Wednesday, August 15, 2007

MEMANJAT Mun CALABURA


Gallo punya kebiasaan baru tiap sore hari musim panas ini, memanjat pohon talok di halaman rumah tetangga..!!

Pakde Dar, pemilik pohon sampai teriak-teriak menyuruhnya turun. Bukan karena tidak boleh buah kersen atau talok itu diambili Gallo tapi karena khawatir melihat anak perempuan gelantungan di pohon..

“ Dah Lo.. Pakde yang ambil saja ya…Pakde takut kamu jatuh..”

Gallo meringis senang. Tanpa susah payah sekantong talok yang sangat manis sudah tergenggam ditangannya.

Pohon rindang dengan nama latin muntingia calabura ini di Indonesia dikenal sebagai kersen, ceri atau talok (Jawa). Di Malaysia dikenal sebagai kerukup siam, di Filipina dinamai datiles, dan secara internasional dikenal sebagai capulin atau jamaica cherry. Tanaman ini tidak diketahui asal-usulnya tetapi telah diintrodusir ke Asia Tenggara berabad-abad lalu. Memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa, dan dengan cepat menjadi tanaman pinggir jalan yang luas di Asia Tenggara. Di Indonesia banyak ditanam sebagai tanaman pinggir jalan atau tanaman peneduh di taman atau halaman rumah.

Musin panas yang sangat menyengat seperti sekarang ini menjadikan pohon talok sebagai tempat favorite untuk para orang tua duduk-duduk berteduh dibawahnya dan arena memanjat bagi anak-anak kecil.

Luar biasa memang, buah talok di halaman pakde Dar memang sedang berbuah sangat lebat. Tiap sore Gallo dan teman-temannya rajin datang untuk memanennya.

Selain manfaatnya sebagai pohon pelindung, buahnya yang matang berwarna merah enak dimakan. Anak-anak sangat menyukainya. Tanaman ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga disukai serangga pencari mandu dan nektar, serta buahnya menjadi makanan burung. Di kalangan pelestari burung, tanaman kersen diajurkan untuk mendatangkan burung-burung.

Perkara manjat memanjat pohon talok ternyata bukan Gallo saja yang suka.

Sebut saja Pakde Narno, pensiunan pejabat BI tersebut suka berbuat aneh dengan memanjat pohon talok raksasa di dekat rumah beliau. Katanya untuk mengingat masa kecil. Jadi ketika dengan cerita Gallo suka keluyuran nyari buah talok spontan dengan suka cita beliau mengajak Gallo untuk lomba manjat pohon talok.

“ ah pakde alasan aja … pasti maksudnya biar nggak malu dilihat orang kalau manjat-manjat pohon … “ batinku.

“ biar pakde punya alasan untuk ngambil talok buat cucu…” ucapnya diiringi tawa ngakak.

Kersen atau talok ternyata memiliki kandungan vitamin cukup lumayan , setiap 100 g bagian buah yang dimakan mengandung 76 g air, 2,1 g protein, 2,3 lemak, 17,9 karbohidrat, 6 g serat, 125 kalsium, 94 mg fosfor, dan 90 mg vitamin C.

Melihat kesibukan anak perempuannya yang tiap hari keluyuran ke rumah tetangga, papanya Gallo punya keinginan untuk menanam pohon tersebut dihalaman rumah.

Dengan sosok yang rindang namun tidak begitu lebat dan tinggi sekitar 3 meter cukup bagus juga untuk ditanam didepan rumah. Rantingnya menyebar mirip kipas. Daunnya tunggal berbentuk bulat telor berbulu halus. Bunganya bersifat hermafrodit, mahkotanya berwarna putih. Buahnya hijau dan menjadi merah setelah matang.

Perbanyakan: Kersen umumnya tidak dibudidayakan, tetapi tumbuh secara liar dan spontan. Perbanyakan dengan biji dan berbunga setelah usia dua tahun. Perbanyakan dengan cara cangkokan akan menghasilkan bunga dan buah yang lebih cepat.

Dikarenakan ketidaktersediaan pohon talok di pedagang tanaman buah, aku pun hunting ke beberapa teman yang mungkin punya pohon tersebut untuk dicangkokkan. Nggak enak minta tolong pakde Dar .. sudah sering dirampok buah taloknya masih minta tolong dicangkokan.

Alhasil pagi itu, Edy teman sekantorku tergopoh-gopoh masuk ruang kerjaku.

“ … Yu … berhubung belum ada pohon talok yang bisa dicangkok .. nich aku bawakan yang kecil dulu …”

“ ????!!@@^^&!!! ….” Kutatap dengan heran sebatang tanaman baby talok yang ditanam didalam gelas aqua.

“ Kapan bisa dipanjat anakku Ed ?”

“ Ntar kalau Gallo sudah umur 25 tahunnnn…” Jawabnya ngakak dan secepat kilat lari dari hadapanku.

“ Edy yang aneh….!”