Saya
sungguh tidak menyangka akan mendapat serangan sakit mendadak spt minggu malam tgl 22/12 kemarin, rasa nyeri yg sangat hebat menghantam panggul dan perut saya bagian kanan
bawah diikuti muntah2 yang tidak henti.
Saya
langsung dilarikan ke UGD RS JIH untuk mendapat pertolongan pertama.
Malam itu
saya diharuskan menginap di RS, setelah dipasang infus saya dipindah ke kamar
dengan kondisi yang tidak lebih baik. Berkali-kali saya muntah dan kesakitan
hebat dan sepertinya penanganan dan obat yg diberikan tidak mempan sama sekali.
Saya sudah
mengeluh kesakitan tapi perawat ataupun dokter yang menangani saya tidak cukup
pandai mengurangi sakit saya.
Semalaman
itu saya merasakan betapa panjangnya malam bergulir sangat lambat, pagi hari
yang saya harapkan untuk segera datang berikut seorang dokter yang mampu
menolong saya tak juga terwujud.
Pagi-pagi
saya meminta seorang dokter jaga untuk menemui saya dan membacakan hasil lab
darah dan urin semalam karena saya sangat ingin tau sakit apa yang saya derita
sementara saya merasa RS begitu lamban bergerak.
Akhirnya
seorang dokter datang, dengan wajah sama sekali tak bersahabat, dan mengatakan
klu dari hasil lab ada kemungkinan terjadi pengkristalan atau ada batu ginjal .
Hmmm...
Mungkin ? Lantas kapan saya bisa yakin klu memang itu penyebabnya?
Dokter
menjawab nanti akan di USG tapi nunggu dokternya
Kapan
dokternya datang? Saya tanya dgn ringisan kesakitan yang amat sangat
Mungkin
jam 12..
OMG.. !!!!
Saya mulai
jengkel... Dan saya mengancam klu tidak bisa cepat bertindak saya pindah rumah
sakit.
Luar biasa
betul RS ini, dengan pelayanan kamar utama 450k perhari yg saya pilih ternyata
tidak juga menjamin kecepatan mereka bertindak membantu mengobati pasiennya.
Sang
dokter kemudian meralat kalau jam 9 atau 10.
Saya sudah
diam memilih bungkam.
Pada saat
yang sama, atasan saya datang menengok, melihat kondisi dan cerita saya, ibu
segera cepat bertindak, kelihatannya ibu boss menelepon bbrp pihak untuk
mencari alternatif, suaminya yang seorang dokter anak mungkin juga memberikan
masukan.
Perawat
tiba-tiba masuk kamar dan menyampaikan kalau saya akan segera di USG... Wah
hebat betul ya..kalau diprotes atau diancam baru bertindak.
Akhirnya
dgn nyeri yg mengiris2 perut saya didorong dgn kursi roda menuju ruang urologi.
Bersyukur
krn saya sdh ditunggu dokter urologi, stlh USG sekitar 15menit saya dibawa
kembali ke kamar. Sakit saya makin menghebat, saya sdh tidak tau lagi harus
bagaimana, yang ada hanya bisa melawan sakit itu semampu saya.
Menunggu
hasil lab terasa sangat lama sekali dalam keadaan setengah sadar krn kesakitan.
Akhirnya
ibu boss datang dan menyampaikan kalau tidak ada kristal atau batu ginjal tapi
ada abses di rahim yang sudah parah dan luka bernanah atau kemungkinan ada
kista.
Ya Allah...
Kesakitan saya sekarang bertambah dengan ketakutan. Apa yang terjadi dengan
tubuh saya... :(
Ibu boss
mengatakan klu saya dirujuk ke dokter kandungan, dan beliau mengajak saya
bicara serius klu sebaiknya saya pindah RS dan ditangani secara benar.
Saya menurut
saja, maka siang itu setelah keluarga saya mengurus adm dan menandatangani bbrp
surat dan bayar biaya sakit.., saya dijemput ambulance RS Happy Land utk
dipindah kesana.
Sakit saya
makin mendera, jarak tempuh ke RS rasanya begitu lama, nyeri makin mengiris-iris
terasa.
Perjalanan
sekitar 30 menit ke RS Happy Land serasa berjam-jam.
Ketika
sampai UGD saya sdh ditunggu dokter didepan hall dan dokter langsung memeriksa
saya lagi tetap di ambulance krn kondisi saya yg bakal kepayahan klu diangkat
ke ruang UGD dan bakal masuk ke ambulance utk menuju kamar perawatan. Setelah
selesai diperiksa dan diinfus kembali saya segera dibawa dgn ambulance menuju
gedung perawatan.
Begitu
masuk kamar saya segera diinjeksi bbrp obat melalui lubang infus dipunggung
tangan dan perawat memasukan kapsul anti nyeri melalui lubang dubur.
Berangsur-angsur
rasa sakit yg saya rasakan berkurang, sambil menunggu dokter untuk USG saya
diminta relaks tiduran.
Tapi
beberapa rekan kerja saya datang berkunjung sehingga saya malah bisa berbincang
dengan mereka.
Pukul 5
sore perawat datang dgn kursi roda, ternyata dokter sdh menunggu saya diruang
periksa untuk di USG kembali.
Saya
didorong perawat menggunakan kursi roda diikuti keluarga dan beberapa teman
menuju lantai.
Dokter
segera meminta saya naik ke bed, bbrp pertanyaan mulai diajukan dokter Rukmono
SPOG, seperti kapan mulai sakit, apa yang dirasakan, gejala2 sebelum serangan
dan didaerah mana yang terasa sangat sakit.
Cukup lama
sang dokter meneliti kondisi perut bagian bawah saya, ditempat2 yg saya
meringis kesakitan dokter lebih lama lagi mengamati.
"Hhmmm
trombosis vena dalam..." Kata dokter dgn wajah serius.
"Nyeri
sekali yaa...?" Tanyanya sambil memandang saya yg meringis2 kesakitan
saya
mengangguk dan tersenyum getir.
"Kita
USG vagina ya untuk lihat kondisi rahim.."
Saya
mengangguk
Perawat
segera membantu saya melepas celana.
Kembali
dokter mengamati kondisi saya serius.
"Rahim
bagus, bersih gak ada infeksi apalagi kista.." Terang dokter stlh melihat
melalui layar monitor kondisi organ dalam.
Saya
menghela nafas lega.
Setelah
saya merapikan pakaian dan duduk dikursi roda dokter menerangkan ke saya dan
keluarga yg mendampingi saya bahwa terjadi penyumbatan pembuluh darah di perut
atau trombosis. Dokter lantas menjelaskan panjang lebar sebab dan akibatnya.
Dokter
akan memberikan obat pengencer darah agar aliran darah lancar dan normal, tp
sebelumnya saya akan diambil darah utk cek INR.
"
Istirahat dulu, klu sdh tidak mual diusahan banyak minum yaa... Besok kita USG
lagi.." Ucap dokter setelah seluruh pemeriksaan saya selesai.
Saya
mengucapkan terima kasih banyak sblm suster kembali mendorong kursi roda saya
menuju kamar.
Tamu-tamu
saya lantas pamit disertai doa supaya saya segera sembuh, terima kasih
teman2... :)
Sambil
tiduran saya masih mendengar diskusi keluarga saya tentang sakit saya dari
uraian dokter. Walaupun mereka bicara pelan tp sy berusaha menyimak.
Saya
bersyukur bisa segera ditangani dgn benar. Dari uraian dokter dan referensi yg
saya baca diinternet ternyata penyakit trombosis atau penggumpalan darah yang
menyebabkan sumbatan di dalam jaringan arteri atau vena masih kurang disadari
dan diketahui sebagai salah satu "silent killer" yang dapat menyebabkan
kematian.
Sumbatan
karena trombosis dapat secara total atau partial, kalau sumbatan total pada
arteri koroner atau jantung dapat menyebabkan kematian secara mendadak dan jika
sumbatan total pada arteri serebral atau otak maka bisa terjadi kematian karena
stroke.
Oohh God
semoga saya tidak mengalami kejadian diatas... Saya tetap bersyukur krn saya
diberi peringatan dini. Trombosis vena atau DVT (Deep Vein Thrombosis) yang
saya alami menyerah area panggul.
Dokter
mengatakan sumbatan dapat fatal jika
bekuan darah lepas dan terbawa aliran darah serta menyangkut di arteri
pulmonalis (paru) atau disebut PE (Pulmonary Embolism).
Maka
dokter mewanti2 saya utk menuruti anjurannya.
Wah tentu
saja saya akan sangat-sangat menurut. Merasakan betapa sakitnya nyeri spt bbrp
jam lalu tentu saya tak ingin mengulanginya lagi.
Beberapa
saat kemudian suster datang dan mengambil darah saya utk test D-dimer atau
fragmen D-dimer yaitu suatu jenis uji sampel darah di laboratorium yang
bertujuan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang
menyebabkan hiperkoagulabilitas: suatu kecenderungan darah untuk membeku
melebihi ukuran normal.
"Agak
sakit ya bu, darah yang diambil agak banyak..." Ucap susternya
Saya hanya
bisa tersenyum.
Selang 1
jam perawat datang dan mengatakan dari hasil lab saya akan diberi beberapa obat
lewat injeksi, infus dan obat oral, yg nantinya sy ketahui sbg obat pengencer
darah, simarc 2.
"
Hari ini ibu akan minum obat setiap 8 jam dan obat yg akan diinjeksi langsung
melalui lubang infus. Kalau nyerinya datang lagi segera tekan bell saja.."
Pesan suster.
Saya
mengangguk pelan.
Dan benar
saja tengah malam saya mulai kesakitan lagi, saya lantas diberi obat lagi melalui
dubur.
Setelah
nyeri berangsur hilang saya baru bisa tertidur.
Alhamdullilah
setelah dirawat 5 hari di Happy Land kesehatan saya makin membaik. Tes INR vena
dalam terakhir sblm saya diijinkan pulang sudah menunjuk angka 1,4.
Akhirnya
saya diperbolehkan pulang.
Tentunya
dgn beberapa catatan yang harus saya perhatikan dan lakukan, seperti tetap
rutin minum obat pengencer darah, banyak minum air putih dan tetap bergerak
atau olah raga ringan agar aliran darah lancar.
Alhamdullilah..
Terima kasih ya Allah.