Tuesday, July 31, 2012

Si HITAM Jamaika


Inilah hasil ke-kepo-an saya… J menjelang puasa hari pertama kemarin, saya semangat boncengan dengan ibu buat jemput Nadjwa yang nginap dirumah Tasya teman sekolahnya di daerah Cangkringan. Rumah Tasya cukup jauh dari Condong Catur, tapi jarak jauh itu terbayar dengan hasil pembuktian saya karena sebuah cerita. Cerita tentang sebuah pohon jambu yang memiliki 3 warna pada tingkat kematangan buahnya.
Nah bener kepo khan..? karena pohon jambu aja saya sampai segitunya.. hehehehe
Ibu dan bapak yang pertama kali melihat selalu cerita dengan nada excited banget… ‘wuuiiihhh jambunya unyu….’ kata ibu dgn gaya gaul dan pamer.. iiiihhh saya gemas bukan kepalang.
Maka hari itu ketika Nadjwa ijin nginap dirumah sahabatnya tersebut saya cepat-cepat bilang kalau mau jemput adek ke Cangkringan.
‘ihhh tumben mau jemput, biasanya mommy ngarep Nadjwa diantar pulang papanya Tasya…’ ucap Gallo sok heran.
‘… hhmmmm pasti ada apa-apanya, mommy pengin liat pohon jambunya Tasya yaaaa…???...iiihhh mommy kepooooo .’ lanjut Gallo dengan mimik muka badut.
Saya meringis sambil memasukkan kamera jadul saya ke dalam tas dan segera bergegas berangkat sebelum Gallo tambah mengejek.

jambu unyu
Dijalan saya berdoa semoga tidak ketemu ayah ibunya Tasya ketika sampai disana, haduhhh saya cukup malu juga kalau nantinya saya dah norak moto-moto jambu trus dipetikin jambunya pula….hahahaha *edisi lebay
Dan Alhamdullilah saya memang tidak ketemu mbak Susi dan mas Joni orang tua Tasya. Begitu turun dari motor saya langsung celingukan dibawah pohon jambu yang ternyata bernama Jambu Jamaika. Wahhh emang unyu pohon dan buahnya. .. J

Jambunya besar-besar, dan berwarna-warni, ada yang merah muda, merah tua dan hitaaaammm…!!!. Saya segera ambil beberapa foto diiringi tatapan bengong Nadjwa dan Tasya. Aaahhh…biarin dech yang penting saya sudah liat langsung dan bisa mendokumentasikan sang pembikin penasaran.
Saya segera pamit ke Tasya sebelum orang tuanya muncul, pulang dari kantor. Gak enak banget kalau pulang dibawain jambu yang unyu-unyu gitu. J
jambu dersono
Malam hari, mbak Susi telpon dan minta maaf kalau gak ketemu karena masih dijalan. Wah dalam hati saya justru bersyukur. Ternyata menurut cerita mbak Susi,  jambu jamaika nggak enak dimakan kalau belum matang dan berwarna hitam. Jambu jamaika berbuah sepanjang tahun, anehnya pohon jambu jamaika akan terus berbuah jika memang musim hujan sedang berlangsung, jambu akan berkembang pesat jika hujan selalu turun, dan sebaliknya jika panas terus – menerus maka jambu sukar untuk berbuah. Maka jambu jamaika sangat cocok ditanam di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti Bogor. 
Namun bukan berarti di daerah lain tidak bisa, tetap saja bisa ditanami pohon jambu jamaika dan bisa berbuah kurang lebih setelah tiga tahun setelah menanam bibit jambu tersebut.
‘ oya.. tadi mbak Tary liat to ada cangkokan , kata bapaknya Tasya klu sdh siap tanam mau buat panjenengan…’ kata mbak Susy mengabarkan berita menyenangkan. Tapi saya jadi malu karena ketahuan inguk-inguk pohon.
‘ kok tadi gak dipetiki sekalian yang hitam-hitam to mbak…’ lanjut mbak Susy membuat saya tertawa garing.
Dan ternyata 2 hari kemudian, mbak Susy mengirim sekantung plastik berisi Jambu Jamaika yang hitam-hitam siap makan. Duuu mbak Susy…. jadi gag enak nich… hahahaha
jambu jamaika
‘ wah mbak , makasih lho kirimannya …pas banget buat buka puasa…J..’ ucap saya dari telepon dan mendapat jawaban kalau suka bakal dikirim terus tiap matang… hahaha…mbak ku yang satu ini emang pinter nglulu.. hiks..hiks…

Tak sabar, saya segera belah si hitam … hmmm daging buahnya putih bersih , Gallo dan Nadjwa segera mengambil seiiris dan katanya rasanya memang aduhaiiii…. manis, segar, empuk bertekstur lembut seperti jambu bol di negara kita ,kalau jaman saya kecil disebutnya jambu dersono. Bedanya jambu jamaika manis banget sementara jambu dersono seperti yang saya beli di sanmor UGM rasanya asam.

Terima kasih ya mbak Susy… kepo saya sdh terjawab lengkap… J