Thursday, May 15, 2008

Superdad

Melihat Wie bercanda dengan Gallo & Nadjwa seringkali membuatku mengelus dada. Tak bisa aku bedakan mana yang anak-anak dan mana yang orang tua..!! Kamar dan mainan pasti berantakan laksana kapal pecah.
Teriakan dan tawa cekakaan tak ada henti. Sedetik kemudian berubah dengan kalimat-kalimat rebutan dan rengekan. Kalau sudah seperti itu aku mulai buka mulut.
“ sudah bercandanya … nanti pasti ada yang nangis..”
Untuk selanjutnya mulut-mulut mereka segera manyun dengan satu huruf vokal panjang “ uuuuuuuuuu…” diiringi dengan cengiran dan kepergian mereka bertiga pindah dari pandanganku untuk mengobrak-abrik lokasi lain.
“ heehhhhh “ akhirnya aku cuma bisa menghembuskan nafas panjang, melihat kamar yang porak poranda ditinggal 3 anak-anak ‘mbelis’ itu.
Tiba-tiba …. Gobraaakkkkk… Terdengar benda jatuh dari dalam kamar tidur utama. Aku berlari. 2 bayi kecilku terlihat menarik-narik kursi riasku.
“ mau untuk apa ?” tanyaku sambil membantu membetulkan letak kursi.
“ jangan mah.. pinjam dulu .. si papa itu sembunyi di kamar mandi, mau tak pukul e kalau keluar.. “ Nadjwa mendorong badanku keluar kamar.
“ Lho nggak usah naik kursi Nadj…” seruku.
“ Aku tuch nggak tinggi.. aku mau naik kursi…”. Teriak Nadjwa keras.
Ahhhh… sudahlah aku mengalah.
Jerit dan teriakan kembali terdengar…
“ lari …. Ada hantu….” Teriak Gallo.
Kulihat Wie mengejar anak-anak dengan kepala tertutup handuk…!!!

Jangan tanya seberapa senang dan seberapa sering ketiga ‘anak-anak’ itu bercanda dan berantem. Tiap saat selalu saja jerit dan teriakan diikuti tawa cekakaan selalu terdengar. Aku sampai bertanya .. “ nggak capek apa kalian itu berlarian dan kejar-kejaran ..? “
Pasti jawabnya “ nggaaaaakkkkk …” panjang sekali.
“ Ya sih..mana kalian capek, yang bermain dan berantakin mainan kalian, mama yang kebagian bersih-bersih…” protesku.

Gallo dan Nadjwa memang sangat dekat dengan papanya. Gallo paling sulit kusuruh practice Biola minimal 30 menit sehari, tapi begitu papanya yang omong akan segera diturutinya. Walaupun perkara makan, mandi, prepare sekolah dan lainnya pasti teriak.. mamahhh…. !!!
Nadjwa si kelelawar kecil, tiap malam kalau tidak tidur dikeloni papanya tidak mau masuk kamar tidur, dia rela menunggu bermenit-menit disamping computer papanya yang tengah sibuk kerja. “ ayo pah bobok…!!! “ pintanya memelas.


Tak hanya saat senang, anak membutuhkan papanya. Ketika sedih pun ia ingin papanya ada di sisinya. Memang, kehadiran seorang ayah, dalam berbagai situasi, memberi arti tersendiri bagi anak

Perlindungan ayah pada gadis kecilnya yang sedang cemas membuatnya merasa aman. Walau tampak sepele, perasaan aman dan terlindungi membuat si gadis cilik tumbuh lebih percaya diri dan lebih tegar menghadapi dunia, terutama ketika berhubungan dengan lawan jenis.
Anak-anak memang lebih ceria berkegiatan bersama papanya dan juga selalu penuh kejutan. Gallo dan Nadjwa seringkali terkekeh-kekeh menghadapi ulah gila-gilaan papanya.
Kegiatan seperti ini kami tempuh bukannya tanpa manfaat. Keceriaan ayah-anak ini membuka jalur komunikasi. Anak membuka diri mengenai masalah-masalahnya pada ayah tanpa takut. Kedekatan ini membuat anak-anak lebih mudah bersosialisasi, dan lebih berani mengemukakan pendapat.

Ketika tempo hari turun hujan lebat, aku yang baru pulang dari kantor cuma bisa tersenyum maklum mendapati ketiganya berlarian mengelilingi rumah sambil hujan-hujanan.
Bibir Nadjwa yang membiru karena kedinginan tak membuat anak bungsuku itu berhenti berlarian. Akibatnya Nadjwa terserang flu walaupun tidak berat.

Sebagai orang tua , anak-anak sangat membutuhkan perhatian, perlindungan dan dukungan kita untuk melewati hari-hari sulit di masa perkembangannya.
Orang tua harus menjadi model yang menyenangkan yang diam-diam mengajari berbagai hal dan membuat anak-anak melihat dunia dengan kaca mata berbeda, agar mereka tumbuh menjadi anak yang berkepribadian kuat, ceria, dan bahagia.


-end-