Jalan-jalan lagi ke Semarang J
….. kembali mengunjungi tempat-tempat
yang beberapa waktu lalu pernah saya kunjungi. Kebetulan weekend dan bertepatan
dengan hari ulang tahun saya, maka saya ajak anak-anak dan keluarga jalan-jalan lagi ke Semarang.
Semarang merupakan satu kota yang
memiliki keunikan yang jarang ditemui di kota – kota lain, karena terdapat
dataran rendah yg suhunya relatif panas yang biasa disebut Semarang Bawah,
& daerah perbukitan dengan suhu relatif dingin yg biasa disebut Semarang
Atas.
Tema jalan-jalan saya kali ini
adalah wisata religi. Saya ingin mengunjungi MASJID AGUNG JAWA TENGAH.
Maka pagi itu tujuan pertama
adalah sebuah masjid megah yang terletak di jalan Gajah Raya, Kelurahan
Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang Jawa Tengah.
Masjid dengan luas lahan mencapai 10 Hektar dan luas
bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bergaya arsitektur
perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani.
Masjid Agung Jawa Tengah Semarang
ini dibangun pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan
tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil
Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto,
akhirnya Masjid Agung Jawa Tengah Ini diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006.
Meskipun baru diresmikan pada
tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh
sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah shalat jum’at
untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M.
Chabib Thoha, MA, Kakanwil Depag Jawa Tengah.
Di kompleks Masjid Agung Jawa
Tengah Semarang ini terdapat Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah di Tower
Asmaul Husna Lantai 2 dan 3, Hotel Graha Agung di sisi Utara dan resto yang
memiliki view terbaik di Kota Semarang ini di Tower Asmaul Husna Lantai 18.
Klenteng Agung Sam Poo Kong atau yang juga dikenal dengan nama Gedung Batu merupakan tempat peribadatan umat Tri Darma terbesar di Semarang. Keberadaan klenteng ini tak bisa dipisahkan dari kisah pelayaran kolosal admiral Cina muslim bernama Laksmana Cheng Ho. Berbeda dengan Bangsa Eropa yang membawa misi 3G (Gold, Glory, Gospel) dalam tiap pelayarannya, misi yang diemban oleh Laksmana Cheng Ho hanyalah misi damai dan berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya.
Selain sebagai tempat peribadatan, saat ini Klenteng Sam Poo Kong juga menjadi salah satu wisata religi yang diunggulkan di Semarang. Kompleks Klenteng Agung Sam Poo Kong terbagi menjadi dua bagian, yaitu plaza utama dan bangunan klenteng. Pengunjung yang tidak memiliki kepentingan hanya boleh masuk ke plaza utama, tempat di mana berdiri patung Laksmana Cheng Ho setinggi 10,7 m. Patung berbahan dasar perunggu yang dibuat di Cina ini merupakan patung tertinggi di Asia Tenggara.
Di sebelah selatan terdapat gerbang raksasa berwarna merah menyala yang membuat kita serasa berada di Negeri Cina. Di balik pagar besi terdapat bangunan klenteng yang hanya boleh dimasuki oleh pengunjung yang hendak berdoa atau ingin membaca peruntungan yang dikenal dengan istilah ciamsi.
Destinasi berikut
adalah KLENTENG AGUNG SAM POO KONG
Kedatangan saya di
klenteng ini adl untuk yang kedua kalinya, saya gak bosan datang mengunjungi
patung Laksamana Cheng Ho, tempatnya adem, luas dan eye catching dgn warna
merah menyalanya.
Selain itu tempat ini tidak hanya sebagai tempat beribadah dan berziarah, Klenteng Agung Sam Poo Kong juga menjadi tempat yang tepat untuk napak tilas jejak kedatangan Laksamana Cheng Ho. Dan kalau mau ‘katanya’ bisa juga meramal nasib dengan bantuan biokong.
Selain itu tempat ini tidak hanya sebagai tempat beribadah dan berziarah, Klenteng Agung Sam Poo Kong juga menjadi tempat yang tepat untuk napak tilas jejak kedatangan Laksamana Cheng Ho. Dan kalau mau ‘katanya’ bisa juga meramal nasib dengan bantuan biokong.
Klenteng Agung Sam Poo Kong atau yang juga dikenal dengan nama Gedung Batu merupakan tempat peribadatan umat Tri Darma terbesar di Semarang. Keberadaan klenteng ini tak bisa dipisahkan dari kisah pelayaran kolosal admiral Cina muslim bernama Laksmana Cheng Ho. Berbeda dengan Bangsa Eropa yang membawa misi 3G (Gold, Glory, Gospel) dalam tiap pelayarannya, misi yang diemban oleh Laksmana Cheng Ho hanyalah misi damai dan berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya.
Selain sebagai tempat peribadatan, saat ini Klenteng Sam Poo Kong juga menjadi salah satu wisata religi yang diunggulkan di Semarang. Kompleks Klenteng Agung Sam Poo Kong terbagi menjadi dua bagian, yaitu plaza utama dan bangunan klenteng. Pengunjung yang tidak memiliki kepentingan hanya boleh masuk ke plaza utama, tempat di mana berdiri patung Laksmana Cheng Ho setinggi 10,7 m. Patung berbahan dasar perunggu yang dibuat di Cina ini merupakan patung tertinggi di Asia Tenggara.
Di sebelah selatan terdapat gerbang raksasa berwarna merah menyala yang membuat kita serasa berada di Negeri Cina. Di balik pagar besi terdapat bangunan klenteng yang hanya boleh dimasuki oleh pengunjung yang hendak berdoa atau ingin membaca peruntungan yang dikenal dengan istilah ciamsi.
Berhubung saya tidak
datang untuk berdoa apalagi diramal cukuplah duduk-duduk sambil melihat komplek
Plaza Utama dengan dominasi warna merah dan bau dupa.
Sebenarnya ketenaran Lawang Sewu bukan karena sejarahnya melainkan cerita mistik yang tersimpan rapat di dalam gedung. Sejarah kengeriannya mulai terukir ketika berlangsung Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Gedung ini menjadi saksi bisu pertempuran antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai Jepang. Lawang Sewu menjadi ladang penyiksaan dan pembantaian (killing field) pemuda-pemuda kereta api oleh Jepang di dalam gedung Lawang Sewu tersebut. Yang konon korbannya mencapai ribuan. Dilantai bawah tanah terdapat penjara jongkok yang dahulu digunakan untuk memenjarakan para pemuda kereta api yang tertangkap sebelum dibunuh. Dan mayatnya dibuang di sungai kecil disamping bangunan Lawang Sewu. Sungguh sebuah bentuk kebiadaban tentara Jepang yang memperlakukan para tahanan dengan tidak manusiawi. Mereka hanya bisa berjongkok.
Pagoda Avalokitesvara merupakan Pagoda Tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 45 meter dengan 7 tingkat yang melambangkan, Dengan bentuk segi delapan dimana pada bagian dalam Pagoda terdapat patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) berukuran besar dan patung Dewi Kwan Im berukuran kecil yang berada ditingkat 2 – 6 yang menghadap 4 penjuru mata angin dengan harapan sang Dewi Kwan Im memancarkan welas asih keseluruh penjuru mata angin.
Ke Semarang gak lengkap kalau tidak ke LAWANG
SEWU. Maka destinasi lanjutannya adalah sebuah bangunan megah dan memiliki cerita seram yang terletak di Bundaran Tugu Muda jalan Pemuda Semarang.
Ditawari
untuk ke Lawang Sewu malam hari, …. “hah… apa maksudnya..??” saya mendelik.
Yang nawari cuman cengengesan gak jelas..
“ khan
belum pernah ke Lawang Sewu malam hari..?”
“Hellloooo….
“!!!!
“ iihhh…
tempat itu khan seram… bahkan cerita sejarah dibalik gedung itu khan penuh
dengan kisah horor.. hiks.. coba goggling
keyword ‘lawang sewu’ yang ada semua cerita tentang keangkerannya..” ucap saya
gusar.
“halahhh
bilang saja takut..”
“yailah..sudah
tau takut masih nawarin…” ucap saya sebel. Jujur saya takut, siang aja terasa
seram apalagi malam.
Tetapi….. Lawang Sewu tetaplah tempat yang akan selalu
saya datangi tiap ke Semarang, walaupun saya
juga tidak lama-lama berada di gedung yang awalnya adalah kantor administrasi Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij atau NIS, perusahaan jawatan kereta api swasta pada jaman
Belanda.
Cukup satu
kali putaran jalan dari pintu masuk dan keluar dari arah samping menuju monument
kereta api.. that’s it… cukup, ditambah beberapa jepretan foto .
Sebenarnya ketenaran Lawang Sewu bukan karena sejarahnya melainkan cerita mistik yang tersimpan rapat di dalam gedung. Sejarah kengeriannya mulai terukir ketika berlangsung Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Gedung ini menjadi saksi bisu pertempuran antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai Jepang. Lawang Sewu menjadi ladang penyiksaan dan pembantaian (killing field) pemuda-pemuda kereta api oleh Jepang di dalam gedung Lawang Sewu tersebut. Yang konon korbannya mencapai ribuan. Dilantai bawah tanah terdapat penjara jongkok yang dahulu digunakan untuk memenjarakan para pemuda kereta api yang tertangkap sebelum dibunuh. Dan mayatnya dibuang di sungai kecil disamping bangunan Lawang Sewu. Sungguh sebuah bentuk kebiadaban tentara Jepang yang memperlakukan para tahanan dengan tidak manusiawi. Mereka hanya bisa berjongkok.
Lawang
Sewu menjadi icon mistik di Jawa Tengah. Dari kisah pertempuran yang menyisakan
kepedihan itulah, Lawang Sewu dikenal sebagai tempat kawasan wisata hantu.
Lawang Sewu menjadi daya tarik wisata selain arsitektur bangunannya yang indah,
juga karena cerita penampakannya. Masyarakat meyakini arwah para korban
pembantaian itu masih menghuni Lawang Sewu dan bergentayangan sampai sekarang.
Misteri penampakan hantu Belanda dan Jepang serta jeritan noni-noni Belanda di
waktu malam menjadi cerita yang menyeramkan.
Jadi kalau
saya tidak berani datang ke Lawang Sewu malam hari, sepertinya masih wajar…
hehehehe.
Tujuan saya
selanjutnya adalah Vihara
Buddhagaya Watugong terletak
sekitar 30 menit dari kota Semarang menuju kota Ungaran,lokasi ini saya datangi
sekalian menuju arah pulang ke Jogjakarta.
Vihara ini
memiliki banyak bangunan dan berada di area yang luas. Salah satu bangunan yang
paling menarik perhatian mata di vihara ini adalah Pagoda Avalokitesvara (Metta
Karuna artinya Kasih Sayang).
Vihara
Buddhagaya adalah Vihara pertama pada penyebaran agama Budha di Pulau Jawa,
setelah kejatuhan Kerajaan Majapahit. Ajaran Budha ini dibawa oleh Bhikkhu
Narada Mahathera yang berasal Srilangka.
Bhikkhu Narada
Mahathera datang ke Indonesia membawa dua pohon Bodhi. Keduanya ditanam di
kawasan Borobudur, kemudian pada tahun 1955, salah satunya dibawa ke Semarang
dan ditanam di Vihara Buddhagaya.
Pagoda Avalokitesvara merupakan Pagoda Tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 45 meter dengan 7 tingkat yang melambangkan, Dengan bentuk segi delapan dimana pada bagian dalam Pagoda terdapat patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) berukuran besar dan patung Dewi Kwan Im berukuran kecil yang berada ditingkat 2 – 6 yang menghadap 4 penjuru mata angin dengan harapan sang Dewi Kwan Im memancarkan welas asih keseluruh penjuru mata angin.
Salah satu
peninggalan di Vihara Buddhagaya ialah patung Buddha tidur di bawah pohon Sala.
Sejarah mencatat bahwa Sang Buddha dilahirkan di bawah pohon Sala, dan begitu
pun saat Buddha meninggalnya, Buddha menghembuskan nafas terakhir di antara dua
pohon Sala. Pohon ini harum bunganya menyebar saat berada di dekatnya. Selain itu, dikenal juga dari buahnya yang
jatuh ke tanah dan terbelah akan mengeluarkan bau tak sedap.