Yang
ada hanya bersyukur karena Allah memberi saya kekuatan menyusul anak-anak
liburan ke Bali akhir tahun ini. Setelah 5 hari opname di RS karena penyumbatan
pembuluh darah di perut bagian kanan bawah saya ‘menyanggupkan diri’ untuk
terbang tanggal 30 Des 2013 menyusul anak-anak ke pulau Dewata. Alhamdullilah
perjalanan saya lancar, pesawat garuda yang saya tumpangi tepat landing
pukul 18.30 wita.
Bahagianya melihat senyum
anak-anak yang mengembang cerah melihat kedatangan saya. Thanks ya ibu dan
teman-teman yang sudah menjaga dan menemani anak-anak liburan terlebih dahulu
sejak tanggal 28.
Saya belum banyak
mendapat cerita liburan mereka sebelumnya karena malam itu saya harus cepat
mengistirahatkan badan karena nyeri pelan-pelan datang merambat dari perut saya
kea rah kaki kanan dan punggung.
Saya ingin menemani
anak-anak jalan-jalan besok seharian, walaupun teman-teman menyarankan untuk
istirahat saja dihotel dan baru ikut wisata pada tanggal 1. Saya pun menawar
dan mengatakan kalau memang kondisi saya tidak kuat saya akan minta diantar
balik ke hotel pakai mobil rental, dan mereka setuju.
Maka pagi itu usai
sarapan di hotel, jalan-jalan pertama saya di Pulau yang paling terkenal di
Indonesia itu adalah menikmati sendratari Barong di desa Batu Bulan. Bali memang
mengagumkan , pulau yang menyimpan gabungan keindahan lanskap alam spektakuler
dgn budaya yang begitu memikat. Kebudayaan terus dilestarikan dari generasi ke
generasi. Ada dan tiada wisatawan maka riuh adat dan genderang bunyi tabuhan
alat musik tradisional tetap dipentaskan. Seperti yang saya lihat di Jambe
Budaya ini story of the barong and keris dance yang menggambarkan pertarungan antara
“kebajikan” melawan “kebatilan”. Barong adalah binatang purbakala melukiskan
“kebajikan” dan Rangda adalah binatang purbakala yang maha dahsyat
menggambarkan “kebatilan”.
Posisi menentukan hasil,
hehehe… pentas hari itu full pengunjung, dan rombongan set duduknya dibelakang
sementara didepan untuk bule-bule dan wisatawan domestic yang VIP sepertinya.
Jadi saya harus mengerahkan lensa tele utk mencoba menangkap gambar para pemain
sendratari tsb. Dan hasilnya tidak memuaskan..hehehehe.. L
Dari story board yang
diberikan ke pengunjung, cerita yang dipentaskan seperti ini alurnya :
Gending Pembukaan
Barong dan kera sedang
berada dalam hutan yang lebat. Kemudian muncullah tiga orang bertopeng
menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak ditengah-tengah hutan, yang
mana anaknya telah dimakanoleh harimau. Ketiga orang itu sangat marah dan
menyerang Harimau (Barong) itu dalam perkelahian ini hidung diantara salah
seorang dari tiga orang tadi digigit oleh kera.
Babak Pertama
Dua orang penari muncul
dan mereka adalah pengikut-pengikut dari Rangda sedang mencari pengikut Dewi
Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya.
Babak Kedua
Pengikut-pengikuti Dewi
Kunti tiba. Salah seorang dari pengikut Rangda berubah rupa menjadi setan
(semacam Rangda) dan memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunthi yang
menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Keduanya menemui Patih dan bersama-sama
menghadap Dewi Kunthi.
Babak Ketiga
Muncullah Dewi Kunti,
anaknya Sadewa dan Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan
Sadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya
Sadewa kepada Rangda tetapi setan (semacam Rangda) memasukkan roh jahat kepada
Sedawa hal ini menyebabkan Dewi Kunti
marah dan tetap berniat mengorbankan anaknya kepada Patihnya untuk
membuang Sadewa kedalam hutan dan Patih ini pun tidak luput dari kemasukan roh
jahat oleh setan tersebut. Sehingga sang Patih dengan tiadak perasaan
kemanusiaan, menggiring Sadewa kedalam hutan dan mengikatnya dimuka Istana Sang
Rangda.
Babak Keempat
Turunlah Dewa Siwa dan
memberikan keabadian hidup kepada Sadewa dan kejadian ini tidak ddiketahui oleh
Rangda. Kemudian datanglah Rangda untuk mengoyak-ngoyak dan membunuh Sadewa
tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang telah dianugrahkan oleh
Dewa Siwa. Rangda menyerah kepada Sadewa dan memohon untuk diselamatkan agar
dengan demikian dia bisa masuk sorga. Permintaan ini dipenuhi oleh Sadewa, dan
Sang Rangda pun mendapat sorga.
Babak Kelima
Kalika salah seorang
pengikut Rangda menghadap kepada Sadewa untuk diselmatkan juga tetapi ditolak
oleh Sadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian dan Kalika berubah menjadi
“Babi Hutan” dan didalam pertarungan Sadewa melawan “Babi Hutan” ini Sadewa
menang. Kemudian Kalika (Babi HUtan) ini berubah menjadi “Burung” tetapi tetap
dapat dikalahkan oleh Sadewa. Kalika(Burung) berubah rupa lagi menjadi Rangda
oleh karena saktinya Rangda ini maka Sadewa tidak dapat membunuhnya dan
akhirnya Sadewa berubah menjadi Barong karena sama saktinya maka pertarungan
antara Barong melawan Rangda ini tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan
dan perkelahian ini berlangsung terus abadi, “Kebajikan” melawan “Kebatilan”.
Kemudian muncullah pengikut-pengikut barong masing-masing dengan kerisnya ynag
hendak menolong Barong dalam pertarungan melawan Rangda. Mereka semua inipun
tidak berhasil melumpuhkan kesaktian Sang Rangda.