Inilah
yang membuat saya harus keluar masuk rumah sakit sejak bulan november hingga januari.
Belum genap satu tahun
sejak opname karena DVT /trombosis , saya kembali mendapat serangan rasa nyeri
yang teramat hebat dipanggul kanan dan menjalar hingga pinggang, punggung
hingga paha. Saya merasakan kesakitan yg teramat sangat, nyeri, pusing, mual dan
berulang muntah muntah, sama seperti sakit yang saya alami tahun lalu.
Untuk kali ini serangan pertama sekitar
pertengahan bulan november lalu, mendadak saya terbangun tengah malam dengan
perut yg rasanya diiris-iris, mual mulai menyerang. Dengan tertatih saya jalan
ke toilet dan muntah2. Malam itu saya berusaha mengurus diri sendiri, gak tega
membangunkan orang tua dilantai satu atau anak2 dikamar depan saya.
Saya minum obat
penghilang sakit, saya coba hilangkan rasa sakit dengan 'menyeko' perut dgn air
panas yg saya masukkan ke botol minum anak2.
Hingga adzan subuh
terdengar saya tidak bisa tidur lagi.
Sedikit demi sedikit
nyeri berkurang, setelah sholat subuh saya minum obat lagi.
Ibu yg sudah bangun dan
juga hendak sholat subuh ke masjid saya panggil, rasanya saya tidak sanggup
menuruni anak tangga.
Setelah tahu kondisi saya
ibu segera menyuruh saya utk istirahat tidur.
Saya hanya bisa
tersenyum, tidur memang sangat saya harapkan, agar saya bisa melupakan rasa
nyeri yg menghantam perut saya.
Pagi menjelang sepertinya
saya tertidur, kebetulan hari minggu, sayup2 saya masih mendengar ibu melarang
anak2 untuk masuk ke kamar saya 'mami sakit, biarin bobok dulu'. Suara anak2
terdengar menjauh dari pintu kamar saya.
Entah berapa lama saya
tertidur, terbangun karena nyeri kembali
datang.
Karena sudah tidak tahan
saya minta dibawa ke rumah sakit.
Saya teringat pesan dr.
Rukmono tahun lalu , setelah saya sembuh sebaiknya saya periksa ke dokter
penyakit dalam lebih spesifik ke ahli darah. Maka saya langsung periksa ke
dokter penyakit dalam.
Singkat kata dr. Mumun yg
memeriksa saya setelah membaca riwayat medis langsung mengintruksikan untuk
opname.
Saya sudah pasrah, dengan
kondisi saya yang kesakitan seperti itu pasti saya tidak diijinkan pulang.
" opname ya bu,
langsung check darah dan usg, krn ada riwayat DVT, usg abdomen dan doppler ya
suster.." ucap dr. Mumum sebelum saya didorong dgn kursi roda meninggalkan
ruang periksa.
Keluarga saya lantas
mengurus pendaftaran rawat inap , sementara saya langsung dipasang infus dan
dibawa ke ruang rawat inap lantai 3 RS. Happy Land.
Tak berapa lama suster
kembali datang dan mengambil darah.
" agak banyak ya
bu.. " saya hanya tersenyum, sejak sakit tahun lalu saya sdh bolak balik
diambil banyak darah.. :)
" sebentar lagi ibu
akan di usg.. ada petugas yang akan menjemput.." ucap suster sebelum
beranjak pergi.
Beberapa menit kemudian
saya sudah didorong kembali ke ruang periksa ginekologi.
Seorang dokter ahli usg
lantas dengan teliti memeriksa organ-organ diperut saya.
USG abdomen (abdominal ultrasound) adalah prosedur
yang digunakan untuk memeriksa organ-organ dalam perut menggunakan sebuah
transduser USG (probe) yang ditempelkan erat pada kulit perut. Gelombang suara
energi tinggi dari transduser memantul pada jaringan dan membuat gema. Gema ini
dikirim ke komputer, yang membuat citra/gambar yang disebut sonogram. Juga
disebut USG transabdominal.
Saya menggeliat kesakitan
ketika dokter menekan alat usg di perut bawah.
"Sakit ya .."
dokter tersenyum dan kembali dengan teliti mengamati, merekam gambar dan
mencetaknya.
Kembali dokter memeriksa
area dimana saya selalu kesakitan ketika ditekan.
" ada kista cukup
besar di ovarium sebelah kiri.." ucap dokter sambil menunjuk gambar
kehitaman dilayar monitor.
Saya sungguh terkejut.
" kista dok..?"
" iya, kista coklat,
dimensinya 8x6, cukup besar.., selain itu ada penebalan dinding lambung,
gastritis akut.., dari pemeriksaan saya penyebab nyeri kemungkinan besar dari
kista.."
Saya hanya bisa terdiam,
tak bisa bicara apapun. Saya hanya mengucapkan terima kasih dgn lirih ketika
saya kembali didorong keluar dari ruang periksa menuju ruang rawat inap.
Setelah diatas
pembaringan saya masih terus memikirkan sakit saya, sejak kapan ada kista di
ovarium saya, saya ditanya apakah sering sakit saat haid tentu saya menggeleng
krn memang tidak sakit.
Lamunan saya buyar ketika
suster datang membawa alat suntik, saya lantas diinjeksi penghilang nyeri lewat
selang infus yg terpasang di punggung tangan saya. Aduh gusti rasanya sakit
sekali ketika obat mulai masuk ke tubuh saya.
Tapi saya juga sudah
terbiasa dgn rasa sakit tiap diinjeksi sejak opname tahun lalu.
Obat anti nyeri tersebut
akan diinjeksi tiap 8 jam sekali.
Saya mulai agak tenang
krn nyeri sdh tidak menghantam bagian bawah perut saya.
Dan saya bisa tertidur
ditemani anak2 dan ibu yg setia menunggui saya.
Pagi hari berikutnya Dr.
Mumun visit, dan menerangkan temuan penyakit saya, intinya kista yg lumayan
besar tersebut sebaiknya diambil karena sudah mengganggu dan menimbulkan
kesakitan hebat.
Dikarenakan kista berada
di area ginekologi maka kasus sakit saya akan dikembalikan ke dokter Rukmono.
" yang sabar ya bu,
tidak usah stress.. biar kami para dokter yg mikirin penyakit ibu, ibu cukup
menjaga kondisi agar tidak drop.." dr. Mumun berulang kali menenangkan saya.
" iya
dok...siaappphh.." ucap saya lirih.
Sore hari saya kembali
mendapat kunjungan dokter Rukmono.
" apa khabar
mbak....waduh kok opname lagi.." sapa dokter kandungan tersebut dgn ramah.
Saya tertawa.
Dokter lantas menanyakan
beberapa hal yg saya rasakan sambil mengamati hasil lab saya.
" saya usg lagi ya..
tolong suster diantar ke ruang periksa.."
Saya kembali didorong dgn
kursi roda menuju ruang periksa dr. Rukmono. Beberapa keluarga saya mengikuti
dari belakang.
Saya lantas di usg trans
vaginal, alat usg dimasukkan ke dalam vagina, dokter lantas kembali mengamati,
menerangkan ke saya dan menunjukan melalui layar monitor. Pemeriksaan usg trans
v ini lebih akurat karena tidak terhalang oleh usus dan organ yang akan
diperiksa berada lebih dekat dari transducer USG.
" oooww… ada kista
cokelat di ovarium kiri. Operasi yaa..." ucap dokter dgn ringan.
" hhmmm, harus
operasi ya? " hikss... ngeri juga operasi.. belum pernah seumur hidup saya menjalani operasi.
" Iya karena
kistanya sdh lumayan besar.., kapan siap operasi? Jangan lama2..." ucap
sang dokter dgn wajah senyum , mungkin geli lihat saya terlihat bengong ..
“ apa itu kista coklat
dok..?” tanya saya pelan.
Dokter kembali
tersenyum dan menerangkan penyakit yang tengah saya derita, secara garis besar
kista adalah kantong berisi cairan atau setengah cair, udara, cairan kental atau
nanah, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Dalam kasus saya,
kista tersebut tumbuh di ovarium kiri dan biasa disebut endometriosis ovarium .
Ada jaringan
kecil endometrium yang diperkirakan bermigrasi ke luar rahim melalui saluran
telur. Di tempat barunya itu, jaringan tersebut mengambang dengan bebas dan
menempel (transplantasi) ke jaringan lain. Jaringan yang tumbuh menempel itu,
atau disebut endometrium implan, bereaksi setiap bulan menanggapi
hormonestrogen seolah-olah masih berada dalam rahim, menebal dan mengelupas
pula. Penampilan endometrium implan pun mirip dengan yang aslinya, berupa
jariingan kantung berwarna cokelat (chocolate cysts)-disebut demikian karena
mengandung cairan berwarna cokelat dari darah yang teroksidasi yang menyebar
pada selaput perut (peritonium).
Saya bolak
balik mengernyitkan wajah, campuran antara nyeri sakit dan ngeri membayangkan si
kantung coklat yang tumbuh di perut saya. Tak sadar saya mengelus2 perut saya .
Pak dokter
malah tertawa-tawa.. “ gak apa2… tinggal diambil.. di test patologi apakah
ganas atau tidak, setelah itu baru kita menentukan metode penyembuhannya..
kalau ganas..”
“ haaa….. “
saya melongo..
“ dah itu
nanti, moga-moga tidak ganas, nanti saya akan perintahkan untuk test darah CA
125..”
“ apalagi itu dok…”
saya makin kenceng saja mengelus-elus perut
“ CA-125 adalah
zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan pada beberapa jaringan
normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain.
Nah moga-moga zat itu tidak ditemukan saat test darah nanti ya…” pak dokter
dengan sabar terus menguatkan saya.
“ aamiin..
ooh..oke..dok…oke…” saya manggut2 dalam hati saya terus memohon kepada Tuhan
agar kondisi saya tidak mengkhawatirkan.
“lantas operasi saya besok seperti apa dok, laparoskopi...?" Tiba2 saya nyeletuk.
" enggak, operasi
pembedahan, operasi cukup besar...
Jleb...
Saya makin pias
" gak usah takut...
gak ngerasain apa2 kok.." ucap dokter dgn santai sambil mencatat sesuatu
di foto usg.
" sms saya kalau
sudah siap, kira2 seminggu lagi ya..."
Jleb lagi...
Saya hanya mengangguk sambil menerima foto usg dan catatan nomer hp dokter Rukmono.
Saya mengucapkan terima
kasih ketika petugas kembali mendorong kursi roda menuju kamar rawat inap saya.
3 hari saya dirawat di RS
Happy Land, untuk selanjutnya mempersiapkan diri menuju operasi pengambilan
kista seminggu lagi.
to be continued...