Friday, October 21, 2011

Dua Jalan


Ada dua jalan menuju sekolah Nadjwa, jalan ‘kebut’ dan jalan ‘gronjal’ begitu Nadjwa menyebut keduanya. Tiap pagi sebelum sampai pertigaan jalan dimana titik awal pilihan dimulai untuk menuju sekolah adeq, mom pasti akan menanyakan mau lewat jalan yang mana, dan dengan ceria Nadjwa akan berteriak memilih salah satu.



Nadjwa selalu lebih sering memilih jalan kebut, alasannya lebih cepat sampai. Sebaliknya mom merasa lebih cepat kalau lewat jalan gronjal.
“ gak ah mom… lebih cepat lewat jalan kebut.. jalannya sepi dan mommy biasanya ngebut…” argumen Nadjwa.
“ jalan gronjal khan cuma sebentar trus mommy juga ngebut..”mom juga mengemukakan pendapat.
Dua argumentasi yang berbeda itu yang bikin suasana berangkat sekolah jadi seru, karena memilih jalan manapun selalu memberikan pemandangan dan peristiwa yg selalu tidak sama.
Jalan kebut memang jalan sepi, jalan lurus diantara sawah-sawah, pohon-pohon besar disepanjang jalan, kuburan dan melewati sebuah jembatan diatas sungai yang membentang. Jalan ini memang relatif sepi, selain jalannya sepi dan mulus, kendaraan yang lalu lalang tidak banyak. Dikarenakan jalan yang lengang kendaraan yang lewat cenderung ngebut. Nadjwa lebih memilih jalan ini karena lebih sejuk dan dingin. Brrrr… itulah kelebihan Nadjwa, tahan dingin…!! Mungkin karena kebiasaan Nadjwa yg sejak lahir terbiasa tidur tanpa selimut dalam ruangan berAC.
Sementara jalan gronjal pastilah kebalikan dari jalan kebut, walau sebenarnya jalan gronjal yg dilalui tidak lama, tapi memang kondisi jalan yang tidak rata dan lalu lintas yang ramai dikeluhkan Nadjwa sebagai penyebab lambannya perjalanan menuju sekolah. Apalagi kalau motor mommy jalan dibelakang mobil yang sopirnya malas menekan pedal gas, Nadjwa pasti buru-buru mencubit pinggang mommy minta menyalip si keong beroda 4 itu.
Jalan kebut dan jalan gronjal, 2 jalan yg punya kelebihan dan kekurangan masing2. Satu sepi satu ramai, satu jaraknya lebih jauh satunya lebih singkat. Jalan kebut serasa diantah berantah sementara jalan gronjal berada diperadaban.. J
Jalan antah berantah diwarnai dengan pemandangan alam nan indah, padi yang menguning, pak tani yang sedang membajak sawah dengan sapi2nya yang kokoh dan berotot liat ditemani kawanan burung belibis. Sebuah pemandangan yang jarang terlihat disekitar omahijo.
Jalan peradaban tentulah jalan yang penuh dengan manusia dengan semua kesibukannya. Anak-anak sekolah yang buru-buru mengendarai motornya karena takut telat. Pegawai kantor yang bergegas menuju tempat kerja, pedagang makanan disepanjang jalan yang ramai pembeli dan harum kue pukis diujung pertigaan jalan yg tengah dimasak penjualnya… hmmmm….  
Apapun jalan yang dipilih Nadjwa semuanya menarik dan layak dilalui bergantian. Biar gak bosen. Semakin banyak yang diamati banyak pula kejadian yang termemori. Perjalanan ke sekolah tiap pagi rasanya sangat menjemukan bila dipandang sebagai rutinitas semata, alangkah lebih berwarna bila tiap hari kita bisa mengambil pilihan yang berbeda dan bakal mendapatkan kejutan-kejutan yang beraneka.
Seperti kejadian  pagi itu, sepulang dari mengantar Nadjwa, mom sengaja mengambil jalan yang berbeda dari waktu berangkat. Ditengah jalan mom menyalip seorang ibu yang tengah menuntun sepeda motornya dgn seorang anak perempuan berseragam merah putih berjalan didepan, seketika mom menghentikan motor.
“ habis bensinnya mbak, saya nggak bawa uang..” jawab si ibu ketika mom bertanya.
“ oohhh…. Saya bawa uang bu, pakai saja..” mom menyelipkan selembar uang sepuluh ribuan ke tangan si ibu yang memandang mom agak bingung. Untung tak jauh dari tempat itu ada penjual bensin jadi mereka tidak perlu berjalan jauh.
“ terima kasih ya mbak, saya sdh ditolong..” si ibu berkali-kali mengucapkan kalimat itu. “ sdh bu gak usah dipikirin, yang penting putrinya segera bisa ke sekolah, kasihan kalau telat..”
Mom segera pamit duluan ketika motor si ibu sdh bisa dikendarai lagi.
Alhamdullilah… mom bersyukur telah tepat mengambil jalan pulang, sungguh lega bisa membantu seseorang yang sangat membutuhkan bantuan, dua jalan ini seakan mengajak untuk ‘tiada hari tanpa peningkatan kualitas ‘.
Mulailah merenungkan kehidupan nyata yang kita alami, agar kita mampu melahirkan kebijakan, kearifan untuk mendalami makna hidup dan perbaikan hidup kita dari hari ke hari…. Subhuhanallah..