Tuesday, February 17, 2015

Home

Pembangunan rumah cempaka dimulai pertengahan tahun 2013 lalu. Saya memutuskan untuk menjual rumah di Mino sejak berpisah dengan Wie tahun 2011. Setelah melalui proses  tawar menawar beberapa calon ,akhirnya saya mendapatkan pembeli yang sangat serius menyukai rumah Mino, tak membutuhkan waktu lama akhirnya kepemilikan rumah sudah berpindah tangan.

Banyak perubahan yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan anak-anak. Keputusan untuk menjual rumah salah satunya, bukanlah keputusan mudah.
Bisa membuat rumah dan memiliki rumah dengan bangunan yg indah dan tanah yang luas adalah prestasi baik saya dan Wie. Lantas kemudian melepaskannya dengan sejuta kenangan didalamnya adalah kesedihan yang luar biasa bagi kami, terutama anak-anak.

Mereka lahir dan tumbuh besar bersama Omah Ijo .

Tapi semua kesedihan dan keterpurukan harus cepat dihilangkan. Saya tidak mau larut dalam linangan air mata. Dikelilingi oleh orang-orang terdekat yang selalu mengasihi dan memberi saya support untuk bangkit membuat saya tetap mampu berdiri, menegakkan kepala dan melangkah ke depan.

Keputusan membangun kembali rumah Cempaka, yaitu rumah bapak dan ibu adalah keputusan seluruh keluarga, orang tua dan ketiga anaknya yaitu saya dan adik-adik. Pertimbangannya adalah saya ingin memberikan tempat tinggal yang lebih bagus untuk mereka, selain itu saya ingin pulang sambil membawa anak-anak untuk tinggal dengan orang tua. Selama saya menjalani proses sendiri, bapak dan ibu ikut montang manting merawat anak-anak dan rumah saya. Saya membutuhkan bantuan mereka. Maka alangkah lebih mudah bila saya tinggal satu rumah.

Selama rumah dibangun saya tidak banyak terlibat karena pekerjaan saya borongkan. Saya hanya menengok seminggu sekali untuk melihat tahap pengerjaan rumah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Prosentase pengerjaan menentukan termin permbayaran.

Saya baru banyak terlibat ketika memasuki tahap finishing, pasang keramik, pasang lampu-lampu, pernak pernik kamar mandi dan pilihan cat untuk interior dan eksterior.







Proses pembangunan rumah saya targetkan maksimal 8 bulan. Dan Alhamdullilah rumah selesai tepat waktu, bahkan awal bulan Februari 2014 saya dan keluarga sudah bisa pindah walaupun belum selesai 100 %, pagar dan warung kelontong untuk ibu berjualan masih tahap dirampungkan.

Sekarang setelah memasuki satu tahun tinggal dirumah baru, sedikit demi sedikit kehidupan mulai tertata kembali, anak-anak sudah nyaman menempati rumah baru walapun tidak seluas Omah Ijo, area putar-putar Nadjwa dengan vboardnya jadi lebih terbatas , selain itu saya juga tidak bisa lagi badminton didalam rumah dengan Hun. Hehehehe..
Hun, laki-laki baik dan penuh tanggung jawab yang saya kenal setelah saya berstatus sendiri. Hampir 3 tahun saya mengenalnya, dia yang terus mendampingi saya saat berada dalam keterpurukan. Cinta dan kesabarannya terus menguatkan saya untuk kembali bangkit dari permasalahan rumah tangga saya terdahulu.

Kembali tentang rumah, saya dan anak-anak menempati lantai 2, terwujud juga keinginan anak-anak untuk punya rumah tingkat. Bapak ibu dan Ruben keponakan saya menempati lantai dasar.


Lebaran tahun lalu 2014, adalah lebaran yang lebih ramai dari tahun-tahun sebelumnya, banyak saudara datang untuk bersilaturahmi dan sekaligus melihat rumah baru bapak dan ibu. Senang sekali rasanya berkumpul dengan banyak saudara, terlebih ketika mereka memuji… rumahnya enak… adeeemmmm….. J where we love is home - home that our feet may leave, but not our hearts