Friday, January 3, 2014

Barong Dance

Yang ada hanya bersyukur karena Allah memberi saya kekuatan menyusul anak-anak liburan ke Bali akhir tahun ini. Setelah 5 hari opname di RS karena penyumbatan pembuluh darah di perut bagian kanan bawah saya ‘menyanggupkan diri’ untuk terbang tanggal 30 Des 2013 menyusul anak-anak ke pulau Dewata. Alhamdullilah perjalanan saya lancar, pesawat garuda yang saya tumpangi tepat landing pukul 18.30 wita.

Bahagianya melihat senyum anak-anak yang mengembang cerah melihat kedatangan saya. Thanks ya ibu dan teman-teman yang sudah menjaga dan menemani anak-anak liburan terlebih dahulu sejak tanggal 28.

Saya belum banyak mendapat cerita liburan mereka sebelumnya karena malam itu saya harus cepat mengistirahatkan badan karena nyeri pelan-pelan datang merambat dari perut saya kea rah kaki kanan dan punggung.
Saya ingin menemani anak-anak jalan-jalan besok seharian, walaupun teman-teman menyarankan untuk istirahat saja dihotel dan baru ikut wisata pada tanggal 1. Saya pun menawar dan mengatakan kalau memang kondisi saya tidak kuat saya akan minta diantar balik ke hotel pakai mobil rental, dan mereka setuju.


Maka pagi itu usai sarapan di hotel, jalan-jalan pertama saya di Pulau yang paling terkenal di Indonesia itu adalah menikmati sendratari Barong di desa Batu Bulan. Bali memang mengagumkan , pulau yang menyimpan gabungan keindahan lanskap alam spektakuler dgn budaya yang begitu memikat. Kebudayaan terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Ada dan tiada wisatawan maka riuh adat dan genderang bunyi tabuhan alat musik tradisional tetap dipentaskan. Seperti yang saya lihat di Jambe Budaya ini story of the barong and keris dance yang menggambarkan pertarungan antara “kebajikan” melawan “kebatilan”. Barong adalah binatang purbakala melukiskan “kebajikan” dan Rangda adalah binatang purbakala yang maha dahsyat menggambarkan “kebatilan”.

Posisi menentukan hasil, hehehe… pentas hari itu full pengunjung, dan rombongan set duduknya dibelakang sementara didepan untuk bule-bule dan wisatawan domestic yang VIP sepertinya. Jadi saya harus mengerahkan lensa tele utk mencoba menangkap gambar para pemain sendratari tsb. Dan hasilnya tidak memuaskan..hehehehe.. L

Dari story board yang diberikan ke pengunjung, cerita yang dipentaskan seperti ini alurnya :

Gending Pembukaan

Barong dan kera sedang berada dalam hutan yang lebat. Kemudian muncullah tiga orang bertopeng menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak ditengah-tengah hutan, yang mana anaknya telah dimakanoleh harimau. Ketiga orang itu sangat marah dan menyerang Harimau (Barong) itu dalam perkelahian ini hidung diantara salah seorang dari tiga orang tadi digigit oleh kera.

Babak Pertama
Dua orang penari muncul dan mereka adalah pengikut-pengikut dari Rangda sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya.

Babak Kedua
Pengikut-pengikuti Dewi Kunti tiba. Salah seorang dari pengikut Rangda berubah rupa menjadi setan (semacam Rangda) dan memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunthi yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Keduanya menemui Patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunthi.


Babak Ketiga
Muncullah Dewi Kunti, anaknya Sadewa dan Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya Sadewa kepada Rangda tetapi setan (semacam Rangda) memasukkan roh jahat kepada Sedawa hal ini menyebabkan Dewi Kunti  marah dan tetap berniat mengorbankan anaknya kepada Patihnya untuk membuang Sadewa kedalam hutan dan Patih ini pun tidak luput dari kemasukan roh jahat oleh setan tersebut. Sehingga sang Patih dengan tiadak perasaan kemanusiaan, menggiring Sadewa kedalam hutan dan mengikatnya dimuka Istana Sang Rangda.



Babak Keempat
Turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian hidup kepada Sadewa dan kejadian ini tidak ddiketahui oleh Rangda. Kemudian datanglah Rangda untuk mengoyak-ngoyak dan membunuh Sadewa tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang telah dianugrahkan oleh Dewa Siwa. Rangda menyerah kepada Sadewa dan memohon untuk diselamatkan agar dengan demikian dia bisa masuk sorga. Permintaan ini dipenuhi oleh Sadewa, dan Sang Rangda pun mendapat sorga.









Babak Kelima
Kalika salah seorang pengikut Rangda menghadap kepada Sadewa untuk diselmatkan juga tetapi ditolak oleh Sadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian dan Kalika berubah menjadi “Babi Hutan” dan didalam pertarungan Sadewa melawan “Babi Hutan” ini Sadewa menang. Kemudian Kalika (Babi HUtan) ini berubah menjadi “Burung” tetapi tetap dapat dikalahkan oleh Sadewa. Kalika(Burung) berubah rupa lagi menjadi Rangda oleh karena saktinya Rangda ini maka Sadewa tidak dapat membunuhnya dan akhirnya Sadewa berubah menjadi Barong karena sama saktinya maka pertarungan antara Barong melawan Rangda ini tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan dan perkelahian ini berlangsung terus abadi, “Kebajikan” melawan “Kebatilan”. Kemudian muncullah pengikut-pengikut barong masing-masing dengan kerisnya ynag hendak menolong Barong dalam pertarungan melawan Rangda. Mereka semua inipun tidak berhasil melumpuhkan kesaktian Sang Rangda.