Hari minggu siang renang ke kids fun.. woow.. Nadjwa ( 3,5th) antusias sekali, baju renangnya yang kedodoran ditenteng-tenteng kesana kemari. “ pakai yang satunya dik.. yang gambar mickey mouse..” pintaku untuk menukar baju renang.
“ .. nggak mau, yang ini saja..” tolak Nadjwa sambil meletakkan baju renang warna biru diatas tas bawaan. Aku menyerah… baby kecilku ini paling tak bisa disuruh merubah keputusannya.
Di kolam renang, Gallo (7th) dan keponakanku Ruben (10th) sudah lebih dulu melesat ke kolam dewasa dengan waterdoom papan luncurnya yang tinggi menjulang dan melingkar-lingkar.
Aku senang dengan reaksi Nadjwa, dia segera berlari ke arena kolam anak-anak yang dangkal dan segera berguling-guling didalam air.
Berkali-kali tawanya terdengar riang, ah… lega… aku sudah khawatir jangan-jangan Nadjwa tidak mau ‘nyemplung’ ke kolam.
“ Nadjwa… ayo ke kolam dalam.. nanti di gendong papa..” Wie berkali-kali mengajak nadjwa pindah kolam, ingin mengajari Nadjwa berenang.
“ nggak mau.. disini aja…” tolaknya keras berkali-kali juga.
“ aku nanti tenggelam…” lanjutnya dengan mimik lucu.
Aku tertawa , Wie meringis geli… “ khan di pegangi papa…”
“ nggak mau … aku takut….. aku disini saja…”
Akhirnya kami mengalah.. biarlah Nadjwa senang bermain air dulu. Setelah merasa nyaman dan menikmati berada di dalam air nantinya akan kami ajari berenang.
Secara alamiah anak-anak memang tertarik pada air, terutama dalam hamparan yang luas seperti kolam renang dan laut. Namun reaksi anak terhadap air sangatlah berbeda-beda, bergantung pada usianya. Saat mereka masih kecil, mereka masih takut membenamkan diri lebih dalam di air. Mereka umumnya lebih senang bermain di air hanya sebatas mata kaki saja. Sebenarnya, ketika anak telah berusia dua tahun, orangtua dapat mulai melatih mereka berenang. Caranya, bawa mereka ke kolam dan pegang badannya sehingga mereka bisa menendang atau memukul-mukul air dengan tangan dan kakinya.
Dan ketika anak tersebut telah memasuki usia empat tahun dan telah cukup familiar dengan air, mereka bisa belajar menahan dan mengatur napas serta mengambang. Dengan demikian, ketika memasuki usia enam tahun, sudah siap untuk belajar berenang secara formal.
Kolam renang merupakan tempat yang paling baik bagi pemula yang ingin belajar renang. Sebab, di tempat itu tidak ditemui elemen yang bisa membahayakan seperti lubang yang dalam, arus air yang deras, atau batu-batuan yang tajam.
Alasan utama terjadinya kecelakaan di air adalah panik. Situasi seperti ini pasti dialami siapa pun yang tidak menguasai ilmu renang. Menit-menit pertama menyadari kakinya tidak menyentuh permukaan, mereka langsung lupa bahwa tubuh manusia itu dapat mengambang dengan sendirinya di atas air dalam keadaan santai.
Berenang adalah satu keahlian yang paling penting yang dapat ditanamkan pada anak sejak kecil. Orangtua yang tidak bisa renang atau takut terhadap air harus dapat mengatasi emosinya saat mendampingi anak belajar renang. Jika tidak, hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap anak sehingga mereka pun merasa cemas pula saat belajar.
Mengawasi anak saat berenang sangat dianjurkan, terutama bila berenang di laut. Sebab, orang yang pandai berenang pun bisa saja tenggelam di laut akibat adanya aliran deras atau gelombang besar. Selama mereka berenang di laut, jangan pernah melepas perhatian dari mereka. Lebih-lebih jika tidak mengenal suasananya, agar tidak terseret oleh gelombang atau arus deras, jangan biarkan mereka bermain hingga ke tangah laut.
Untuk mencegah anak lelah atau kram, pastikan mereka tidak mengalami dehidrasi dengan cara memberi minum air putih. Olesi tubuh mereka dengan sun-proof beberapa kali selama mereka berenang agar kulit tidak terbakar sinar matahari.
Berikut beberapa tindakan preventif bisa dilakukan orangtua saat mendampingi anak di kolam renang :
“ Budhe….. boleh minta es krim ..” Ruben menunjuk counter ice di corner snack.
“ aku beliin bakso panas, mah…” Wie ikut-ikutan nyeletuk..
“ Mamah… aku kedinginan…” Nadjwa menghambur kearahku. Kupeluk si kecilku yang mulai menggigil, kubunggkus dengan handuk.
“ ya.. ya.. ya… sekarang semua mandi air hangat setelah itu kita makan, oke…”
“ oke… “ teriak anak-anak berbarengan dan segera berebut membawa perlengkapan mandi.
“ .. nggak mau, yang ini saja..” tolak Nadjwa sambil meletakkan baju renang warna biru diatas tas bawaan. Aku menyerah… baby kecilku ini paling tak bisa disuruh merubah keputusannya.
Di kolam renang, Gallo (7th) dan keponakanku Ruben (10th) sudah lebih dulu melesat ke kolam dewasa dengan waterdoom papan luncurnya yang tinggi menjulang dan melingkar-lingkar.
Aku senang dengan reaksi Nadjwa, dia segera berlari ke arena kolam anak-anak yang dangkal dan segera berguling-guling didalam air.
Berkali-kali tawanya terdengar riang, ah… lega… aku sudah khawatir jangan-jangan Nadjwa tidak mau ‘nyemplung’ ke kolam.
“ Nadjwa… ayo ke kolam dalam.. nanti di gendong papa..” Wie berkali-kali mengajak nadjwa pindah kolam, ingin mengajari Nadjwa berenang.
“ nggak mau.. disini aja…” tolaknya keras berkali-kali juga.
“ aku nanti tenggelam…” lanjutnya dengan mimik lucu.
Aku tertawa , Wie meringis geli… “ khan di pegangi papa…”
“ nggak mau … aku takut….. aku disini saja…”
Akhirnya kami mengalah.. biarlah Nadjwa senang bermain air dulu. Setelah merasa nyaman dan menikmati berada di dalam air nantinya akan kami ajari berenang.
Secara alamiah anak-anak memang tertarik pada air, terutama dalam hamparan yang luas seperti kolam renang dan laut. Namun reaksi anak terhadap air sangatlah berbeda-beda, bergantung pada usianya. Saat mereka masih kecil, mereka masih takut membenamkan diri lebih dalam di air. Mereka umumnya lebih senang bermain di air hanya sebatas mata kaki saja. Sebenarnya, ketika anak telah berusia dua tahun, orangtua dapat mulai melatih mereka berenang. Caranya, bawa mereka ke kolam dan pegang badannya sehingga mereka bisa menendang atau memukul-mukul air dengan tangan dan kakinya.
Dan ketika anak tersebut telah memasuki usia empat tahun dan telah cukup familiar dengan air, mereka bisa belajar menahan dan mengatur napas serta mengambang. Dengan demikian, ketika memasuki usia enam tahun, sudah siap untuk belajar berenang secara formal.
Kolam renang merupakan tempat yang paling baik bagi pemula yang ingin belajar renang. Sebab, di tempat itu tidak ditemui elemen yang bisa membahayakan seperti lubang yang dalam, arus air yang deras, atau batu-batuan yang tajam.
Alasan utama terjadinya kecelakaan di air adalah panik. Situasi seperti ini pasti dialami siapa pun yang tidak menguasai ilmu renang. Menit-menit pertama menyadari kakinya tidak menyentuh permukaan, mereka langsung lupa bahwa tubuh manusia itu dapat mengambang dengan sendirinya di atas air dalam keadaan santai.
Berenang adalah satu keahlian yang paling penting yang dapat ditanamkan pada anak sejak kecil. Orangtua yang tidak bisa renang atau takut terhadap air harus dapat mengatasi emosinya saat mendampingi anak belajar renang. Jika tidak, hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap anak sehingga mereka pun merasa cemas pula saat belajar.
Mengawasi anak saat berenang sangat dianjurkan, terutama bila berenang di laut. Sebab, orang yang pandai berenang pun bisa saja tenggelam di laut akibat adanya aliran deras atau gelombang besar. Selama mereka berenang di laut, jangan pernah melepas perhatian dari mereka. Lebih-lebih jika tidak mengenal suasananya, agar tidak terseret oleh gelombang atau arus deras, jangan biarkan mereka bermain hingga ke tangah laut.
Untuk mencegah anak lelah atau kram, pastikan mereka tidak mengalami dehidrasi dengan cara memberi minum air putih. Olesi tubuh mereka dengan sun-proof beberapa kali selama mereka berenang agar kulit tidak terbakar sinar matahari.
Berikut beberapa tindakan preventif bisa dilakukan orangtua saat mendampingi anak di kolam renang :
- Bawalah ponsel sebagai tindakan berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.
- Periksa terlebih dahulu kondisi kolam sebelum berenang.
- Pilihlah kolam renang yang dilengkapi fasilitas pengamanan, seperti penjaga, indikator kedalaman kolam dan pelampung.
- Awasi anak sepanjang mereka berlatih renang.
- Bagi yang tidak bisa berenang, gunakan jaket penyelamat saat mengawasi anak di kolam renang.
“ Budhe….. boleh minta es krim ..” Ruben menunjuk counter ice di corner snack.
“ aku beliin bakso panas, mah…” Wie ikut-ikutan nyeletuk..
“ Mamah… aku kedinginan…” Nadjwa menghambur kearahku. Kupeluk si kecilku yang mulai menggigil, kubunggkus dengan handuk.
“ ya.. ya.. ya… sekarang semua mandi air hangat setelah itu kita makan, oke…”
“ oke… “ teriak anak-anak berbarengan dan segera berebut membawa perlengkapan mandi.