarang Atas.

Tema jalan-jalan saya kali ini adalah wisata religi. Saya ingin mengunjungi MASJID AGUNG JAWA TENGAH.


Maka pagi itu tujuan pertama adalah sebuah masjid  megah yang terletak di jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang Jawa Tengah.
Masjid  dengan luas lahan mencapai 10 Hektar dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bergaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani.

Masjid Agung Jawa Tengah Semarang ini dibangun pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto, akhirnya Masjid Agung Jawa Tengah Ini diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006.


Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah shalat jum’at untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, Kakanwil Depag Jawa Tengah.



Di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah Semarang ini terdapat Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah di Tower Asmaul Husna Lantai 2 dan 3, Hotel Graha Agung di sisi Utara dan resto yang memiliki view terbaik di Kota Semarang ini di Tower Asmaul Husna Lantai 18.


Destinasi berikut adalah  KLENTENG AGUNG SAM POO KONG


Kedatangan saya di klenteng ini adl untuk yang kedua kalinya, saya gak bosan datang mengunjungi patung Laksamana Cheng Ho, tempatnya adem, luas dan eye catching dgn warna merah menyalanya. 




Selain itu tempat ini  tidak hanya sebagai tempat beribadah dan berziarah, Klenteng Agung Sam Poo Kong juga menjadi tempat yang tepat untuk napak tilas jejak kedatangan Laksamana Cheng Ho. Dan kalau mau ‘katanya’  bisa juga meramal nasib dengan bantuan biokong.

Klenteng Agung Sam Poo Kong atau yang juga dikenal dengan nama Gedung Batu merupakan tempat peribadatan umat Tri Darma terbesar di Semarang. Keberadaan klenteng ini tak bisa dipisahkan dari kisah pelayaran kolosal admiral Cina muslim bernama Laksmana Cheng Ho. Berbeda dengan Bangsa Eropa yang membawa misi 3G (Gold, Glory, Gospel) dalam tiap pelayarannya, misi yang diemban oleh Laksmana Cheng Ho hanyalah misi damai dan berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya.


Selain sebagai tempat peribadatan, saat ini Klenteng Sam Poo Kong juga menjadi salah satu wisata religi yang diunggulkan di Semarang. Kompleks Klenteng Agung Sam Poo Kong terbagi menjadi dua bagian, yaitu plaza utama dan bangunan klenteng. Pengunjung yang tidak memiliki kepentingan hanya boleh masuk ke plaza utama, tempat di mana berdiri patung Laksmana Cheng Ho setinggi 10,7 m. Patung berbahan dasar perunggu yang dibuat di Cina ini merupakan patung tertinggi di Asia Tenggara. 



Di sebelah selatan terdapat gerbang raksasa berwarna merah menyala yang membuat kita serasa berada di Negeri Cina. Di balik pagar besi terdapat bangunan klenteng yang hanya boleh dimasuki oleh pengunjung yang hendak berdoa atau ingin membaca peruntungan yang dikenal dengan istilah ciamsi.



Berhubung saya tidak datang untuk berdoa apalagi diramal cukuplah duduk-duduk sambil melihat komplek Plaza Utama dengan dominasi warna merah dan bau dupa.


Ke Semarang gak lengkap kalau tidak ke LAWANG SEWU. Maka destinasi lanjutannya adalah sebuah bangunan megah dan memiliki cerita seram yang terletak di Bundaran Tugu Muda jalan Pemuda Semarang.


Ditawari untuk ke Lawang Sewu malam hari, …. “hah… apa maksudnya..??” saya mendelik. Yang nawari cuman cengengesan gak jelas..
“ khan belum pernah ke Lawang Sewu malam hari..?”

“Hellloooo…. “!!!!
“ iihhh… tempat itu khan seram… bahkan cerita sejarah dibalik gedung itu khan penuh dengan kisah horor..  hiks.. coba goggling keyword ‘lawang sewu’ yang ada semua cerita tentang keangkerannya..” ucap saya gusar.

“halahhh bilang saja takut..”

“yailah..sudah tau takut masih nawarin…” ucap saya sebel. Jujur saya takut, siang aja terasa seram apalagi malam.

Tetapi…..  Lawang Sewu tetaplah tempat yang akan selalu saya datangi tiap ke Semarang,  walaupun saya juga tidak lama-lama berada di gedung yang awalnya adalah kantor administrasi Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, perusahaan jawatan kereta api swasta pada jaman Belanda.
Cukup satu kali putaran jalan dari pintu masuk dan keluar dari arah samping menuju monument kereta api.. that’s it… cukup, ditambah beberapa jepretan foto .




Sebenarnya ketenaran Lawang Sewu bukan karena sejarahnya melainkan cerita mistik yang tersimpan rapat di dalam gedung. Sejarah kengeriannya mulai terukir ketika berlangsung Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Gedung ini menjadi saksi bisu pertempuran antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai Jepang. Lawang Sewu menjadi ladang penyiksaan dan pembantaian (killing field) pemuda-pemuda kereta api oleh Jepang di dalam gedung Lawang Sewu tersebut. Yang konon korbannya mencapai ribuan. Dilantai bawah tanah terdapat penjara jongkok yang dahulu digunakan untuk memenjarakan para pemuda kereta api yang tertangkap sebelum dibunuh. Dan mayatnya dibuang di sungai kecil disamping bangunan Lawang Sewu. Sungguh sebuah bentuk kebiadaban tentara Jepang yang memperlakukan para tahanan dengan tidak manusiawi. Mereka hanya bisa berjongkok.
Lawang Sewu menjadi icon mistik di Jawa Tengah. Dari kisah pertempuran yang menyisakan kepedihan itulah, Lawang Sewu dikenal sebagai tempat kawasan wisata hantu. Lawang Sewu menjadi daya tarik wisata selain arsitektur bangunannya yang indah, juga karena cerita penampakannya. Masyarakat meyakini arwah para korban pembantaian itu masih menghuni Lawang Sewu dan bergentayangan sampai sekarang. Misteri penampakan hantu Belanda dan Jepang serta jeritan noni-noni Belanda di waktu malam menjadi cerita yang menyeramkan.





Jadi kalau saya tidak berani datang ke Lawang Sewu malam hari, sepertinya masih wajar… hehehehe.


Tujuan saya selanjutnya adalah Vihara Buddhagaya Watugong terletak sekitar 30 menit dari kota Semarang menuju kota Ungaran,lokasi ini saya datangi sekalian menuju arah pulang ke Jogjakarta.

Vihara ini memiliki banyak bangunan dan berada di area yang luas. Salah satu bangunan yang paling menarik perhatian mata di vihara ini adalah Pagoda Avalokitesvara (Metta Karuna artinya Kasih Sayang).



Vihara Buddhagaya adalah Vihara pertama pada penyebaran agama Budha di Pulau Jawa, setelah kejatuhan Kerajaan Majapahit. Ajaran Budha ini dibawa oleh Bhikkhu Narada Mahathera yang berasal Srilangka.


Bhikkhu Narada Mahathera datang ke Indonesia membawa dua pohon Bodhi. Keduanya ditanam di kawasan Borobudur, kemudian pada tahun 1955, salah satunya dibawa ke Semarang dan ditanam di Vihara Buddhagaya.



Pagoda Avalokitesvara merupakan Pagoda Tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 45 meter dengan 7 tingkat yang melambangkan, Dengan bentuk segi delapan dimana pada bagian dalam Pagoda terdapat patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) berukuran besar dan patung Dewi Kwan Im berukuran kecil yang berada ditingkat 2 – 6 yang menghadap 4 penjuru mata angin dengan harapan sang Dewi Kwan Im memancarkan welas asih keseluruh penjuru mata angin.


Salah satu peninggalan di Vihara Buddhagaya ialah patung Buddha tidur di bawah pohon Sala. Sejarah mencatat bahwa Sang Buddha dilahirkan di bawah pohon Sala, dan begitu pun saat Buddha meninggalnya, Buddha menghembuskan nafas terakhir di antara dua pohon Sala. Pohon ini harum bunganya menyebar saat berada di dekatnya.  Selain itu, dikenal juga dari buahnya yang jatuh ke tanah dan terbelah akan mengeluarkan bau tak sedap.