Thursday, March 24, 2011

EPISTAXIS

Mimisan pada anak umumnya jarang yang serius, kecuali kalau diikuti perdarahan lain seperti perdarahan gusi, atau perdarahan di bawah kulit. Bisa juga jadi serius kalau mimisannya banyak sekali.  Itu yang terjadi pada Gallo, 6 bulan lalu.
Alhamdullilah kini…bulan ini setelah 6 bulan, hasil observasi ulang tidak ada kelainan akibat kejadian yang membuat Gallo harus rawat inap 3 hari di JIH tersebut.

Teringat .. minggu siang itu, mom mulai khawatir karena seharian Gallo mimisan berulang-ulang. Bahkan sekitar tengah hari darah mengucur deras dari lubang hidung kakak.
Ketika kakak mulai panik dan shock dengan berulang kali teriak “ gallo takut mommy…!! “ , tak ada alasan lain kecuali segera membawa Gallo ke rumah sakit.
Setelah ditangani dokter IGD, kakak harus diobservasi sehari buat memastikan tidak ada penyebab yang spesifik . (misalnya gangguan perdarahan/koagulasi, sehingga dr Bambang Udji, spesialis THT menyarankan pemeriksaan laboratorium agar jelas masalahnya).

Sementara dokter Elisa, spesialis anak yg merawat Gallo tidak menemukan kelainan yang mengkhawatirkan kecuali suhu badan kakak yg meningkat dan kakak mengeluh pusing.
“ tapi tetap harus cek darah ya kak… biar hasilnya pasti dan momy gak khawatir..” ucap dokter Elisa lembut.
Kakak Gallo tersenyum tipis dan mengangguk, pasrah ketika darah mulai mengalir dari jarum yg menancap di sikunya dan masuk ke pangkal tabung .
Setelah pasang infus kakak segera dipindah ke kamar rawat inap. Duuhhh… sedih liat kakak harus mondok , terbaring lemah di rumah sakit.
Semalaman mom hanya bisa berdoa, sambil berharap hasil test lab kakak baik, dan besok kakak bisa segera sembuh dan pulang ke rumah.
Mom berharap, mimisan kakak kali ini masih normal-normal saja, kakak memang sering mimisan kalau badannya demam tinggi dan pusing. Walau mimisan kali ini berbeda karena darah yang keluar sangat banyak.

Mom ingat hasil konsultasi dengan dr. Elisa, yang mengatakan kalau ada jalinan pembuluh darah di hidung (plexus nasalis) yang “istimewa” yaitu plexus kisselbach. Begitu tipisnya jaringan ini, sehingga mudah pecah, dan terjadilah mimisan (epistaxis).
Dokter juga berpesan, kalau mimisan lagi posisi kepala justru dimajukan dan ditundukkan agar darah mengalir lancar, tidak merangsang anak untuk menyentakkan nafas di hidungnya. Paling enak dengan duduk di kursi tapi membelakangi sehingga kepala bisa diletakkan pada punggung kursi, atau kita pangku dengan sedikit membungkuk. Ini agar darah tidak mengalir ke bagian belakang rongga hidung, yang bisa sampai masuk ke saluran cerna atau saluran nafas.

Sambil sesekali membetulkan letak selimut kakak, mom hampir semalaman sering terjaga dari tidur. Kakak masih mengeluh pusing dan badannya masih hangat.


Sayang sekali, pagi yg cerah tak berpihak, kakak kembali mimisan. Darah terus mengalir dari lubang hidungnya. Perawat dibuat sibuk, mommy prihatin dan sedih, alhamdullilah kakak tetap tabah. Tak setitikpun airmatanya mengalir, kakak hanya mengeluh jijik karena menelan darah yang tertelan krn masuk ke saluran pencernaan.
“ mom minta minum manis..” pintanya lirih sementara tangan perawat masih sibuk menampung darah yg mengalir.
Siang itu, kakak harus didorong dengan kursi roda ke ruang periksa THT dan diambil sample darahnya lagi.
Doa mom tak putus, semoga hasil lab yg keluar 2 jam mendatang semua baik. Tidak ada penyakit berbahaya yang menyebabkan kakak mimisan terus menerus.

Sekali lagi mommy bersyukur, hasil lab kakak semuanya baik. Hanya saja rongga hidung kakak terluka cukup lebar, selain itu pembuluh darah kakak sangat tipis sehingga rawan bila terbentur, diagnosa dokter hidung kakak terbentur benda keras.
Kakak sendiri tidak ingat kapan persisnya kejadian tersebut.
“ tapi tetap harus kita observasi ulang 6 bulan lagi, untuk memastikan luka di hidung sudah benar-benar sembuh dan normal..” pesan dr. Bambang Udji.

- end -