Friday, May 9, 2008

Kartini dan Sandal Jepit

 
Date : 27 April 2006

Gallo (7th) suka menulis. Anakku itu senang bercerita tentang kejadian yang dialaminya setiap hari dan dituangkan dalam buku harian bergambar barbie kesukaannya.

Aku sering tersenyum-senyum sendiri membaca kalima-kalimat yang ditulisnya, lucu, simple, dengan bahasa anak-anak yang imajinatif.

Sejak awal aku sangat mendukung hobby menulis Gallo. Tiap dia minta dibelikan diary, notes kecil, atau berlembar-lembar loose leaf aku berusaha memenuhinya Karena dari berlembar-lembar kertas tersebut lahir masterpiece Gallo.

Ternyata, bakat menulis Gallo juga diamati oleh pihak sekolah. Hal tersebut aku baca dari report-report di jurnal review buku & film Gallo. Salah satu kegiatan di sekolah yang makin mengasah kegiatan Gallo menulis, dengan rutin membuat review buku & film. Setiap seminggu sekali sekolah mewajibkan untuk membuat minimal satu review tentang buku cerita anak atau film televisi anak-anak.

Bahkan hari ini, untuk memperingati Hari Kartini , sekolah menunjuk Gallo untuk ikut lomba menulis cerita tentang pandangan dan pengetahuannya tentang Kartini.

Tentu saja orang tua harus ikut terlibat, demikian pesan Sekolah dalam notes yang aku baca. Alhasil malam itu kami berempat, aku, Gallo , Nadjwa dan papanya sembari tiduran dikamar aku dan papanya mulai bercerita tentang siapa Kartini. Gallo mendengarkan dan mulai menulis di selembar kertas HVS . Aku senang dengan antusiasmenya mendengarkan dan merangkai kata-kata untuk dituliskan kembali.

“ sudah selesai Mah…” ucap Gallo sembari meletakkan selembar kertas dihadapanku. Aku yang mulai terkantuk-kantuk jadi membelalakan mata membaca karya Gallo. Papanya juga tersenyum simpul. Judul yang dicantumkanpun sangat menarik dan menggelitik untuk dibaca : KARTINI DAN SANDAL JEPIT

Kupandang gadis kecil disampingku, tersenyum manis.

“ ngantuk… minta mimik susu ” rengeknya manja.

“ Pake botol besar apa kecil ..” tanyaku

“ besar …. “ jawabnya sambil menguap.

Aku tersenyum, kuusap lembut rambutnya dan kucium pipinya yang montok. Wah.. segini besar masih minum susu pake botol ….

“ Besok sepulang sekolah tulisan ini di salin lagi ke kertas asturo yang dikirim dari sekolah ya Lo.. “

Gallo mengangguk, sambil meraih botol susu dari tanganku.

Sebentar kemudian matanya sudah terpejam sambil mulutnya ngedot sebotol susu coklat hangat.

Sang adik sudah lebih dulu tertidur dipelukan Papanya.

Anak-anakku yang cantik . Mereka begitu lucu, tertidur dengan nyenyak di balik selimut hangat.

4 hari kemudian jerih payah Gallo membawa hasil yang menyenangkan. Gallo juara III menulis . Duh senangnya aku mendengar khabar bahagia itu. Ditengah hiruk pikuk acara flea market yang diadakan disekolah nama Gallo disebut.

Dengan ceria Gallo berjalan dan naik ke atas panggung untuk mendapat hadiah.

Senyum Gallo mengembang.. Aku tersenyum haru.

“ Mah… dapat alat-alat tulis .., tapi aku kok cuma juara III..” ucapnya sedikit kecewa

Aku kembali tersenyum.

“ Prestasi Gallo sudah sangat bagus, lain kesempatan pasti lebih bagus lagi..pasti biasa juara I..”

Gallo mengangguk pasti.

“ Nanti aku bisa jadi penulis novel seperti novel Harry Potter, mah…”

Kuusap peluh yang meleleh dikening anakku, dan mengecup lembut.

“ Iya… Gallo bisa bikin Novel seperti itu..”.

Sedetik kemudian Gallo sudah berlari menghambur dikerumunan teman-temannya yang sedang mengerubungi penjual CD PS.


Kartini dan Sandal Jepit
Oleh : Gallo

Tiap tanggal 21 April saat hari Kartini tiba di sekolahku pasti banyak kegiatan lomba.
Aku dan anak-anak yang lain memakai pakaian daerah dan ikut karnaval. Wah senangnya..
Kata mamahku jaman dulu anak perempuan tidak boleh sekolah. Kartini tidak setuju, tidak adil kalau anak perempuan tidak boleh sekolah seperti anak laki-laki. Anak laki-laki dan perempuan harus sama.
Benar juga kata Kartini, pasti tidak ada dokter wanita, astronot wanita dan insinyur wanita.
Sekarang aku tidak mau kalau tidak boleh sekolah.
Nanti tidak bisa menjadi pintar, tidak bisa ketemu teman-teman, tidak bisa ketemu mr. Aji dan Ms Adin. Susah deh….
Lucunya kata papahku, anak perempuan dan laki-laki seperti sepasang sandal jepit. Bila sebelah kiri dan sebelah kanan sama malah tidak bisa dipakai. Apalagi tingginya tidak sama pasti tidak enak dipakai.
Menurutku, ya lebih baik seperti sandal Berbie enak dipakai dan bagus.



Mengenal dan Memahami Bakat Anak
Oleh : Sukmana

SETIAP anak pasti punya potensi (bakat) dan setiap anak mempunyai bakat masing-masing. Bakat merupakan kemampuan tertentu yang sifatnya masih laten atau tidur. Bakat yang dimiliki anak dapat muncul bahkan menghasilkan prestasi apabila dikembangkan. Untuk mengembangkan bakat diperlukan lingkungan yang baik dan kondusif (mendukung).

Anak yang berbakat akan mencapai prestasi yang lebih baik dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan anak yang tidak berbakat. Bakat merupakan modal untuk meraih cita-cita. Dengan kata lain, dengan berkembangnya bakat seorang anak kemungkinan besar anak dapat mencapai sukses di masa depannya.

Namun biasanya bakat seseorang tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.

Bagaimana kita bisa mengembangkan bakat anak apabila sebelumnya tidak mengetahui bakat yang dimilikinya? Dengan demikian memahami bakat anak merupakan hal yang penting dan merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya.

Untuk memahami bakat anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain:

Pertama, memerhatikan hobinya. Hobi merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang (anak) untuk memperoleh kesenangan. Apabila hobi itu ditekuni dengan rutin dan sungguh-sungguh dapat dijadikan salah satu indikator atau tanda bahwa anak mempunyai bakat dalam suatu bidang. Misalnya hobi menari, memasak, olah raga, menulis dan lain-lain.

Kedua, melihat apa yang dikerjakan anak. Orang tua dapat mengamati kebiasaan anak sehari-hari. Apabila anak berbakat dalam suatu pekerjaan, biasanya akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Dengan kata lain, kualitas pekerjaan anak berbakat akan lebih sempurna dibandingkan dengan anak yang tidak berbakat. Pekerjaan itu akan dilakukan dengan begitu mudah dengan waktu relatif lebih singkat dibandingkan jika dikerjakan anak lain (tak berbakat).

Ketiga, mengajukan pertanyaan. Selain melihat kegiatan anak, orang tua dapat mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan bakat dirinya. Dengan mengajukan pertanyaan, orang tua dapat memahami pikiran, keinginan dan cita-cita anak. Di sini orang tua dapat melihat kesesuaian antara apa yang dipikirkan dengan apa yang dilakukan anak, sehingga pemahaman bakat anak lebih jelas.

Pertanyaan yang diajukan hendaknya bersifat spesifik atau khusus terhadap suatu bidang pekerjaan. Gunakan bahasa yang mudah dipahami anak, sehingga anak lebih mudah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan orang tua. Pertanyaan bisa diajukan secara lisan atau tertulis. Usahakan jawaban yang diberikan oleh anak tersebut sejujur mungkin. Jangan sampai anak menjawab pertanyan hanya karena ingin menyenangkan orang tua.

Keempat, melibatkan anak dalam pekerjaan orang tua. Bakat anak bisa saja diturunkan dari orang tuanya. Untuk mengecek bakat anak, apakah sesuai dengan bakat orang tua, maka libatkanlah anak dalam pekerjaan orang tua.

Dalam melibatkan anak ke dalam pekerjaan orang tua seyogianya tidak dipaksakan. Artinya, anak melakukan pekerjan atas keinginan dan kerelaan sendiri. Kalau anak bersemangat dan hasil kerjanya lebih baik, berarti anak berbakat sesuai dengan keahlian orang tuanya.

Kelima, mengikutsertakan anak dalam lomba. Banyak kegiatan lomba yang diselenggarakan, baik untuk anak-anak, remaja atau orang dewasa. Bentuknya bermacam-macam mulai dari bidang seni, olah raga, teknologi sampai masalah sosial. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk diikuti sesuai dengan kelompok umur peserta.

Perlombaan dapat dijadikan alat atau sarana untuk menguji bakat anak. Sampai sejauh mana bakat yang dimiliki anak. Apabila anak mencapai juara, maka anak berarti lebih berbakat dalam bidang lomba tersebut dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Misalnya ikut lomba pidato, lomba menari, lomba mengarang, lomba menyanyi dan lain-lain.

END