Late
post… gara-gara kebanyakan kesibukan…
hehehehe
Sayang
bangetkan kalau liputan jalan-jalan ke Dieng tidak ter ekpos, jadi walaupun
sudah sangat lama tetap saya ceritakan
disini.
Mei
2013 lalu, jalan-jalan bareng teman-teman fakultas Ekonomi UII, tujuannya adalah
Dieng. Wow.. saya antusias karena belum pernah jalan-jalan ke Dieng Wonosobo,
..hehehe..hello..mom..kemana aja selama ini… :D ,
Kami
berangkat dari jogja pukul 07.00 pagi, agar sampai Dieng tidak terlalu siang.
Menggunakan 3 buah mobil rombongan berangkat menuju Dieng dari parkir area FE
UII tepat waktu sesuai rencana, jarak tempuh Yogyakarta / Jogja - Wonosobo
sekitar 122 km dan waktu tempuh berkisar 3.5 - 4 jam dengan menggunakan jalur
darat.
Let’s
go girls…. :D
Singkat
kata setelah melalui jalur Yogyakarta -Purworejo – Sapuran – Wonosobo
yang berliku dan meliuk kita bakal berhenti dulu di kebun teh Agrowisata Tambi, yaitu objek wisata dengan
lahan perkebunan teh yang berlokasi di Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Wonosobo,
Jawa Tengah. Perkebunan luas ini terletak di lereng gunung sindoro dengan ketinggian
1.200 – 2000m di atas permukaan laut .
Begitu
landing duuhhh hawanya segarrr sekali…
hehehe namanya juga pegunungan, dan inilah saatnya mengisi paru-paru penuh2
dengan oksigen bersih, beberapa teman sudah langsung memasang coat atau scraf
.. ya makhlum suhu udara saat itu
sekitar 15˚ C … bbrrrrrr cukup dingiiinn…
Dikarenakan
hanya mampir (sebentar), maka kami tidak mengambil paket wisata di Kebun Teh
Tambi.. cukuplah foto-foto saja…hehehehe
Perjalanan
dilanjutkan ke Dieng Plateu, berhubung sepanjang perjalanan dari Jogja-Wonosobo
banyak diisi dengan makan makanan bekal yg luar biasa banyak jenisnya dan
enak-enak…(thank mbak Alfiah…*peluk cium) maka rombongan langsung cari masjid
arah Dieng Plateu untuk sholat dhuhur.
Hal
yang bikin surprised ketika ambil air wudhu adalah.. tempatnya berada dibawah
bangunan masjid dan mesti mencelupkan kaki terlebih dahulu digenangan air yang
luaarrr biasa dingiiinn… tapi efeknya seakan semua syaraf terlonjak gerak bikin
lebih fresh dan segar…hahahaha…
Setelah
usai sholat, badan teras lebih fresh dari perjalanan yang cukup panjang saatnya
jalan-jalan di Dieng Plateu.
Kami
hanya akan memilih 2 lokasi untuk jalan-jalan karena keterbatasan waktu, balik
lagi ke Jogja sore harinya.
Jadi
diputuskan untuk ke TELAGA WARNA dan komplek CANDI ARJUNA
Disebut-sebut
Telaga Warna sebagai iconnya wisata Dieng, sebagai tempat yang paling dipuji
wisatawan, tapi menurut saya telaga tersebut baru bisa dinikmati keindahannya
kalau dilihat dari atas dikejauhan. Sebab dari dekat ya biasa-biasa saja…hehehehe.
Menurut informasi spot yang menakjubkan untuk melihat keindahan Telaga Warna
dengan sempurna adalah dari Batu Pandang dan bukit sidengkeng , katanya tak
hanya panoramanya yang indah, airnya berwarna-warni karena kandungan belerang
yang terkena pantulan sinar matahari.
Destinasi
selanjutnya adalah CANDI ARJUNA. Menurut info dan catatan yang saya baca candi
di Dieng bercorak Hindu Sywa. Hal tersebut diketahui dari catatan prasasti ber
angka tahun 713 saka (809 Masehi) yang ditemukan di sekitar situs areal
purbakala Dieng Plateau.
Dari
catatan tersebut diperkirakan candi-candi di Dieng ini berasal dari abad
delapan hingga sepuluh. Namun catatan lain yang ditemukan membuka kemungkinan
lain bahwa Candi Dieng telah ada sebelum abad tersebut.
Pembangunan
Candi Dieng diperkirakan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang
berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai dengan perempat pertama abad ke-8,
meliputi pembangunan Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi dan Candi
Gatutkaca. Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yang
berlangsung sekitar tahun 780 M.
Ciri-ciri
umum candi-candi di Dieng, berdenah bujur sangkar, mempunyai tiga bagian candi,
yaitu kaki-tubuh-atap. Perkecualian terdapat pada candi Semar, karena berdenah
empat persegi panjang, dan atap tidak menjulang seperti candi-candi lainnya,
melainkan berbentuk padma (sisi genta). Demikian pula di antara candi-candi
tersebut, candi Bima mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan ketujuh candi
lainnya, untuk lebih jelasnya akan di deskripsikan tiga buah candi yaitu candi
Arjuna, candi Semar dan candi Bima.
KOMPLEK
CANDI ARJUNA
Komplek
Candi Arjuna terdiri atas 4 Candi yang terletak bersebelahan menghadap ke arah
barat yaitu Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Sembadra, Candi Puntadewa dan
satu Candi lainnya yaitu Candi Semar yang terletak tepat di depan Candi Arjuna
menghadap kearah Timur.
Kelompok
Candi Arjuna memiliki bentuk yang paling utuh dibanding candi-candi lain yang
sudah kehilangan beberapa bagian penting dalam bangunannya.
Komplek
Candi Arjuna letaknya sangat strategis, pada sebuah dataran terbuka yang
dikelilingi komplek perkampungan Dieng.
Tak
terasa hari makin sore, dingin dan kabut mulai datang menyelimuti lokasi
wisata, akhirnya kami memutuskan untuk turun karena beberapa teman mulai
bersin-bersin dan sedikit sesak nafas.
Perjalanan
pulang tak lupa mampir dulu beli oleh-oleh carica atau disebut juga pepaya
gunung. Carica banyak sekali tumbuh di Dieng dan dijadikan produk unggulan khas
wonosobo , biasanya diolah sebagai manisan.
Setelah puas belanja oleh-oleh, saatnya pulang ke Jogja, kali ini kami melewati rute Parakan-Temanggung-Magelang-Jogjakarta.
Alhamdullilah…
perjalanan lancar dan sampai Jogja dengan selamat..