Thursday, February 5, 2015

Dieng Plateu

Late post…  gara-gara kebanyakan kesibukan… hehehehe

Sayang bangetkan kalau liputan jalan-jalan ke Dieng tidak ter ekpos, jadi walaupun sudah sangat lama tetap  saya ceritakan disini.
Mei 2013 lalu, jalan-jalan bareng teman-teman fakultas Ekonomi UII, tujuannya adalah Dieng. Wow.. saya antusias karena belum pernah jalan-jalan ke Dieng Wonosobo, ..hehehe..hello..mom..kemana aja selama ini… :D ,  
Kami berangkat dari jogja pukul 07.00 pagi, agar sampai Dieng tidak terlalu siang. Menggunakan 3 buah mobil rombongan berangkat menuju Dieng dari parkir area FE UII tepat waktu sesuai rencana, jarak tempuh Yogyakarta / Jogja - Wonosobo sekitar 122 km dan waktu tempuh berkisar 3.5 - 4 jam dengan menggunakan jalur darat.

Let’s go girls…. :D

Singkat kata setelah melalui  jalur  Yogyakarta -Purworejo – Sapuran – Wonosobo yang berliku dan meliuk kita bakal berhenti dulu di kebun teh  Agrowisata Tambi, yaitu objek wisata dengan lahan perkebunan teh yang berlokasi di Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Perkebunan luas ini terletak di lereng gunung sindoro dengan ketinggian 1.200 – 2000m di atas permukaan laut .

Begitu landing  duuhhh hawanya segarrr sekali… hehehe namanya juga pegunungan, dan inilah saatnya mengisi paru-paru penuh2 dengan oksigen bersih, beberapa teman sudah langsung memasang coat atau scraf .. ya makhlum  suhu udara saat itu sekitar 15˚ C … bbrrrrrr cukup dingiiinn…
Dikarenakan hanya mampir (sebentar), maka kami tidak mengambil paket wisata di Kebun Teh Tambi.. cukuplah foto-foto saja…hehehehe






Perjalanan dilanjutkan ke Dieng Plateu, berhubung sepanjang perjalanan dari Jogja-Wonosobo banyak diisi dengan makan makanan bekal yg luar biasa banyak jenisnya dan enak-enak…(thank mbak Alfiah…*peluk cium) maka rombongan langsung cari masjid arah Dieng Plateu untuk sholat dhuhur.

Hal yang bikin surprised ketika ambil air wudhu adalah.. tempatnya berada dibawah bangunan masjid dan mesti mencelupkan kaki terlebih dahulu digenangan air yang luaarrr biasa dingiiinn… tapi efeknya seakan semua syaraf terlonjak gerak bikin lebih fresh dan segar…hahahaha…

Setelah usai sholat, badan teras lebih fresh dari perjalanan yang cukup panjang saatnya jalan-jalan di Dieng Plateu.

Kami hanya akan memilih 2 lokasi untuk jalan-jalan karena keterbatasan waktu, balik lagi ke Jogja sore harinya.

Jadi diputuskan untuk ke TELAGA WARNA dan komplek CANDI ARJUNA

Disebut-sebut Telaga Warna sebagai iconnya wisata Dieng, sebagai tempat yang paling dipuji wisatawan, tapi menurut saya telaga tersebut baru bisa dinikmati keindahannya kalau dilihat dari atas dikejauhan. Sebab dari dekat ya biasa-biasa saja…hehehehe. Menurut informasi spot yang menakjubkan untuk melihat keindahan Telaga Warna dengan sempurna adalah dari Batu Pandang dan bukit sidengkeng , katanya tak hanya panoramanya yang indah, airnya berwarna-warni karena kandungan belerang yang terkena pantulan sinar matahari.







 Destinasi selanjutnya adalah CANDI ARJUNA. Menurut info dan catatan yang saya baca candi di Dieng bercorak Hindu Sywa. Hal tersebut diketahui dari catatan prasasti ber angka tahun 713 saka (809 Masehi) yang ditemukan di sekitar situs areal purbakala Dieng Plateau.

Dari catatan tersebut diperkirakan candi-candi di Dieng ini berasal dari abad delapan hingga sepuluh. Namun catatan lain yang ditemukan membuka kemungkinan lain bahwa Candi Dieng telah ada sebelum abad tersebut.
Pembangunan Candi Dieng diperkirakan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai dengan perempat pertama abad ke-8, meliputi pembangunan Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi dan Candi Gatutkaca. Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yang berlangsung sekitar tahun 780 M.

Ciri-ciri umum candi-candi di Dieng, berdenah bujur sangkar, mempunyai tiga bagian candi, yaitu kaki-tubuh-atap. Perkecualian terdapat pada candi Semar, karena berdenah empat persegi panjang, dan atap tidak menjulang seperti candi-candi lainnya, melainkan berbentuk padma (sisi genta). Demikian pula di antara candi-candi tersebut, candi Bima mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan ketujuh candi lainnya, untuk lebih jelasnya akan di deskripsikan tiga buah candi yaitu candi Arjuna, candi Semar dan candi Bima.

KOMPLEK CANDI ARJUNA
Komplek Candi Arjuna terdiri atas 4 Candi yang terletak bersebelahan menghadap ke arah barat yaitu Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Sembadra, Candi Puntadewa dan satu Candi lainnya yaitu Candi Semar yang terletak tepat di depan Candi Arjuna menghadap kearah Timur.
Kelompok Candi Arjuna memiliki bentuk yang paling utuh dibanding candi-candi lain yang sudah kehilangan beberapa bagian penting dalam bangunannya.

Komplek Candi Arjuna letaknya sangat strategis, pada sebuah dataran terbuka yang dikelilingi komplek perkampungan Dieng.














 Tak terasa hari makin sore, dingin dan kabut mulai datang menyelimuti lokasi wisata, akhirnya kami memutuskan untuk turun karena beberapa teman mulai bersin-bersin dan sedikit sesak nafas.

Perjalanan pulang tak lupa mampir dulu beli oleh-oleh carica atau disebut juga pepaya gunung. Carica banyak sekali tumbuh di Dieng dan dijadikan produk unggulan khas wonosobo , biasanya diolah sebagai manisan.



Setelah puas belanja oleh-oleh, saatnya pulang ke Jogja, kali ini kami melewati rute Parakan-Temanggung-Magelang-Jogjakarta.


Alhamdullilah… perjalanan lancar dan sampai Jogja dengan selamat..