Menjelang operasi..
Pagi-pagi sekali seperti
biasa saya sudah bangun, setelah sholat subuh , saya bersiap mandi.
Galo terbangun ketika
saya menyalakan lampu ruangan utama.
“ Mom… mau mandi..? bisa
pakai slang infus gitu..? “ Galo beranjak berdiri.
“ bisaaaa dong….” Saya
tersenyum. “ kakak segera sholat subuh saja..” perintah saya.
Galo mengangguk dan
mendahului saya ke kamar mandi untuk wudhu.
Memang agak ribet mandi sendiri dengan slang infus tertancap dipunggung tangan kiri. Sebaiknya memang memakai baju dengan kancing didepan biar lebih gampang dilepas kalau tidak mau memakai baju rumah sakit.
Pukul 05.00 wib, perawat
masuk membawakan baju rumah sakit. Saya lantas dibantu ganti baju. Sambil
menunggu sekitar 30 menit, satu persatu keluarga terdekat datang, bapak, ibu,
nadjwa dan Ruben keponakan saya.
Tak berapa lama perawat
datang sambil mendorong kursi roda.
Bismillah saya duduk dan
sebelum didorong keluar saya cium tangan orang tua dan pipi kedua anak saya.
“ doain Mommy ya nak…
biar lancar operasinya…” kedua anak saya mengangguk cepat.
“ ibu disini dulu ya
nok…” ucap ibu sambil meraih mukena dan sajadah untuk sholat.
Saya mengangguk dan
mengucap terima kasih untuk ibu yang selalu tulus mendoakan anak-anaknya.
Tiba diruang operasi.
Seorang perawat meminta saya ganti baju operasi, setelah itu saya diminta
menunggu dan tiduran di sebuah bed yg disediakan.
Tak berapa lama saya
kembali didorong masuk ke sebuah ruangan, tempat operasi. Dokter Rukmono dan
beberapa dokter serta perawat sudah berdiri disamping meja operasi dengan
penutup berwarna hijau.
“ pagi….” Sapa dokter
dengan ramah
“ pagi dok… “ balas saya
sembari nyengir, mata saya berputar2 menyusuri seluruh ruangan operasi. Banyak
alat tertata di samping kanan kiri meja operasi.
“ bisa tidur semalam…? “
tanya dokter lagi.
“ enggak dok… hehehehe..”
“ knapa..?” dokter
mengamati wajah saya.
“ takut…” saya meringis
“ takut apa…? “ tanya
dokter sambil mengangguk ke arah beberapa dokter lain yang menghampiri saya.
“ pagi… sudah siap…? “ sapa
dan tanya seorang dokter, yang kemudian saya ketahui sebagai dokter anatesi.
Saya tersenyum dan
menjawab salam, saya makin deg deg an.
“ duduk dulu ya… kita
suntik anastesi di punggung ..” saya lantas dibantu duduk dan dipeluk dari
samping oleh seorang perawat dan diminta menunduk dalam2.
Selanjutnya area yg akan
disuntik dioles alkohol.. saya sempat tersentak karena kaget dengan rasa dingin
“ tarik nafas dalam ya mbak…”
Ampun maakk… seingat saya
ada 3 kali suntikan di punggung bawah yang membuat saya kesakitan. Duh… ampun
dech… beneran sakit.
Setelah itu saya
ditidurkan, beberapa alat mulai dipasang di badan saya, entah apa saja jenisnya
saya tidak tahu karena saya mulai resah. Seorang perawat menginformasikan kalau
kateter akan dipasang, saya hanya mengangguk.
Kedua lengan saya
ditelentangkan dipapan meja samping kiri kanan dan dipasang beberapa alat yang
terhubung ke monitor.
“ kakinya masih bisa
dirasakan mbak..?”
Saya mencoba menggerakkan
kaki, tapi kaki putih mulus saya tak bereaksi sama sekali… hehehehe.
Menunggu sekian menit
kemudian, kaki saya sudah makin tidak merespon sama sekali. Tapi saya masih
bisa merasakan perut saya ketika dokter mulai mengoles-oles cairan desinfektan
ke perut saya agar steril.
Setelah beberapa saat
………………
“ okey..siap ya mbak..,
berdoa yaa….” Dokter mulai menutup semacam tirai berwarna hijau didada saya
Tiba-tiba saya mulai
merasa takut, agak panik tapi sekuat tenaga saya tahan, namun akibatnya tak
terasa air mata meleleh membanjiri pipi.
“ lhoooh… kok nangis… kenapa..?”
tatap pak dokter
“ saya ..saya takut
dok..” ucap saya terbata.
Hik… ternyata saya takut
juga, mengikuti proses operasi dengan sadar walaupun tidak bisa melihat dan
merasakan, tapi ternyata butuh keberanian ekstra untuk menghadapi.
“ gak apa-apa.. khan
sudah dibius.. gak terasa… gak melihat juga..” sang dokter kembali menatap
saya, mungkin dibalik penutup maskernya dia tertawa ngakak melihat kalutnya
saya.
Seorang perawat perempuan
lantas memeluk bahu dan mengelus-elus kepala saya… hahaha.. saya jadi merasa
seperti anak kecil yang ketakutan.
“ tenang saja… rileks … kalau
takut ditambah obatnya ya..biar bisa tidur..” saya lirik perawat lain
menyuntikan sesuatu melalui selang infus ditangan saya.
Entah tertidur atau tidak
tapi seingat saya , saya tetap sadar melihat semua gerakan dan mendengar semua
percakapan tim operasi saya.
Bahkan saya bisa bercanda
dengan dokter setelah sekian lama dokter mengotak atik perut saat dokter
memperlihatkan kista gendut sebesar telapak tangan didepan saya.
“ besar yaa…” kata dokter
sambil menyuruh seseorang untuk mengambil gambar.
Saya tercengang, melihat
langsung benda asing sebesar telapak tangan yang diambil dari dalam perut saya,
hanya istiqfar yg spontan terlontar dari bibir saya.
“ ntar saya kirim gambarnya,
pakai WA khan..?” tanya pak dokter dan saya mengiyakan.
“ beneran dikirim ya
dok.. lha kemarin saya sms dokter gak dibalas.. dah mau saya kirim pulsa 5000 e
dok…” canda saya diiringi ketawa orang-orang diruang operasi.
“ hahaha… mbak nya lucu
lho… Nah gitu dong.. operasinya gak menakutkan khan..” ucap dokter.
Saya tertawa sambil
menata rasa yang berkecamuk didada antara surprised melihat bentuk kista dan
lega karena sudah diangkat dengan mudah.
“ kondisi organ
reproduksi bagus mbak, tidak ada perlengkatan.. bersih.. “ info dokter
kemudian.
“ ohh syukurlah dok. Klu sekarang
dokter lagi ngapain..? saya malah berani bertanya, hehehehe
“ ini sedang dijahit,
jahitnya beberapa lapis..”
“ enggak perlu dilepas
jahitan khan dok..?”
“ ooh enggak.. besok
lihat saja, jahitannya cuma seperti garis melintang, agak panjang sih tapi gak
kelihatan..” ucap dokter sambil tetap sibuk bekerja.
Beberapa lama kemudian akhirnya
kelar juga operasi saya.
Setelah saya bersih dan
rapi, semua alat monitor yang menempel ditubuh saya dilepas, saya siap didorong
keluar ruangan operasi.
“ dok… makasih yaa… “
ucap saya sambil menggenggam tangan dokter sebelum saya berlalu.
“ sama-sama… semoga cepat
sembuh…” balas dokter Rukmono.
Saya juga mengucapkan
terima kasih untuk semua tim operasi yang masih berdiri didekat saya.
Diluar ruangan saya
melihat orang tua, saudara dan anak-anak yang tengah menunggui saya.
Mereka terlihat tersenyum
lega.
Saya langsung dibawa
kembali ke ruang rawat inap saya dilantai 4.
Sepanjang perjalanan saya mengucap syukur, operasi berjalan lancar , cepat, kondisi saya baik dan semoga lancar juga kesembuhan saya.
Sepanjang perjalanan saya mengucap syukur, operasi berjalan lancar , cepat, kondisi saya baik dan semoga lancar juga kesembuhan saya.