Tuesday, January 6, 2015

Kista Coklat Ovarium

Inilah yang membuat saya harus keluar masuk rumah sakit sejak bulan november hingga  januari.


Belum genap satu tahun sejak opname karena DVT /trombosis , saya kembali mendapat serangan rasa nyeri yang teramat hebat dipanggul kanan dan menjalar hingga pinggang, punggung hingga paha. Saya merasakan kesakitan yg teramat sangat, nyeri, pusing, mual dan berulang muntah muntah, sama seperti sakit yang saya alami tahun lalu.

Untuk kali ini serangan pertama sekitar pertengahan bulan november lalu, mendadak saya terbangun tengah malam dengan perut yg rasanya diiris-iris, mual mulai menyerang. Dengan tertatih saya jalan ke toilet dan muntah2. Malam itu saya berusaha mengurus diri sendiri, gak tega membangunkan orang tua dilantai satu atau anak2 dikamar depan saya.

Saya minum obat penghilang sakit, saya coba hilangkan rasa sakit dengan 'menyeko' perut dgn air panas yg saya masukkan ke botol minum anak2.
Hingga adzan subuh terdengar saya tidak bisa tidur lagi.
Sedikit demi sedikit nyeri berkurang, setelah sholat subuh saya minum obat lagi.

Ibu yg sudah bangun dan juga hendak sholat subuh ke masjid saya panggil, rasanya saya tidak sanggup menuruni anak tangga.
Setelah tahu kondisi saya ibu segera menyuruh saya utk istirahat tidur.
Saya hanya bisa tersenyum, tidur memang sangat saya harapkan, agar saya bisa melupakan rasa nyeri yg menghantam perut saya.
Pagi menjelang sepertinya saya tertidur, kebetulan hari minggu, sayup2 saya masih mendengar ibu melarang anak2 untuk masuk ke kamar saya 'mami sakit, biarin bobok dulu'. Suara anak2 terdengar menjauh dari pintu kamar saya.

Entah berapa lama saya tertidur,  terbangun karena nyeri kembali datang.
Karena sudah tidak tahan saya minta dibawa ke rumah sakit.
Saya teringat pesan dr. Rukmono tahun lalu , setelah saya sembuh sebaiknya saya periksa ke dokter penyakit dalam lebih spesifik ke ahli darah. Maka saya langsung periksa ke dokter penyakit dalam.

Singkat kata dr. Mumun yg memeriksa saya setelah membaca riwayat medis langsung mengintruksikan untuk opname.
Saya sudah pasrah, dengan kondisi saya yang kesakitan seperti itu pasti saya tidak diijinkan pulang.

" opname ya bu, langsung check darah dan usg, krn ada riwayat DVT, usg abdomen dan doppler ya suster.." ucap dr. Mumum sebelum saya didorong dgn kursi roda meninggalkan ruang periksa.

Keluarga saya lantas mengurus pendaftaran rawat inap , sementara saya langsung dipasang infus dan dibawa ke ruang rawat inap lantai 3 RS. Happy Land.

Tak berapa lama suster kembali datang dan mengambil darah.
" agak banyak ya bu.. " saya hanya tersenyum, sejak sakit tahun lalu saya sdh bolak balik diambil  banyak darah.. :)

" sebentar lagi ibu akan di usg.. ada petugas yang akan menjemput.." ucap suster sebelum beranjak pergi.

Beberapa menit kemudian saya sudah didorong kembali ke ruang periksa ginekologi.
Seorang dokter ahli usg lantas dengan teliti memeriksa organ-organ diperut saya.

USG abdomen (abdominal ultrasound) adalah prosedur yang digunakan untuk memeriksa organ-organ dalam perut menggunakan sebuah transduser USG (probe) yang ditempelkan erat pada kulit perut. Gelombang suara energi tinggi dari transduser memantul pada jaringan dan membuat gema. Gema ini dikirim ke komputer, yang membuat citra/gambar yang disebut sonogram. Juga disebut USG transabdominal.

Saya menggeliat kesakitan ketika dokter menekan alat usg di perut bawah.

"Sakit ya .." dokter tersenyum dan kembali dengan teliti mengamati, merekam gambar dan mencetaknya.

Kembali dokter memeriksa area dimana saya selalu kesakitan ketika ditekan.
" ada kista cukup besar di ovarium sebelah kiri.." ucap dokter sambil menunjuk gambar kehitaman dilayar monitor.

Saya sungguh terkejut.
" kista dok..?"

" iya, kista coklat, dimensinya 8x6, cukup besar.., selain itu ada penebalan dinding lambung, gastritis akut.., dari pemeriksaan saya penyebab nyeri kemungkinan besar dari kista.."
Saya hanya bisa terdiam, tak bisa bicara apapun. Saya hanya mengucapkan terima kasih dgn lirih ketika saya kembali didorong keluar dari ruang periksa menuju ruang rawat inap.

Setelah diatas pembaringan saya masih terus memikirkan sakit saya, sejak kapan ada kista di ovarium saya, saya ditanya apakah sering sakit saat haid tentu saya menggeleng krn memang tidak sakit.

Lamunan saya buyar ketika suster datang membawa alat suntik, saya lantas diinjeksi penghilang nyeri lewat selang infus yg terpasang di punggung tangan saya. Aduh gusti rasanya sakit sekali ketika obat mulai masuk ke tubuh saya.
Tapi saya juga sudah terbiasa dgn rasa sakit tiap diinjeksi sejak opname tahun lalu.
Obat anti nyeri tersebut akan diinjeksi tiap 8 jam sekali.
Saya mulai agak tenang krn nyeri sdh tidak menghantam bagian bawah perut saya.
Dan saya bisa tertidur ditemani anak2 dan ibu yg setia menunggui saya.

Pagi hari berikutnya Dr. Mumun visit, dan menerangkan temuan penyakit saya, intinya kista yg lumayan besar tersebut sebaiknya diambil karena sudah mengganggu dan menimbulkan kesakitan hebat.
Dikarenakan kista berada di area ginekologi maka kasus sakit saya akan dikembalikan ke dokter Rukmono.

" yang sabar ya bu, tidak usah stress.. biar kami para dokter yg mikirin penyakit ibu, ibu cukup menjaga kondisi agar tidak drop.." dr. Mumun berulang kali menenangkan saya.

" iya dok...siaappphh.." ucap saya lirih.

Sore hari saya kembali mendapat kunjungan dokter Rukmono.

" apa khabar mbak....waduh kok opname lagi.." sapa dokter kandungan tersebut dgn ramah.

Saya tertawa.

Dokter lantas menanyakan beberapa hal yg saya rasakan sambil mengamati hasil lab saya.

" saya usg lagi ya.. tolong suster diantar ke ruang periksa.."

Saya kembali didorong dgn kursi roda menuju ruang periksa dr. Rukmono. Beberapa keluarga saya mengikuti dari belakang.

Saya lantas di usg trans vaginal, alat usg dimasukkan ke dalam vagina, dokter lantas kembali mengamati, menerangkan ke saya dan menunjukan melalui layar monitor. Pemeriksaan usg trans v ini lebih akurat karena tidak terhalang oleh usus dan organ yang akan diperiksa berada lebih dekat dari transducer USG.

" oooww… ada kista cokelat di ovarium kiri. Operasi yaa..." ucap dokter dgn ringan.

" hhmmm, harus operasi ya? " hikss... ngeri juga operasi.. belum pernah seumur hidup  saya menjalani operasi.

" Iya karena kistanya sdh lumayan besar.., kapan siap operasi? Jangan lama2..." ucap sang dokter dgn wajah senyum , mungkin geli lihat saya terlihat bengong ..

“ apa itu kista coklat dok..?” tanya saya pelan.

Dokter kembali tersenyum dan menerangkan penyakit yang tengah saya derita, secara garis besar kista adalah kantong berisi cairan atau setengah cair, udara, cairan kental atau nanah, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Dalam kasus saya, kista tersebut tumbuh di ovarium kiri dan biasa disebut  endometriosis ovarium .
Ada jaringan kecil endometrium yang diperkirakan bermigrasi ke luar rahim melalui saluran telur. Di tempat barunya itu, jaringan tersebut mengambang dengan bebas dan menempel (transplantasi) ke jaringan lain. Jaringan yang tumbuh menempel itu, atau disebut endometrium implan, bereaksi setiap bulan menanggapi hormonestrogen seolah-olah masih berada dalam rahim, menebal dan mengelupas pula. Penampilan endometrium implan pun mirip dengan yang aslinya, berupa jariingan kantung berwarna cokelat (chocolate cysts)-disebut demikian karena mengandung cairan berwarna cokelat dari darah yang teroksidasi yang menyebar pada selaput perut (peritonium).

Saya bolak balik mengernyitkan wajah, campuran antara nyeri sakit dan ngeri membayangkan si kantung coklat yang tumbuh di perut saya. Tak sadar saya mengelus2 perut saya .

Pak dokter malah tertawa-tawa.. “ gak apa2… tinggal diambil.. di test patologi apakah ganas atau tidak, setelah itu baru kita menentukan metode penyembuhannya.. kalau ganas..”

“ haaa….. “ saya melongo..
“ dah itu nanti, moga-moga tidak ganas, nanti saya akan perintahkan untuk test darah CA 125..”
“ apalagi itu dok…” saya makin kenceng saja mengelus-elus perut

“ CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain. Nah moga-moga zat itu tidak ditemukan saat test darah nanti ya…” pak dokter dengan sabar terus menguatkan saya.

“ aamiin.. ooh..oke..dok…oke…” saya manggut2 dalam hati saya terus memohon kepada Tuhan agar kondisi saya tidak mengkhawatirkan.

 “lantas operasi saya besok seperti apa dok,  laparoskopi...?" Tiba2 saya nyeletuk.

" enggak, operasi pembedahan, operasi cukup besar...

Jleb...

Saya makin pias
" gak usah takut... gak ngerasain apa2 kok.." ucap dokter dgn santai sambil mencatat sesuatu di foto usg.
" sms saya kalau sudah siap, kira2 seminggu lagi ya..."

Jleb lagi...

Saya hanya mengangguk sambil menerima foto usg dan catatan nomer hp dokter Rukmono.
Saya mengucapkan terima kasih ketika petugas kembali mendorong kursi roda menuju  kamar rawat inap saya.

3 hari saya dirawat di RS Happy Land, untuk selanjutnya mempersiapkan diri menuju operasi pengambilan kista seminggu lagi.

to be continued...