Balik dari kondangan manten di daerah
Kotagedhe niatnya mau lanjut ke Imogiri, ke hutan pinus. Tapi Gagal..hehehe
(gak usah diceritain gagalnya kenapa yaa..). So buat penggantinya kita
jalan-jalan ke Candi Prambanan . Dah lama banget gak dolan ke Prambanan. Terakhir
ke candi yang terletak di timur kota Jogja ini sepertinya dah bertahun-tahun
lalu. Galo aja ingatnya terakhir ke
candi Hindu terbesar di Indonesia ini saat masih duduk di bangku sekolah
dasar.
Perjalanan menuju Prambanan relatif lancar.. dari lokasi jagong
manten tinggal melingkari ring road menuju arah timur. Hujan deras mulai
mengguyur ketika sampai di jalan solo arah bandara.. duh sempat terpikir buat
belok arah ke ring road utara utk membatalkan rencana, tapi syukurlah harapan
bisa jalan-jalan ke candi terwujud lantaran makin ke timur cuaca makin
membaik.. mendung saja belum hujan.
Touchdown Candi Prambanan sekitar 30 menit kemudian. Dah ganti baju
saat balik dari kotagede.. mampir masjid buat sholat dhuhur dan sekalian ganti
baju yang sudah dipersiapan dari rumah , gak lucu sih yaa jalan-jalan dan
hunting foto pakai kebaya jagong…hehehe
Berhubung mendung menggayut di atas wilayah perbatasan antara
provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini , saya tak lupa bawa
payung. Setelah parkir mobil (Rp. 10.000 ) didekat pintu keluar, mulailah kita
berjalan menuju pintu masuk yang jaraknya juga tak jauh.
Tanpa antrian di loket , tarif masuk candi adalah Rp. 30.000 per
orang. Dan mulailah kita berjalan memasuki Candi Prambanan yang sungguh megah
dan unik, unik karena terletak di
wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman (wilayah DIY), sedangkan
pintu masuk kompleks yang barusan kita
lalui berada di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten (wilayah
Jateng).
“ mom… tolong ceritain gimana caranya membangun candi sebesar ini,
diluar cerita mitos yang ada, aku sih gak percaya candi ini dibangun semalam
oleh jin..” ucap Nadjwa (13th) ketika saya dan dia berdiri dihadapan
Situs Warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar budaya sejak
tahun 1991 dan tergolong sebagai candi terindah di Asia Tenggara ini.
Saya melongo… ni anak emang kalau ngasih pertanyaan gak pernah mudah.
“ sik tak gugling…” jawab saya nyengir sambil menyalakan HP.
Galo dan Fikri tertawa geli
Dibalik pertanyaan Nadjwa yang membutuhkan penjelasan ilmiah, saya
bersyukur menjadi orang tua yang tidak mewariskan keyakinan buruk bahwa candi
tersebut merupakan mahakarya para makhluk halus yang berasal dari dunia antah-berantah.
Memang tidak ada catatan resmi tentang bagaimana pembangunan Candi Prambanan. Kita lebih hafal
cerita legenda bahwa Candi Prambanan ini dibangun dalam waktu satu malam oleh
Bandung Bondowoso dengan bantuan para jin.
Para peneliti dan arkeolog pastilah tak sependapat dengan mitos taktik
Roro Jongkrang mengelabuhi Bandung Bondowoso agar tak diperistri tersebut.
Secara teknik membangun candi kurang
lebih sama dengan pembangunan gedung modern. Pencarian dan pengumpulan bahan serta teknik
pembuatannya. Selain itu tentu diperhitungkan juga tentang pemilihan jenis tanah, cara pengujian tanah, pembuatan
diagram hingga detail bangunan.
Yang paling mengagumkan adalah teknik pengerjaan penyusunan batu yang
rumit dan spektakuler hingga terbentuk sebuah candi. Tak habis pikir bagaimana nenek moyang kita
membangun candi tanpa peralatan modern seperti sekarang namun menghasilkan
bangunan yang luar biasa. Bagaimana mereka bisa membawa dan menempatkan batu
dengan ukuran yang sangat besar hingga setinggi
47 meter.
Salah satu penelitian para arkeolog mengungkap bahwa candi yang
menggunakan batu lebih rumit pembuatannya karena batu-batu tersebut
disambung-sambung satu sama lain. Ada banyak teknik sambungan batu , salah
satunya teknik sambungan batu langsung. Caranya? Di salah satu permukaan sebuah
batu dibuat sebuah tonjolan, dan di batu lain di buat semacam ‘lembah’ yang
cocok dengan batu satunya lagi. Jadi mirip seperti puzzle yang dicocok-cocokkan
satu sama lain. Ada juga sambungan batu pengunci. Dengan teknik ini, batu-batu
dikaitkan lewat bantuan batu pengunci di tengah-tengah kedua batu itu.
Luar biasa .. bangsa Indonesia ternyata sudah memiliki kemampuan
arsitektur yang tinggi sejak berabad lalu.
Yang tak kalah menariknya di komplek candi juga terdapat penangkaran
rusa tutul, awalnya tempat penangkaran hanya dihuni 12 ekor rusa yang
didatangkan dari Istana Bogor, Jawa Barat. Sekarang rusa rusa makin banyak dan
populasinya terus berkembang. Hewannya juga terlihat sehat dan gemuk.
Pengunjung diperbolehkan memberi makan dengan membeli daun kangkung yang dijual
dekat kandang rusa.
Langit Prambanan semakin gelap ketika langkah kaki mendekati pintu keluar, gerimis kecil mulai menitik. Kami segera mempercepat langkah menuju tempat parkir mobil. Saya sangat bersyukur berkesempatan menyapa Prambanan dengan cuaca seperti ini, tak kepanasan saat berkeliling dan mendapatkan beberapa foto dalam suasana yang terkesan magis karena mendung. Terima kasih atas keindahan di muka bumi ini ya Allah. Tiada henti rasa syukur.