Tuesday, March 15, 2016

Menyapa Candi Prambanan

Balik dari kondangan manten di daerah Kotagedhe niatnya mau lanjut ke Imogiri, ke hutan pinus. Tapi Gagal..hehehe (gak usah diceritain gagalnya kenapa yaa..). So buat penggantinya kita jalan-jalan ke Candi Prambanan . Dah lama banget gak dolan ke Prambanan. Terakhir ke candi yang terletak di timur kota Jogja ini sepertinya dah bertahun-tahun lalu. Galo aja ingatnya terakhir ke  candi Hindu terbesar di Indonesia ini saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Perjalanan menuju Prambanan relatif lancar.. dari lokasi jagong manten tinggal melingkari ring road menuju arah timur. Hujan deras mulai mengguyur ketika sampai di jalan solo arah bandara.. duh sempat terpikir buat belok arah ke ring road utara utk membatalkan rencana, tapi syukurlah harapan bisa jalan-jalan ke candi terwujud lantaran makin ke timur cuaca makin membaik.. mendung saja belum hujan.

Touchdown Candi Prambanan sekitar 30 menit kemudian. Dah ganti baju saat balik dari kotagede.. mampir masjid buat sholat dhuhur dan sekalian ganti baju yang sudah dipersiapan dari rumah , gak lucu sih yaa jalan-jalan dan hunting foto pakai kebaya jagong…hehehe

Berhubung mendung menggayut di atas wilayah perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini , saya tak lupa bawa payung. Setelah parkir mobil (Rp. 10.000 ) didekat pintu keluar, mulailah kita berjalan menuju pintu masuk yang jaraknya juga tak jauh.


Tanpa antrian di loket , tarif masuk candi adalah Rp. 30.000 per orang. Dan mulailah kita berjalan memasuki Candi Prambanan yang sungguh megah dan unik,  unik karena terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman (wilayah DIY), sedangkan pintu masuk kompleks  yang barusan kita lalui berada di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten (wilayah Jateng).

“ mom… tolong ceritain gimana caranya membangun candi sebesar ini, diluar cerita mitos yang ada, aku sih gak percaya candi ini dibangun semalam oleh jin..” ucap Nadjwa (13th) ketika saya dan dia berdiri dihadapan Situs Warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar budaya sejak tahun 1991 dan tergolong sebagai candi terindah di Asia Tenggara ini.

Saya melongo… ni anak emang kalau ngasih pertanyaan gak pernah mudah.

“ sik tak gugling…” jawab saya nyengir sambil menyalakan HP.

Galo dan Fikri tertawa geli

Dibalik pertanyaan Nadjwa yang membutuhkan penjelasan ilmiah, saya bersyukur menjadi orang tua yang tidak mewariskan keyakinan buruk bahwa candi tersebut merupakan mahakarya para makhluk halus yang berasal dari dunia antah-berantah.

Memang tidak ada catatan resmi tentang bagaimana  pembangunan Candi Prambanan. Kita lebih hafal cerita legenda bahwa Candi Prambanan ini dibangun dalam waktu satu malam oleh Bandung Bondowoso dengan bantuan para jin.

Para peneliti dan arkeolog pastilah tak sependapat dengan mitos taktik Roro Jongkrang mengelabuhi Bandung Bondowoso agar tak diperistri tersebut. Secara teknik membangun candi  kurang lebih sama dengan pembangunan gedung modern.  Pencarian dan pengumpulan bahan serta teknik pembuatannya. Selain itu tentu diperhitungkan juga tentang  pemilihan jenis tanah, cara pengujian tanah, pembuatan diagram hingga detail bangunan.

Yang paling mengagumkan adalah teknik pengerjaan penyusunan batu yang rumit dan spektakuler hingga terbentuk sebuah candi.  Tak habis pikir bagaimana nenek moyang kita membangun candi tanpa peralatan modern seperti sekarang namun menghasilkan bangunan yang luar biasa. Bagaimana mereka bisa membawa dan menempatkan batu dengan ukuran yang sangat besar hingga setinggi  47 meter.


Salah satu penelitian para arkeolog mengungkap bahwa candi yang menggunakan batu lebih rumit pembuatannya karena batu-batu tersebut disambung-sambung satu sama lain. Ada banyak teknik sambungan batu , salah satunya teknik sambungan batu langsung. Caranya? Di salah satu permukaan sebuah batu dibuat sebuah tonjolan, dan di batu lain di buat semacam ‘lembah’ yang cocok dengan batu satunya lagi. Jadi mirip seperti puzzle yang dicocok-cocokkan satu sama lain. Ada juga sambungan batu pengunci. Dengan teknik ini, batu-batu dikaitkan lewat bantuan batu pengunci di tengah-tengah kedua batu itu.



Luar biasa .. bangsa Indonesia ternyata sudah memiliki kemampuan arsitektur yang tinggi sejak berabad lalu.

Yang tak kalah menariknya di komplek candi juga terdapat penangkaran rusa tutul, awalnya tempat penangkaran hanya dihuni 12 ekor rusa yang didatangkan dari Istana Bogor, Jawa Barat. Sekarang rusa rusa makin banyak dan populasinya terus berkembang. Hewannya juga terlihat sehat dan gemuk. Pengunjung diperbolehkan memberi makan dengan membeli daun kangkung yang dijual dekat kandang rusa.

Langit Prambanan semakin gelap ketika langkah kaki mendekati pintu keluar, gerimis kecil mulai menitik. Kami segera mempercepat langkah menuju tempat parkir mobil. Saya sangat bersyukur berkesempatan menyapa Prambanan dengan cuaca seperti ini, tak kepanasan saat berkeliling dan mendapatkan beberapa foto dalam suasana yang terkesan magis karena mendung. Terima kasih atas keindahan di muka bumi ini ya Allah. Tiada henti rasa syukur.