Tuesday, May 6, 2008

“ kreatifitas” berpakaian NADJWA


Like mother like daughter. Ha..ha..ha..
Nadjwa ( 3th ) suka sekali ganti-ganti baju. Bangun tidur belum juga mandi dia sudah membuka lemari pakaian dan mengeluarkan seluruh isinya.
“ aku mau pake baju yang ada kupu-kupunya…” teriakan Nadjwa membuat pagi yang tenang berubah gaduh.
Kakaknya Galo ( 7th ) yang masih tidur, terbangun, dan bersungut-sungut… “Nadjwa jangan berisik…!”
Dengan enteng Nadjwa membuka baju tidur dan mengganti dengan baju kupu, naik lagi ke tempat tidur, menyelimuti badannya kembali “ mama, mimik susu..” rengeknya manja ditelingaku.
Aku mulai menghitung berapa kali dia akan ganti baju sampai dengan saat aku berangkat ke kantor nanti.
Yang pasti setelah mandi pagi, mau mengantar kakaknya sekolah, mau mengantar aku ke kantor, siang hari entah berapa kali, sore, bahkan hingga malam menjelang tidur..
Lucu.. geli..menjengkelkan juga karena hampir tiap hari isi almari tidak pernah rapi.
Papanya hanya tersenyum melihat keributan Nadjwa tiap hari perihal ganti-ganti baju.
“ah…, mamanya juga sering ganti-ganti baju kalau mau kekantor.. sudah dipakai nanti dilepas, ganti lagi yang lain..” seloroh Papanya anak-anak.
Akupun tersenyum geli.. terbayang pagi ini aku juga kebingungan dan mengganti baju untuk ke empat kalinya. “ Tapi itu khan tidak tiap hari…” kilahku dalam hati..

Awalnya satu kegiatan Nadjwa yang sering sekali ganti baju membuat kami ‘sedikit jengkel’ karena saat kami tengah sibuk Nadjwa ribut sekali minta baju yang dikenakannya diganti lagi padahal baru satu jam yang lalu ganti atau saat hendak bepergian dia akan sangat teliti mematut baju yang akan dipakai, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama padahal kami harus bergegas. Pokoknya baju yang dia kenakan harus sesuai dengan keinginan dan seleranya.. !

Positif thinking sajalah.. kelak Nadjwa punya perusahaan pakaian karena senangnya punya baju banyak dan ganti-ganti mode pakaian.

Menurutku hobby Nadjwa tersebut juga wujud dari kreatifitasnya yang sejak dini senang melakukan kegiatan sendiri, dandan sendiri bahkan dia mulai belajar menata baju-baju sendiri.

Tentu kita sebagai orang tua tentu ingin buah hati tumbuh menjadi sosok yang sehat, cerdas, dan kreatif. Namun, mengembangkan kreativitas anak ternyata bukan hal mudah untuk dilakukan. Diperlukan pengertian dan keterlibatan langsung dalam prosesnya.

Para ahli menyimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat 3 ciri dominan yang dimiliki oleh anak kreatif: Spontan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan tertarik pada hal-hal baru. Setiap anak memiliki kemampuan dasar kreativitas tersebut sejak dini, hanya saja perkembangannya tidak sama pada masing-masing anak. Perkembangan kreativitas anak ini tergantung pada berbagai hal, seperti gizi, kesehatan, pola pengasuhan, dan pengaruh lingkungan.

Sebagai orang tua tentu kita memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain dan bersuka cita, dimana mereka belum memikirkan tanggung jawab seperti orang dewasa. Bermain akan mempermudah anak memupuk unsur-unsur kreativitas, seperti rasa ingin tahu, daya khayal/imajinasi, dan coba-coba. Lewat permainan, tingkat kreativitas anak akan dipacu melalui daya khayalnya. Ini akan membuatnya mampu melihat gambaran dan wawasan baru.

Kita hendaknya menyadari keunikan setiap anak sebagai individu sekaligus menerima kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengembangkan kreativitas anak, kita harus mampu menelusuri bakat dan minatnya, mendorong, menghargai, dan menanamkan kepercayaan diri sekaligus terlibat dalam proses kreativitas anak.

Menyembunyikan hal-hal baru dari anak serta berkomunikasi dalam suasana tegang dan tidak menyenangkan, akan menghambat kreativitas anak. Kecenderungan lebih menghargai hasil daripada prosesnya dan menilai kreasi anak dengan perspektif Kita juga termasuk hal-hal yang dapat menghilangkan kreativitas anak.

Gangguan terhadap kreativitas anak ternyata juga bukan melulu kesalahan orang tua. Sistem pendidikan di sekolah juga ikut berpengaruh. Kebanyakan sekolah menerapkan sistem pendidikan satu arah yang lebih mengutamakan IQ (kecerdasan intelektual). Dengan sistem pendidikan seperti ini, tingkat kreativitas dan kecerdasan emosional seringkali diabaikan.

Kita dapat membantu memacu kreativitas anak dengan memperhatikan beberapa hal seperti berikut :
  • Berikan anak ruang dan kebebasan untuk bermain dan bereksplorasi.
  • Biarkan anak memilih sendiri media permainannya, jangan terlalu diatur.
  • Kenalkan anak pada orang lain, budaya, pengalaman, dan cara berpikir yang berbeda dari kebiasaannya.
  • Biarkan anak merasa tenang, nyaman, dan menikmati proses kreativitasnya tanpa Kita terlalu turun tangan mengaturnya.
  • Orang tua yang terlalu berlebihan memberikan berbagai hal kepada anak cenderung memiliki anak yang kurang kreatif. Ciptakan lingkungan yang terbuka dan menerima anak apa adanya.
  • Dukung pertumbuhan kreativitas anak Anda dengan memberikan nutrisi tepat yang sesuai dengan perkembangannya. Karena kekurangan atau kelebihan gizi akan menghambat proses kreativitas anak.