Friday, July 13, 2012

Secangkir Kopi


Ngopi, telah jadi budaya masyarakat aceh sejak ratusan tahun lalu, salah seorang teman saya yang orang  Lamno Aceh Barat menyampaikan hal yang sama, warung kopi adalah tempat paling cozy utk berkumpul sambil ngobrol menikmati secangkir kopi arabika.
“ gak pengen kau merasakan nikmatnya kopi aceh, Tha…?” tawaran sahabat saya dengan dialek khas melayunya sambil tertawa renyah.
“ pengenlah bang… aku khan penyuka kopi…” sahut saya cepat.
“ kita tengok kebon kopi, kau pasti suka foto disana…” lanjut bang Gaffar menambahkan tawaran untuk hobby saya yang lain..foto-foto...:-)
“ Insya Allah , bang… Soon bang… hopefully .“ jawab saya sambil mengucap doa dalam hati, semoga kelak bisa mengunjungi saudara jauh saya ini, di Aceh.

Banda Aceh memiliki kekayaan kopi nan melimpah, terkenal dengan biji kopi Arabikanya, Aceh memberikan kontribusi sebesar 40% dari produksi kopi Indonesia. Bertebarannya warung kopi di Aceh membuat tanah rencong mendapat sebutan lain sebagai Negeri Seribu Warung Kopi.

Warung kopi tradisional di Aceh awalnya adalah minuman kopi yang direbus lalu menggunakan saringan saat hendak disajikan. Fasilitasnya tak lebih dari meja dan kursi. Warung kopi tradisional digolongkan sebagai generasi pertama. Generasi kedua adalah warung kopi yang dikembangkan dengan waralaba. Generasi ketiga adalah warung kopi yang memberi fasilitas tak hanya minuman dan makanan, tetapi juga musik, televisi satelit, dan akses internet.
Budaya ngopi adalah momen untuk berinteraksi satu sama lain, mulai bercerita bisnis, atau sekedar kumpul bareng temen-temen.

Ngomongin kumpul-kumpul, saya dan adik saya Andra kok beberapa kali mulai kerap menjajal kedai-kedai kopi yang sekarang marak di Jogja buat nggoooosiiiiip..yaaa…. J.
Waduuhhh…. budget tambahan neeh… Jarangnya kesempatan untuk ketemu karena Andra tinggal di luar kota Jogja, ‘memaksa’ kita hijrah dari duduk-duduk di teras rumah ke sofa empuk di Excelso Galeria, Starbucks Amplaz ,Reva coffee atau café dimana aja yang penting sedia kopi. Makhlum duo ibu penggemar kopi dengan duo anak ini jarang  ada kesempatan buat ‘me time’, hehehehe.
Selain bincang-bincang ngalor ngidul, tujuan saya dan Andra memang buat ngopi. Kopi sudah jadi minuman wajib kami setiap hari, meski hanya satu cangkir di pagi atau sore hari.
Kata Andra…. ‘ ni life style… skali-kali ngopi di tempat keren dan mahal..’
Maka saya biasanya aji mumpung…. mumpung dibayari Andra saya pilih kopi yang paling mahal dan enak yg direkomendasikan sang barista..wekekekekekkkk

Setahu saya ada 2 jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta.
Saya lebih memilih minum kopi arabika karena lebih enak dan aromanya lebih harum, selain itu kadar kafeinnya tidak setinggi kopi robusta.
Kopi Arabica adalah jenis biji kopi tertua dan paling banyak dibudidayakan. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian antara 600 - 1.800 meter di atas permukaan laut dan memerlukan waktu enam sampai sembilan bulan untuk menjadi biji yang matang.
Sementara robusta adalah tanaman kopi daratan rendah, lebih tahan penyakit dan matang dalam waktu sekitar setengah dari waktu yang dibutuhkan kopi Arabica sehingga mampu menghasilkan hampir dua kali lebih banyak buah kopi.
Robusta digunakan untuk kopi secara komersial dalam kaleng dan instant kopi karena lebih murah biaya produksinya.

“ wah kayaknya gag cukup secangkir neeh….” ucap Andra sambil melambaikan tangan ke arah waitress sambil order Iced Caramel Frappucino Blended.
“ yoii aku lanjut ceritanya…..”
Saya tersenyum, bakal seharian neeh nongkrong di kafe. hihihihihi