Minggu pagi bertepatan dengan hari Raya Idul Adha. Dari subuh mom sudah sibuk, pertama karena merawat Nadjwa yang sejak sabtu sakit, kedua mempersiapkan kebutuhan kakak untuk sholat sunnah Idul Adha ke masjid Jami’ Minomartani.
“ kakak sholat sendiri ya.. mommy jagain adeq…” ucap mom sambil melipat mukena dan sajadah untuk kakak.
Gallo mengangguk sambil mencium pipi adeqnya.
“ ayooo cepet sembuh Nadj.., nanti siang bakar sate lho deq…” Gallo mengelus-elus pipi adeqnya penuh sayang.
Ya… Idul Adha identik dengan sholat Ied, menyembelih kambing dan bakar sate. Alhamdullilah tahun ini mommy kembali bisa menjadi sohibul kurban. Setiap tahun sejak bekerja mommy berusaha untuk bisa berkurban. Kadang mommy ikut kurban satu ekor kambing atau ikut kurban sapi beserta 7 kepala keluarga lainnya. Tahun ini iuran kurban sebesar Rp. 1.400.000 utk ikut kurban sapi.
Berkurban, tak lain untuk belajar sabar dan taat menunaikan perintah Allah seperti Nabi Ibrahim yang mendapat wahyu untuk menyembelih putranya Ismail AS.
Menyembelih kurban adalah amalan yang paling dicintai Allah pada Hari Raya Idul Adha. Hewan kurban juga bakal menjadi saksi di hari kiamat seberapa besar takwa dan taat kita kepada Allah SWT. Sebagai muslim tak lain yang kita harapkan adalah ibadah kita diterima dan mendapatkan pahala yang besar. Dan itu dijanjikan Allah seperti sabda Nabi Muhammad SAW: "Pada tiap-tiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan." Subbuhannalah…
Dengan berkurban kita menebarkan kepedulian dan kasih sayang kepada karib kerabat dan umat manusia secara umum. Bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung. Seperti nikmat iman, nikmat Islam, kehidupan, kesehatan, dan keluasan rezeki.
Kurban ke dusun
Sekolah kakak, SMP Al Azhar 26 mengadakan kurban ke sebuah desa di lereng gunung merapi. Lokasi tersebut dipilih karena masyarakat disekitar lereng gunung yang setahun lalu diluluh lantakan oleh gunung paling aktif di dunia ini dinilai tepat sasaran. Selain untuk kunjungan silaturahmi , anak –anak dididik untuk menjalankan ibadah dan berbagi hewan kurban kepada saudara-saudara seiman.
Bakar sate
Sudah jadi kegiatan rutin, usai sholat Ied acara paling disukai anak-anak adalah bakar sate. Hujan gerimis yang turun sejak pagi menambah semangat mereka untuk segera menghidupkan bara arang.
Persiapan sudah dimulai sejak sehari berikutnya, dari belanja arang, tusuk sate, bumbu sate dan sayuran pelengkapnya seperti kol,ketimun dan tomat.
Kakak antusias mengeluarkan kipas angin tuk mempermudah bara api jadi. Mommy, eyang putri dan Nining teman Gallo kebagian mengiris daging, membumbui dan ‘nyunduki’ daging .
Sungguh menyenangkan, gerimis hujan dan perut lapar membuat kami berebut makan sate tiap satu bakaran selesai.
Nadjwa yang sedang sakit hanya memandang kami dengan senyum tipis diwajah pucatnya. Beberapa kali ditawari makan, denok hanya menggeleng lemah. Itulah Nadjwa, kalau sakit sangat sulit makan. Nafsu makannya hilang lenyap.
“ ato dibikinin spagetti ya sayang..?” aku teringat Nadjwa sangat suka bikinan mommy.
Nadjwa tersenyum dan detik berikutnya menganggukan kepala.
“ horeeeeee…. Akhirnya mau makan…” Gallo berseru riang gembira.
-**-